webnovel

Satu Orang Yang Menghilang

Reza membelah ikan itu dengan pisau lipat kecil yang tidak dibawa Maura, lalu memangganggnya diatas api. Sedangkan kura-kura itu, ia lubangi cangkangnya lalu diikatkan dengan tali alam.

"Kamu jangan senang dulu, nanti juga bakal dimakan" Reza berbisik kepada kura-kura itu seraya membelai cangkangnya.

"Menjadi kura-kura itu enak bukan? Bisa menyembunyikan kepala, kaki dan tangannya, kapan pun ia mau" suara Larra tiba-tiba muncul "Ia sudah merasa sangat aman meski hanya menyembunyikan diri didalam dirinya sendiri. Tapi tetap saja, meskipun dia merasa aman. Kita tetap tahu cara menyantapnya, hanya menunggu waktu yang tepat saja"

Reza menatap Larra, ia tersenyum manis kepada Reza. Aneh, ini pertama kalinya Larra tersenyum. Oh, Reza melihat tangan Larra yang dengan ringannya memegang sesuatu yang ia sembunyikan ketika Larra datang tadi. Sunggug malang, kenapa ia meninggalkan benda itu sembarangan.

"Seseorang ssepertimu lebih baik tidak tersenyum. Semakin manis senyumanmu, semakin jahat pula yang kamu lakukan" Reza merampas benda itu.

Benda itu adalah sebuah foto milik Rayhan, yang Rayhan rampas dari Ozzie ketika pengumpulan barang.

Foto itu bukanlah apa-apa, hanya gambar Grace dan Rayhan berciuman.

"Apa yang jahat dari melihat foto yang terdampar di kaki kita" sahut Larra "Lagian tidak ada yang perlu disembunyikan dari foto itu, kecuali apabila hubungan mereka adalah perselingkuhan dari salah satu orang yang kalian kenal"

Reza mengacuhkan Larra, "Sekarang sudah 1 jam berlalu, dan Maura belum datang juga" ucapnya dengan nada curiga "Maura sangat pandai dalam mengatasi masalah dihutan selama itu berhubungan dengan hewan atau tumbuhan"

"Kita akan mencarinya setelah makan" jawab Larra mantap.

"Cari siapa? " suara lembut Grace terdengar. Karena Grace bangun, Rayhan pun bangun juga, mengingat mereka berdua tidur dalam sandaran. Tidak terasa pakaian yang mereka pakai sudah kering.

"Ayo kita makan dulu"

Mereka menyantap ikan itu masing-masing 3 ekor perorang. Jadi sisanya masih ada 8 untuk Maura dan Ozzie masih tidur dengan pulas.

Sebenarnya mereka masih lapar, tapi bagaimana pun juga, untuk saat itu, mereka harus bertahan dengan sedikit makanan.

"Grace kamu dan Ozzie menjaga gua ini, aku, Reza dan Rayhan akan mencari Maura"

Grace menggeleng "Aku takut! Aku tidak terlalu mengenal Ozzie juga. Lebih baik aku ikut kalian saja"

"Tidak bisa, fisikmu lemah" tegas Larra "Rayhan dan Grace tinggal saja, sekalian menjaga Ozzie, sepertinya dia akan terserang hipotemia. Aku dan Reza yang mencari Maura"

Reza yang memimpin jalan, Larra dibelakangnya. Mereka berkeliling kesana kemari seraya memanggil Maura namun tidak ada jawaban. Mereka juga mencari di sekitaran sungai kecil tempat dimana ia dan Larra berpisah.

"Larra....! " panggil Reza "Tulisan siapa ini? " Reza menunjuk ukiran tulisan di atas tanah.

Tulisan itu berbunyi "Bisa-bisanya engkau lambat udahannya Maura, aku menuju arah Utara (tanda panah ke arah gua)"

"Itu tulisan aku, aku pikir Maura hanya terlambat datang, jadi apabila ia kembali ke sungai ini, dia akan menemukan pesanku untuk kembali kearah gua, di utara"

"Benar katamu, Larra. Maura kembali kesini, lihatlah tulisan dibawahnya"

Larra terkejut menyadari tulisannya dibalas, tulisannya dengan huruf besar semua "JALAN LURUS KE SELATAN, DISANA ADA PERSISIR PANTAI. KAMI MENUNGGU KALIAN DISANA (tanda panah ke selatan)"

"Apa maksud Maura? " Reza menatap Larra dengan tajam.

"Aku juga tidak tahu, mungkin dia sudah menemukan jalan kembali ke basecame outbound kita"

"Bisa jadi, bisa jadi benar lurus kesalatan adalah basecame outbound kita. Tapi aku sangat mengenal Maura, tidak mungkin dia meninggalkan kita. Anak Pecinta Alam tidak akan meninggalkan timnya" tegas Reza

Larra mengedikkan bahu "Mana aku tahu soal itu, aku hanya memikirkan cara untuk kembali ke basecame" Larra menatap Reza lebih tajam lagi "Lagian kamu tahu apa soal Maura, dia sendiri mengatakan padaku bahwa "Waktu bisa mengubah segalanya" Dia mengaku tidak menganggapmu sebagaimana posisimu di masa SMA dulu"

Reza mengerutkan keningnya "Maksudmu?"

"Dia merasa kehidupan saat ini tidak sama dengan masa lalu, kenal bukan berarti teman. Maura dimasa lalu adalah orang yang berbeda dengan Maura saat ini, begitu pula cara dia melihat orang lain"

Reza hanya terpaku mendengar penjelasan panjang Larra, ya Reza memang tidak secerdas Larra yang dengan cepat mengerti maksud dari perkataan orang lain. Reza masih harus memikirkannya lebih lama, dan memahami maksudnya.

"Untuk sekarang kamu hanya perlu sadar bahwa 'Maura bukanlah orang yang pernah kamu kenal'. Ayo kembali ke gua" Larra menggenggam pergelangan tangan Reza yang masih sulit mempercayai apa yang terjadi.

Semenjak saat itu, Reza termenung sendiri mengingat memang benar, sejauh ini sikap Maura memang berubah, bahkan diawal-awal Reza nyaris tidak mengenalnya. Dia juga mendapatkan aura yang baru ketika bertemu Maura, benar kata Maura. Waktu bisa mengubah seseorang. Yakni dirinya sendiri. Begitulah kesimpulan Reza.

Grace dan Rayhan juga tidak habis pikir, bisa-bisanya Maura meninggalkan mereka. Tapi menurut mereka, hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Toh Maura meninggalkan pesan untuk menyusulnya.

***

Laurry dan Rifaldi sudah berkeliling hutan selama lebih 5 jam, namun mereka tidak juga menemukan asap perapian yang menandakan bahwa kemungkinan itu adalah permukiman kelompok 10, atau setidaknya kode-kode lainnya.

"Gak ada tanda-tanda, Rif" lirih Laurry seraya duduk meluruskan kakinya dibawah pohon "Kita istirahat dulu ya, cari tepian sungai buat bangun dume"

"Boleh juga" sahut Rifaldi seraya ikut duduk. Namun ia tidak sadar bahwa tasnya tersangkut di ranting pohon. Hal ini mengakibatkan ia salah kendali hingga tergelincir dan jatuh. Betisnya tergores ranting kayu, sedangkan pergelangan kakinya terkilir.

Laurry sangat terkejut, ia buru buru memberikan pertolongan pertama pada Rifaldi. Setelah memastikan posisi Rifaldi nyaman dan aman, Laurry mengambil kotak P3K dalam carriernya.

Ia kemudian membersihkan luka Rifaldi dengan alkohol. Namun sebelum memberikan pengobatan lebih lanjut, Laurry harus memperbaiki posisi tulang Rifaldi yang terkilir.

"Rif, kamu tahan nafas ya, ini mungkin akan sakit" peringat Laurry seraya memijit-mijit sekitar tempurung lutut, betis, hingga pergelangan kaki Rifaldi dengan tangannya yang lembut.

Sesungguhnya tangan Laurry terlalu lembut sehingga Rifaldi merasa geli, tekanan Laurry sama sekali tidak menyakitkan. Tapi Laurry tampak tidak bermain-main dengan perkataannya.

"Tekanan berapa kilo itu? " tanya Rifaldi, karena tampaknya Laurry menekan dengan begitu kuat, meski tidak terasa bagi Rifaldi.

"Aku akan memberikan tekanan 5 kilo. Aku mulai, tahan nafas"

Rifaldi jadi panik dan segera menahan nafas seraya menutup matanya. Bahkan sampai menggigit-gigit giginya sendiri.

"Udah selesai Rif"

Loh... Cepat sekali, Rifaldi mencoba memutar-mutar pergelangan kakinya yang sebelumnya terasa lepas itu. Namun ia tidak lagi merasakan sakit sedikitpun. Ia kagum dengan teknik pemijitan Laurry, benar-benar tidak terasa. Memperbaiki tulang yang meleset saja rasanya enak, bagaimana jika memijit punggung Rifaldi. Bisa-bisa Rifaldi lupa untuk bangun.

Tanpa sadar, Rifaldi tersenyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum?" tuding Laurry setelah selesai membalut luka Rifaldi "Kita buat dume disini saja"

"Baiklah, gak usah pakai tenda di carier kamu, pakai dume aku aja, muat 3 orang" Rifaldi kemudian mengambil dume didalam carriernya.

"Kamu diam disini saja, biar aku yang buat dumenya" titah Laurry seraya membuat dume itu seorang diri, tidak sampai 3 menit sudah jadi.

Laurry kemudian memasukkan barang-barang mereka kedalam dume.

Rifaldi yang merasa sudah baikan, segera bangun dan berencana membuat api. Namun ketika Laurry keluar dari dume, ia malah menatap Rifaldi dengan sangat tajam "Siapa yang menyuruhmu membawa kayu bakar itu? Aku bisa melakukannya sekarang" Laurry merampas kayu itu lalu menuntun Rifaldi kedalam tenda.

"Aku baik baik saja Laurry"

"Aku tidak mau mengambil resiko. Cepat istirahatlah, aku akan menyusul setelah membuat api" tegas Laurry.

Rifaldi pun mau tak mau menurut saja, ia berbaring berbantalkan cariernya, memandang langit-langit dume membayangkan andai saja Laurry mau memijit punggungnya, pasti ia akan tidur dengan sangat nyenyak.

"Kenapa tidak pakai Sleeping Bag, kan dingin?" entah sejak kapan Laurry sudah duduk disebalah Rifaldi, seraya mengeluarkan sleeping bag dari dalam carriernya.

Terlintas sebuah ide di otak Rifaldi, "Iya nih, dingin banget" Rifaldi pura-pura menggigil "Tapi aku gak bawa SB"

Tentu saja Rifaldi berbohong, ini hanyalah alibinya untuk modus, siapa tahu Laurry menawarkan SBnya, jadi mereka bisa berada dalam satu selimut SB.

Laurry menatap Rifaldi dengan hangat, membuat Rifaldi tak enak hati membohonginya.

"Ya sudah pakai SB aku aja, nanti aku pakai kain" Laurry kemudian menghamparkan SB itu diatas tubuh Rifaldi.

Rifaldi hendak menolak namun Laurry segera menutup mulut Rifaldi "Jangan banyak protes"

Setelah itu Laurry mengambil kain bali tipis dalam cariernya dan ia pun berbaring.

Sejujurnya Laurry hanya pura-pura tidur, ia sengaja pura-pura tidur untuk menunggu Rifaldi tidur nyenyak. Karena sesungguhnya, Laurry ingin mengganti pakaian dan membersihkan bagian dalam dirinya.

Setelah sekitar 1 jam, ketika Rifaldi benar-benar sudah tidur dengan pulas, saatnya Laurry beraksi. Ia membuka seluruh pakaiannya dan membalut dirinya dengan kain bali tadi.

Laurry membersihkan diri dengan tissu basah sambil sesekali melirik Rifaldi yang tertidur pulas dengan posisi miring kearah berlawanan dengan Laurry.

Sekitar membersihkan diri, Laurry memakai celana panjang yang bersih.

Karena merasa benar-benar aman, Laurry membuka seluruh kain bali itu, agar ia lebih mudah memakai bra. Selanjutnya tangtop hitam dan baju lengan panjang warna biru tua.

Setelah selesai, Maura berbalik badan dan terkejut melihat Rifaldi yang terbelalak menatapnya.

"Kenapa kamu melihatku? " pekik Laurry

"Kenapa? Mau marah, marah aja!! " Rifaldi tiba-tiba menyolot "Jika aku melihat kamu telanjang pun, toh aku tidak tertarik sama sekali"

"Tapikan tetap saja itu bukan alasan"

"Trus kamu mau menuntut ku tanggung jawab karena melihatmu? Aku bahkan sudah punya tunangan, apa kamu lupa itu? Atau kamu sengaja! "

Laurry hanya menatap Rifaldi dengan tatapan tak percaya, bagaimana mungkin Rifaldi bisa berkata seperti itu. Laurry kemudian tidak bicara lagi.

Entah kenapa Rifaldi tiba-tiba mengungkit semua itu, ia bahkan menyesali diri sendiri karena mengatakan semua itu. Namun ia lebih menyesal lagi karena ia tidak mampu untuk menarik kata-katanya itu.

---

Next chapter