webnovel

SUGAR DADDY VS PENULIS AMATIR (21+)

Mya bekerja sebagai pelayan pribadi dari adik Tuan Artawijaya yang cacat. Disamping itu Mya hobi menulis cerita. Dia tak malu untuk mempublikasikan cerita dewasa hasil karangannya. Tapi .... Bagaimana Tuan Artawijaya bisa mengetahui cerita buatan Mya? Bukan cerita biasa melainkan cerita dewasa yang banyak sekali terdapat adegan suami-istri dalam setiap episodenya. Yang paling mengherankan mengapa harus ceritanya yang disukai oleh Tuan Artawijaya.

annuna_myharzgg · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

TUTORIAL

"Apa kau pernah melakukannya?" tanya Tuan Artawijaya tanpa memalingkan pandangannya dari layar ponselku. Aku hanya bisa diam tak menjawab pertanyaan membuat dia beralih menatapku sembari memiringkan kepalanya. "Pernah ya?" Mendengar perkataannya aku langsung menggelengkan kepalaku cepat. "Tidak!" tegasku. "Aku hanya terinspirasi dari komik dan novel dewasa yang pernah aku baca," lanjutku bicara canggung.

"..." Tuan Artawijaya tak menanggapi perkataanku dan kembali fokus pada layar ponselku. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Sudah sangat larut, apa aku harus tetap terjaga lebih lama lagi hanya untuk menunggu ponselku yang masih ada dalam genggamannya? Padahal aku sudah menyarankannya untuk membaca langsung karya buatanku itu di aplikasi xx, tapi dia menolak. Kurang ajar, kurasa dia berniat untuk menguasai ponselku. "Tuan, ponselnya tuan simpan saja nanti pa-"

"Aku akan kembalikan setelah selesai membaca ceritanya," potongnya membuatku langsung bungkam. Benar, dia memang jelas sekali berniat untuk menguasai ponselku. Aku beranjak pergi ke kamar dan beralih tidur setelah mengecek keadaan tuan muda yakni adik dari tuan Artawijaya untuk yang terakhir kalinya. Aku menghela napas berat sembari mengubah posisi tidurku berulang kali berusaha mendapatkan posisi yang nyaman. Aku benar-benar lelah seharian ini.

Aku ini pelayan pribadi tuan muda, kenapa juga aku harus menuruti semua perkataan Tuan Artawijaya? Aku mengerucutkan bibirku kesal. Dia memintaku membuat ini dan itu selama bekerja di sini. Setiap hari aku selalu kena omel nyonya besar karena kedapatan meninggalkan tuan muda sendirian di kamarnya. Aku mengusap wajahku frustasi, meskipun aku mendapat gaji tambahan sebagai pelayan Tuan Artawijaya tetap saja aku tidak tahan jika harus mendengarkan omelan dari nyonya besar setiap harinya. "Kurasa aku harus membicarakan hal ini pada Tuan Artawijaya," gumamku lirih. Hah ... Aku menarik rambutku frustasi. Aku sangat ingin main ponsel!

Tok. Tok. Tok. Suara ketukan membuat fokusku beralih ke arah pintu keluar. "Siapa?" tanyaku. "Ceritanya sudah selesai aku baca." Ah! Suara Tuan Artawijaya ... Pas sekali, dia datang untuk mengembalikan ponselku ternyata. Aku beranjak bangkit dan beralih mendekati pintu. Setelah pintu terbuka aku langsung menjulurkan tanganku ke arahnya meminta ponselku, tapi dia malah diam menatapku. "..." Hening. Situasi macam apa ini, entah mengapa perasaanku jadi tidak enak.

"Tuan, ponselku?" ujarku memecah keheningan, Tuan Artawijaya beralih merogoh kantungnya. Aku terbengong seketika, bukannya ponsel, Tuan Artawijaya malah menyodorkan segepok uang ke hadapanku. "Apa maksudnya ini?" tanyaku lirih, aku beralih menatapnya heran. "Hei ..., beri aku penjelasan tentang ceritamu itu hari ini juga, aku akan membayarmu." Aku terdiam mendengar perkataannya. Penjelasan dari ceritaku?

"Mau tidak?" lanjutnya bicara membuatku bimbang, siapa yang bisa menolak uang sebanyak itu hanya untuk menjelaskan tentang sebuah cerita. Tapi ... Masalahnya ini sudah malam, pasti akan terasa canggung menjelaskannya secara langsung pada malam hari seperti ini. "Bagaimana?" lanjutnya lagi, aku sontak menganggukkan kepalaku pelan. "Karena saya adalah seorang penulis yang profesional, saya akan menerima tawaran anda, Tuan," sahutku. "Kalau begitu ambil," ujarnya, aku langsung mengambil alih uang di tangannya. "Minggir." Eh! Minggir?

"Saya bilang minggir atau mama akan salah paham dengan pemandangan ini." Mendengar perkataannya aku langsung menyingkir dan mempersilahkannya masuk ke dalam kamarku. Dia beralih duduk di tepi ranjang, karena memang tidak ada kursi di dalam kamarku. "Kau mau cari mati ya?" lanjutnya bicara membuatku sontak mengangkat alisku heran. Cari mati? Apa maksudnya? Aku memerhatikannya yang kini beralih mendekati pintu kemudian menutupnya.

"..." Pintunya ... "Kalau mama lihat pemandangan ini bisa lebih bahaya lagi," lanjutnya bicara kembali duduk di tepi ranjang. "Cepat, langsung jelaskan saja." Dia menepuk tempat kosong di sebelahnya, aku beralih duduk di sampingnya. Entah mengapa jantungku berdetak dengan tempo yang aneh, perasaanku tidak enak. Apa aku kembalikan saja ya uangnya dan menyuruhnya keluar dari kamarku. Aku terbengong lagi.

"Cepat, jelaskan!" tukasnya membuat lamunanku buyar. Dia kelihatannya mulai kesal. Nasi sudah menjadi bubur, lagipula lumayan juga uangnya. "Oke mulai dari mana?" sahutku, sementara Tuan Artawijaya beralih merogoh kantung celananya sebelum kemudian mengeluarkan ponselku. "Saat mereka berhubungan intim untuk yang pertama kali," ujarnya menyodorkan ponsel tersebut kehadapanku.

"Kenapa kau bisa sangat yakin seorang gay seperti Setya bisa sembuh hanya dengan menghabiskan malam bersama dengan gadis yang bahkan baru pertama kali berhubungan badan?" Nyaliku langsung menciut mendengar perkataannya. Apa aku kembalikan saja uangnya ya?

"Tuan, apa saya boleh kembalikan uangnya saja?" tawarku membuat matanya langsung menajam menatapku. "Kau bilang kau seorang penulis profesional, kau bilang kau akan jelaskan juga? Lagipula kau sudah terima uangnya, jadi tolong jangan jilat ludahmu sendiri." Aku sontak terdiam mendengar perkataannya. Benar, aku adalah penulis profesional dan aku bukan penjilat. "Baiklah ... Saya tidak menyangka kalau tuan begitu tertarik dengan cerita erotis karya saya tersebut," sahutku membanggakan diri. Aku tersenyum mengambil alih ponselku.

"Baiklah, cepat jelaskan ..." ujarnya menyilangkan kaki kananannya ke atas paha kirinya, dia menatapku sambil bertopang dagu. Aku beralih menatap ponselku dan mulai membaca adegan panas pertama dalam episode yang dipilihnya. "Jadi ... Kenapa?" lanjutnya bicara. "Mudah, itu karena Setya memang baru merasakan sensasi berhubungan intim dengan perempuan," ujarku membuat dua alisnya terangkat. "..." Apa aku salah bicara?

"Bagaimana?" sahutnya. "Bagaimana?" gumamku mengulang perkataannya bingung. "Ya, bagaimana? Jelas-jelas Setya biasa saja di awal, jangan berusaha membodohiku, jelaskan yang benar!" tukasnya kesal. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal, ragu. Masa aku harus menjelaskan hal seperti itu secara rinci?

"Tuan, kalau kau sebegitu penasarannya, silahkan saja coba anda lakukan sendiri sesuai dengan yang tertulis dalam cerita erotis buatan saya." Benar, bagaimana bisa gadis perawan sepertiku menjelaskan mengenai sensasi dalam berhubungan intim di depan pria yang bahkan seharusnya sudah tahu betul bagaimana rasanya. Aku merasa puas dengan perkataanku, sementara pria di depanku hanya bisa diam membisu. Tak lama kemudian dia beralih melepas jas yang dipakainya. Benar juga, kipas anginnya mati ya ... Aku beranjak bangun untuk segera menyalakan kipas angin yang terletak di sudut kamar.

"Eh!" Aku tersentak merasakan jemari tangan yang tiba-tiba merambat dan beralih melingkari pinggangku, sementara jantungku mulai berdetak dengan tempo yang aneh. "Baik, langsung saya coba saja," bisik sebuah suara tepat di telingaku. "Tuan ..." gumamku lirih menepis tangannya dari pinggangku dan beralih menjaga jarak darinya. Mataku langsung membulat melihatnya yang kini sudah setengah telanjang tengah berdiri tepat di belakangku. Pipiku terasa memanas saat pandanganku sekilas menangkap tubuhnya yang begitu proporsional.

"Pfft ... Ada apa dengan wajahmu itu?" ujarnya sembari terkekeh. "Seharusnya saya yang bertanya pada anda, Tuan," gumamku beranjak meraih pakaiannya di atas ranjang. "Apa yang anda lakukan, tolong kenakan pakaian anda," pintaku menyodorkan pakaian tersebut kehadapannya. "Bukankah kau barusan menyuruhku untuk mencobanya sendiri?" sahutnya berjalan melewatiku sebelum kemudian menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

"..." Situasi macam apa ini ... Keringat dingin mulai mengalir di pelipisku melihat Tuan Artawijaya yang kini beralih melepas ikat pinggangnya. "Jangan bercanda, Tuan ..." ujarku berjalan mendekati pintu keluar. "Ukh!" pekikku kaget saat tubuhku tiba-tiba digendongnya. "Lepaskan saya atau saya akan teriak dan-"

"Silahkan teriak, tapi setelah kau melakukannya saya jamin hidupmu tidak akan pernah tenang lagi untuk kedepannya," potongnya membuatku terdiam membisu. Dia beralih membaringkanku ke atas ranjang sebelum kemudian mengambil alih posisi di atasku. "Tuan, jangan bercanda ... Kau benar-benar membuat saya merinding," lanjutku bicara menyanggah tubuhnya berusaha menjaga jarak. "Nona penulis, saya tekankan sekali lagi ya ..., bukannya barusan anda sendiri yang menyuruh saya untuk mencobanya secara langsung?"

"Jadi saya pikir saya akan mencobanya terlebih dahulu bersama dengan anda, bukankah anda yang lebih paham, silahkan berikan sekalian dengan tutorialnya supaya saya menjadi lebih paham," lanjutnya lagi bicara bersamaan dengan tangannya yang kini mulai menyelinap masuk ke dalam pakaianku. "Tuan! Kau!" pekikku kaget beralih mendorong tubuhnya dengan kakiku berusaha lebih keras menghindarinya, tapi dia malah menindih kakiku. "Tuan ..." pekikku masih tetap berusaha menghindarinya, sementara Tuan Artawijaya malah tersenyum, dia terlihat senang mendapat perlawanan dariku. "Menyingkir atau saya teriak sekarang juga," tegasku beralih menatap tajamnya. Dia benar-benar sudah keterlaluan.

Terimakasih sudah mau mampir ... Mohon beri saya dukungan apabila karya yang saya buat berhasil menarik hati kalian.

annuna_myharzggcreators' thoughts