webnovel

Chapter 11 : Sedikit Ruang

Saat hatimu dan pikiranmu sedang tidak sejalan, itu artinya, kamu membutuhkan waktu untuk berdamai dengan dirimu.

Sama seperti yang dialami Maya, dia merasa bahwa dirinya butuh ruang untuk sendiri. Menyembuhkan luka yang selama ini terus dia dapat dari kehidupan rumah tangganya bersama Haris. Hari itu Maya mengatakan keinginannya untuk berlibur kerumah orang tuannya, Maya mengatakan sudah sangat merindukan ayah dan ibunya yang sudah hampir delapan bulan tidak bertemu secara langsung. Awalnya Haris kembali menjanjikan untuk mengantarnya pergi lusa, tapi Maya menolak karena sudah tidak bisa lagi menahan kerinduannya. Dia ingin pergi hari itu juga, Maya juga mengatakan jika Haris sibuk, dia akan berangkat sendiri. Bukan suatu ancaman, tapi Maya lebih memikirkan kesehatan jiwanya yang sudah sangat terganggu dengan semua yang dia rasakan selama ini. Akhirnya Haris menuruti keinginan Maya, hari itu juga Maya dan Haris pergi kerumah orang tua Maya.

"Lho ... lho ... lho ..., Kalian mau kemana?" tanya Ibu Haris sedikit terkejut melihat Maya dan Haris turun dari tangga kamarnya dengan membawa koper.

"Haris dan Maya ingin pergi mengunjungi orang tua Maya, Bu. Sudah lama juga kan Maya tidak bertemu dengan mereka, Haris juga sudah janji untuk mengantar Maya." terang Haris kepada Ibunya.

"Kenapa mendadak sekali sih Ris?! kan bisa kapan-kapan gitu loh!" kata Ibu Haris lagi.

"Sebenarnya bukan mendadak sih Bu, harusnya Minggu kemarin, tapi karena ada masalah, jadi kita cancel. Dan sekarang waktu yang tepat. Ibu baik-baik dirumah, Haris sama Maya cuma dua hari saja disana." terang Haris kepada Ibunya lalu pergi memasukkan koper kedalam bagasinya.

Sementara Maya, berpamitan dengan Ibu mertuanya.

"Bu, Maya pamit pulang dulu ya? Ibu baik-baik dirumah." pamit Maya sambil mencium tangan Ibu mertuanya. Walaupun tidak mendapatkan respon seperti saat Renata yang melakukan hal yang sama kepada Ibu mertuanya itu, Maya tetap bersikap seperti biasa layaknya menantu kepada mertuanya.

Setelah berpamitan, Maya dan Haris pergi meninggalkan Ibu Hartini yang masih mematung di tempatnya melihat kepergian mereka, tentu saja dengan tatapan tidak suka.

Maya cukup lega karena akhirnya dia bisa bertemu dengan kedua orangtuanya dan seluruh keluarga besarnya nanti.

"Kamu kenapa diam?" tanya Haris kepada Maya karena istrinya hanya diam membisu tidak mengajaknya berbicara seperti biasanya.

"Enggak kenapa-kenapa kok Mas, aku cuma membayangkan bagaimana ekspresi orang tua aku dan juga keluarga besar aku saat melihatku didepan mereka nanti. Aku sudah tidak sabar Mas!" cerita Maya sambil matanya berkaca-kaca.

"Kalau kamu happy, harusnya nggak usah nangis dong?" goda Haris kepada Isterinya itu saat melihat air mata Maya sudah siap untuk tumpah.

"Mas...?!" sahut Maya sambil melihat kearah suaminya.

Haris terkekeh melihat raut muka istrinya yang sudah ingin melahapnya hidup-hidup.

Perjalanan mereka masih lama, untuk itu Haris mengajak Maya makan sebentar dan membelikan oleh-oleh untuk ayah dan ibu Maya. Mereka berdua memilih lunch ditempat mereka dulu sewaktu pacaran. Haris mengatakan ingin sedikit bernostalgia kembali ke masa-masa mereka berpacaran. Maya tersenyum mendengar ucapan suaminya.

"May, kamu masih ingat tidak dulu kamu memakai dress warna merah dan berdiri disana untuk membayar makanan kamu bersama teman-teman kamu. Dan aku duduk disini, tempat yang saat ini kita duduki. Aku memperhatikan kamu sampai aku tidak sadar makananku dihabiskan oleh Danu, si gembul yang sudah seperti sapi kurban badannya itu." cerita Haris pada Maya.

"Iya, aku ingat kok Mas, dan kamu membuat aku kesal karena itu. Aku langsung curiga terhadap kamu dan pikiranmu saat itu." imbuh Maya.

"Dari dulu kamu selalu jutek dan cuek, tapi itu yang membuat aku cinta sama kamu. Dibalik semua sikap kamu, terdapat hati yang tulus dan penuh cinta kasih. Dan satu lagi, dari dulu sampai sekarang, kamu tetap cantik!" ucap Haris memuji Maya istrinya.

Ditempat itu Maya dan Haris terus membicarakan tentang kenangan masa lalu mereka yang penuh dengan cinta. Dan setelah cukup lama, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tua Maya.

* * *

Dau jam kemudian, mereka sudah tiba. Maya sudah tidak sabar untuk bertemu ayah dan ibunya. Maya segera keluar dari dalam mobil, dia melihat sekeliling rumahnya yang masih sama dan tidak ada yang berubah. Semua masih seperti saat Maya pergi dari rumah setelah menikah dengan Haris. Bunga kesukaannya pun masih hidup dan tumbuh dengan segar.

Tiba-tiba pintu rumah Maya terbuka, terlihat dua orang suami istri yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, mereka adalah kedua orang tua Maya.

Mereka tidak kuasa menahan air matanya saat melihat putri kesayangannya datang dan berdiri didepan mereka.

"Ibu, Ayah. Maya pulang...!" seru Maya terisak karena begitu senangnya melihat kedua orang yang berarti dalam hidupnya baik-baik saja.

Maya memeluk ayah dan ibunya sangat erat. Tangisnya semakin menjadi.

"Kamu apakabar nak?" tanya Ayah Maya setelah mengusap air mata.

"Baik, Yah. Maya baik-baik saja. Ayah sendiri bagaimana? sehat kan?" tanya Maya kembali.

"Ayah sehat sayang, sangat sehat apalagi melihat kamu sekarang!" terang Ayah Maya begitu bahagia.

Sementara itu, ibunya masih terus memeluk Maya. Haris yang sudah selesai mengambil koper dari bagasi segera menyusul menghampiri istri dan mertuanya itu yang tengah melepas rindu. Haris mencium kedua tangan Ayah dan Ibu mertuanya lalu memeluknya juga.

"Ayo kita masuk, dari tadi kita disini sampai lupa." ujar Ayah Maya lagi.

Maya melihat seluruh ruangan rumahnya yang tetap sama, Maya terus mengingat kembali hari terakhir dia bisa tinggal disana bersama kedua orangtuanya sebelum menikah. Maya sangat senang bisa berkumpul lagi dengan orang yang dicintainya. Mereka semua akhirnya duduk diruang tengah.

"Kamu disini mau berapa lama?" tanya Ibu Maya sambil mengelus rambut putrinya itu dengan cinta.

"Niatnya dua hari Bu, Yah." jawab Haris.

"Kenapa cuma sebentar? Ibu dan Ayah masih kangen kamu juga Maya loh Ris, tadi kami kira satu sampai dua Minggu." kata Ibu Maya penuh harap.

"Kan Haris kerja Bu, mungkin lain waktu lagi kami akan tinggal lebih lama. Bukan begitu sayang?" ucap Haris kepada ibu mertuanya.

"Mas, aku boleh nggak disini seminggu saja. Mas Haris kerja aku disini boleh kan? kalau Mas Haris tidak memperbolehkan, kita akan kembali sesuai rencana semula." pinta Maya yang membuat Haris sedikit berat karena harus berpisah dengan istrinya.

Haris berpikir sejenak, dia merasa bahwa Maya dan juga kedua orangtuanya butuh waktu lebih lama untuk bersama, untuk itu Haris menyetujui keinginan Maya. Walaupun sebenarnya dia juga tidak bisa berpisah jauh dari istrinya. Mendengar jawaban Haris, Maya, Ayah dan juga Ibunya merasa bahagia. Terlebih Maya, karena dia memiliki waktu lebih lama untuk sendiri, menyembuhkan luka yang dia tutupi dari Haris dan juga kedua orangtuanya. Sedikit ruang yang bisa membuat Maya bisa merasakan menjadi dirinya sendiri tanpa tekanan.