webnovel

Suamiku Duda Muda

"Apa!" Lisa melebarkan matanya. "Aku harus mau nikah sama dia, si duda itu, haruskah?" Siang itu tanpa badai, Lisa harus menerima permintaan kedua orang tuanya untuk menikah sekaligus menjadi istri kedua dari seorang pemuda yang baru saja berpisah dari istrinya, namanya Gionino. Hanya berbekal hubungan baik keluarga yang tercipta diantara kedua orang tua mereka, urutan bisnis memang nomor satu. Ancamannya kalau dia tidak mau, perusahaan ayahnya yang sudah mulai goyang itu akan jatuh, tak akan bisa bangun lagi. Tapi, kenapa harus dengan anak terakhir mereka, bukan yang pertama, bahkan belum menikah. "Ica!" "Lisa, namaku Lisa!" dia pasti jahat pada mantan istrinya sampai digugat begitu. Lisa yakin. Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka? Apa Lisa bisa menerima dan tahu alasan rahasia suaminya menjadi duda diusia muda? Mohon dukungannya, semua. Spesial dari Pelantun_Senja.

Pelantun_Senja · Urban
Not enough ratings
32 Chs

Rasa yang Berbeda

Sesuai janjinya, Lisa yang sudah mengutarakan perasaannya itu, tak peduli suaminya membalas atau tidak. Malam ini dia tanggalkan rasa takut yang ada dan dia ganti rasa percaya.

Dari semua tingkah dan tindak tanduk Gio, sudah dia pastikan kalau pria itu mencintainya, hanya saja masa lalu Membuat Gio takut mengakui mengingat wanita bisa meninggalkan dia kapan saja.

Dan sekarang, Lisa tak akan takut kehilangan Gio, mulai malam ini, program kehamilan itu akan dia lakukan, dengan adanya anak di rahimnya, dia bisa bersama Gio selamanya.

Ya, dia jatuh cinta pada pemuda berstatus duda yang telah menikahinya itu.

Bruk!

"Sayang, mmm ...."

Lisa mendongak merasakan gelenyar aneh pada dirinya, sentuhan Gio yang memabukkan dan dirasa berbeda dari malam-malam sebelumnya.

Mereka siap menanam benih dalam-dalam dan banyak di rahim itu, membiarkan mereka berkembang dan tumbuh hingga hadir satu sosok kecil yang nantinya akan menjadi tambah banyak juga.

"Ica, lihat aku!" titah Gio sembari mengatur napasnya.

Lisa menurut, dia buka matanya perlahan, dia takup wajah tampan Gio yang tersenyum dan menatapnya sendu, dia pun mengulas senyum sebelum kembali membuka mulutnya, mendongak merasakan hujaman dari sang suami yang begitu dahsyat.

Keduanya ambruk tak berdaya setelah menuntaskan semuanya, dua kali putaran yang Gio inginkan, sudah berhasil membuat Lisa lemas dalam dekapannya.

Gio tarik selimut itu menutupi tubuh polos Lisa, mencium kening dan bibir ranum menggoda itu berulanh kali, dia beri lumatan sedikit hingga Lisa menggeliat.

"Gi, sudah, aku mau tidur!"

"Eheheheh, iya, tidurlah. Aku mau mandi duluan, sayang." balasnya berbisik.

Sayang?

Sebenarnya, jantung Lisa tersentak kaget, tapi karena lelah dan kantuknya sudah menjalar, dia jadi tak sempat bertanya dan sudah pergi ke alam mimpi.

Gio kecilkan pendingin di kamar mereka, dia lantas membersihkan diri hingga besok tak perlu berebut bersama istrinya, besok Lisa masih harus bekerja, dia tidak mau senyum dan mimpi istrinya itu terabaikan dan Lisa akhirnya bersedih.

"Ya, Yo. Apa maksudmu?"

"Aku tahu Eva akan ke sana, dia pasti mengganggu Lisa dengan berbagai cara, jadi aku minta kau harus membantuku di sini, biarkan dia berulah, tapi tetap awasi dia, aku akan menjaga hati istriku, urus saja Eva!"

"Ahahahahah, kenapa tidak aku yang menjaga Lisa, menghukum Eva?"

"Dasar, lalu kau mau mati apa? Kalau dia bersedih, itu tugasku menenangkannya, kau urus saja Eva, malas aku berurusan dengannya!" Gio ingin menjitak temannya itu.

"Ahahahaha, baiklah, Yo. Akan ku urus dia, kau bisa menenangkan istrimu yang berani itu!"

Gio matikan ponselnya, bukan tanpa alasan di sini Gio biarkan Eva berulah, dia ingin tahu seberapa keras usaha Eva mendekatinya, di sana pula dia akan semakin keras meyakinkan istrinya, lewat ini justru dia akan semakin dekat dengan Lisa.

Bayangan ada anak kecil di rumah ini tak bisa dia bendung lagi, dia bergegas kembali ke kamar menemui Lisa, istrinya itu masih terlelap, tapi gayanya yang menggoda, mengangkat satu tangan hingga bagian dadanya terlepas dari selimut.

"Ica, kamu menggoda aku lagi, katanya lelah, hem?" sudah menindih istrinya, menciumi kulit yang terbuka.

Lisa menggeliat, dia menjerit begitu satu gigitan bersarang di dadanya.

"Gi!"

"Kamu menggodaku loh, jadi dia minta lagi, Ica!"

Lisa blingsatan, bingung mau mengatakan apa, suaminya sudah bersiap kembali.

"Gi, aku lel-mmmmpptt!!"

Sudah dia tidak bisa berkomentar lagi, hanya bisa terus menggigit bibir bawah agar bik Nur tak terganggu dengan suara lenguhannya itu.

***

Lisa hamparkan senyumnya, sejak semalam perlakuan Gio berbeda padanya, selama ini mereka berhubungan selalu Lisa yang terdesak untuk menuruti apa yang Gio mau, baik itu harus mengurung Lisa seharian di rumah dan di kamar mereka, patuh pada apa yang Gio aturkan.

Namun, apa yang mereka lakukan semalam berulang kali tanpa ada paksaan, Lisa menyerahkan dirinya utuh pada Gio, begitu pula Gio, ada rasa yang berbeda dari keduanya, malam ini dilewati dengan perasaan yang berbeda, sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya.

Mereka saling mendampa untuk meneguk madu satu sama lainnya, meminta lagi dan lagi, lalu menurutinya dengan perasaan yang rela.

"Gi, bekalnya sudah siap, kamu berangkat berapa menit lagi?"

"Sebentar lagi, Ica. Aku bingung mau memakai dasi yang mana, coba bantu pilih!"

Lisa berlari ke kamar, pria itu selalu saja membuat dia kerepotan di pagi hari, entah ini dan itu selalu saja ada yang dia minta, membuat Lisa harus mondar-mandir ke sana-ke mari menuruti apa yang dia mau.

"Yang mana, aku tidak tahu harus memakai yang mana?"

"Sini aku pilihkan, minggir dulu!"

"Aku mau kamu memilihnya sambil aku peluk, Ica!"

Lisa melengos, ada saja kan yang dia mau, malas sekali kalau begini, tapi karena rasa sayangnya telah dia curahkan, maka tak ada pilihan lainnya, dia akan memberikan apa yang suaminya mau.

"Ini saja, ini lebih cocok dengan bajumu, kenapa juga memakai baju cerah seperti ini, Gi?"

"Karena hatiku senang, aku dapat banyak semalam sampai pagi darimu!"

"Dasar, ayo buruan turun, nanti kita terlambat!"

"Ica, cium aku dulu!" memajukan bibirnya.

Lisa mengesah, tapi dia mendekat juga, dia biarkan tengkuknya ditekan dan bibirnya dilumat tanpa celah, dipastikan pewarna bibir yang dia pakai rusak karena decapan Gio.

Di kantor,

Pandangan Lisa pada teman satu ruangannya sedikit aneh, pasalnya mereka membawa banyak makanan seolah menyambut pegawai yang gagal resign saja.

Lisa peluk Renata dengan erat, dia tak akan kehilangan teman dan bisa bersama Renata curhat seperti dulu lagi.

Satu hari mau berpisah saja terasa berat minta ampun.

"Pak Andreas yang mengatakannya langsung, kita semu bersorak loh!"

"Benarkah, suamiku memang juara kalau urusan merayu orang dan berkuasa, kamu tahu kan? Oiya, di mana Ares?" Lisa tak melihat anak itu.

"Tadi, ada kok di tempatnya, tunggu saja, kita makan ini dulu!" ajak Renata.

Sejak tahu Ares itu adiknya Eva, dia jadi sedikit cemas, mengingat Ares itu baik, dan Lisa sebenarnya tak bisa menahan rasa penasarannya akan masalalu sang suami yang selama ini memilih bungkam.

Begitu Ares tiba, pemuda itu terkejut, tapi bergegas mendekati Lisa, dia berikan ucapan selamat dengan mata yang berbinar

"Aku pikir tidak akan bisa melihat kak Lisa lagi, sungguh aku senang!" ujarnya sumringah.

"Ahahahaha, sudah-sudah, ayo kamu makan, semua sudah pada makan ini!"

Ares mengangguk, dia baru saja bertemu Eva, susah payah dia melarang kakaknya itu masuk.

Sebisa mungkin Ares ingin menjaga istri dari mantan kakak iparnya itu, mengingat Lisa jauh lebih baik dari Eva.