webnovel

Suamiku Duda Muda

"Apa!" Lisa melebarkan matanya. "Aku harus mau nikah sama dia, si duda itu, haruskah?" Siang itu tanpa badai, Lisa harus menerima permintaan kedua orang tuanya untuk menikah sekaligus menjadi istri kedua dari seorang pemuda yang baru saja berpisah dari istrinya, namanya Gionino. Hanya berbekal hubungan baik keluarga yang tercipta diantara kedua orang tua mereka, urutan bisnis memang nomor satu. Ancamannya kalau dia tidak mau, perusahaan ayahnya yang sudah mulai goyang itu akan jatuh, tak akan bisa bangun lagi. Tapi, kenapa harus dengan anak terakhir mereka, bukan yang pertama, bahkan belum menikah. "Ica!" "Lisa, namaku Lisa!" dia pasti jahat pada mantan istrinya sampai digugat begitu. Lisa yakin. Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka? Apa Lisa bisa menerima dan tahu alasan rahasia suaminya menjadi duda diusia muda? Mohon dukungannya, semua. Spesial dari Pelantun_Senja.

Pelantun_Senja · Urban
Not enough ratings
32 Chs

Bertemu Eva

"Iya, sayang. Gi, aku mau masuk dulu, kamu buruan makannya, nanti ketemu lagi ya, semangat kerjanya!" suara Lisa begitu nyaring dan ramah di telinga, yakin Gio senyum-senyum di sana.

"Apa, minta apa?"

Lisa kerucutkan bibirnya, selalu saja meminta ini dan itu kalau tidak sedang bertemu, memanfaatkan kondisi yang ada hingga mereka bisa saling tertawa, yang pastinya Gio tertawa lebih kencang, dia tahu bagaimana kalau Lisa kesal karena harus memberinya kecupan jauh.

Di sudut lain, seorang wanita telah menunggunya, tidak lain Eva, mantan istri Gio yang hanya menikah satu bulan saja, sedari tadi dia menunggu waktu di mana dirinya bisa bertemu dengan Lisa, sosok yang kini menjadi istri Gio dan membuat Ares menyukainya sebagai kakak, dibandingkan dirinya sendiri.

Eva melangkah mendekat, mengikis jaraknya dengan Lisa, suara sepatunya terdengar sampai membuat Lisa berbalik dan mengerutkan keningnya, wajah itu tidak asing, hanya saja dia tidak pernah melihat Eva secara langsung.

"Hai, Lisa." sapa Eva.

"Iya, siapa ya?" Lisa mengulas senyum.

Cih, jadi seperti ini istri kedua mantan suaminya itu, manis dan lembut, ramah lagi pada orang yang tidak dikenal, wajar kalau Gio betah dan jatuh cinta.

"Kamu tidak kenal siapa aku?"

Lisa memilih bergeleng, dia ingin menebak itu Eva, tapi lebih baik dia merasa tidak tahu saja.

"Eva, mantan istri Gio."

Ah, benar rupanya, Lisa semakin melebarkan senyumnya, dia masih takut Gio diambil lagi oleh wanita ini, tapi dia harus terlihat tegar dan berani, jangan sampai direndahkan.

"Halo, apa kabar? Maaf, aku tidak pernah tahu dan bertemu kamu, silakan duduk!"

"Tidak perlu, aku ke sini cuman mau ketemu sebentar sama kamu, Lisa."

"Aku, ada apa?" Lisa urungkan niat untuk duduk, dia berdiri berhadapan dengan Eva, masih mengulas senyumnya.

"Apa Gio baik-baik saja? Aku rindu padanya, aku rindu dengan sentuhannya, dia selalu memperlakukan aku dengan nyaman setiap kali bertemu," ujar Eva berbohong, dia mau membuat Lisa panas.

Lisa tersenyum, "Beruntung sekali kamu, kalau sekarang dia memang masih tetap baik, hanya saja dia posesif padaku, mungkin karena takut kehilangan aku, eheheheh. Kamu sekarang sudah menikah?"

Jleb,

Pertanyaan yang membuat Eva gemetaran, dia bisa sesombong ini pada Lisa, sedang dia belum menikah, hubungannya dengan Johan bahkan masih menggantung, kalau bukan karena Gio menutupi keburukannya, dia pasti sudah tenggelam di dasar lautan.

Usai berbicara secukupnya dengan Lisa dan jawaban itu tak bisa dia ungkapkan, Lisa kembali mengingat ada panggilan pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Renata yang memanggilnya, dia kenal dan tahu bagaimana wajah Eva dari foto yang pernah Ares tunjukan padanya, sekalipun dia tidak mau kalau sampai wanita kurang ajar itu membuat Lisa mendapatkan masalah dengan Gio, tahu sendiri berbicara dengan orang asing bisa membuat Gio emosi.

"Dia hanya berkata begitu," ujar Lisa.

"Kamu sedih mendengar kenyataan kalau Gio pernah tidur bersamanya?"

"Hem, sedih. Eheheheh, tapi kan mereka dulu menikah, tidak mungkin kalau tidak begitu, Gio saja setelah menikah denganku tidak mau ditolak, artinya-"

"Ica."

Mati aku!

Lisa segera berbalik, pria yang tadi minta kecup jauh itu sudah ada di belakang mejanya, Renata mengambil posisi aman, dengan segera dia meminta Lisa mendekati Gio yang sudah mengeraskan rahangnya.

Dua orang itu ke luar ruangan bersama, ini hari pertama Lisa masuk kembali bekerja, jangan sampai membuat dia terancam ke luar karena emosi dan salah paham bersama Gio.

"Gi, tumben kamu di sini, sejak kapan?" perasaan baru saja ditelpon tadi, sudah main nongol saja.

"Harus aku ikat apa kamu, hem?"

"Eheheheh, Gi, dengarkan aku dulu. Sungguh, tadi aku ke depan cuman menjawab telponmu, di sini jaringannya buruk, jadi aku ke luar, tidak tahu kalau bertemu dia, terus-"

"Kamu percaya sama apa yang dia katakan soal aku?" potong Gio. "Kamu percaya sentuhanku lembut ke dia, Ica?"

Lisa kikuk, dia harus menjawab apa, mana dia tahu kebenarannya bagaimana, dalam pikirannya orang menikah jelas akan saling mendamba.

Lisa terdiam sampai Gio mempertemukan bibir keduanya, decapan itu tak bisa Lisa tolak, beruntung Gio membawanya ke mobil berkaca gelap ini.

Beruntung juga dia bekerja pada orang yang takut pada suaminya, bisa dipecat dia kalau sembarangan begini.

"Ica, aku tidak pernah mencium wanita selain kamu." Gio tatap dalam bibir itu.

Lisa berkedip pelan berulang kali, bingung mencerna apa yang Gio katakan.

Lalu, jari Gio membuat bentuk garis di leher Lisa.

"Aku bahkan baru belajar membuat bekas merah itu di lehermu, Ica. Apa kamu lebih percaya omongan wanita sialan itu?"

Lisa benar-benar tidak bisa menjawab.

"Ica kalau aku bilang kamu, gadis yang aku tiduri pertama kali, wanita yang aku jamah pertama kali, kamu percaya? Atau kamu percaya wanita itu?" Gio melesakkan wajahnya ke ceruk leher Lisa.

"Ica, aku merasakan nikmatnya surga dunia itu bersamamu, aku baru meneguk madu itu bersamamu. Ica, kamu percayakan?"

Lisa mengangguk, entah yang benar yang mana, tapi tidak mungkin dia mengatakan suaminya pembohong, lagipula dia tidak mungkin meminta bukti kalau mereka belum pernah tidur bersama, itu memalukan.

"Gi, sayang, berat badannya, sakit!"

"Ica, maaf!" Gio benahi posisi duduknya, dia ciumi wajah Lisa, entah kenapa perasaan tidak enak tadi membawanya ke kantor ini, dan benar saja dia mendapati Lisa bertemu dengan Eva. "Ica, mau itu!"

"Heh, ini aku lagi kerja, jangan aneh-aneh, Gi!"

"Ahahahaha, memangnya aku mau apa? Hayo, kamu piktor ya?"

Lisa menganga, dia cubit pinggang suaminya itu, kesal mendarah daging, selama ini juga kalau mau itu ya itu jatah, sudah bisa ditebak.

Setelah mencium Lisa sampai kebas, Gio baru melepaskan istrinya itu, melihat sorot percaya pada mata istrinya, Gio menjadi tenang.

"Ica, nanti aku jemput!"

"Iya, hati-hati." Lisa balas lambaian tangan itu, bisa saja suaminya, kan tiga jam lagi sudah mau pulang, begitu pakai perpisahan.

Renata tergelak mendengarnya, dia kira Lisa sudah jadi ikan asin di depan, nyatanya hanya bibirnya yang rusak karena Gio terlalu ganas menciuminya.

"Lisa, tapi kalau apa yang Gio katakan benar, itu artinya Eva berbohong, atau Gio yang bohong, Eva yang benar?"

"Mana aku tahu, yang aku kenal Gio kalau sudah sendu begitu, dia pasti berkata jujur. Tapi, kenapa Eva mengakui begitu?"

Ah, Lisa tidak mau memikirkan hal yang bagaimana, takut suaminya mendadak muncul, terus dia diserang lagi.

Bruk!

"Kenapa, Lis?"

"Kak Lisa, aku bantu bangun!"

"Lisa, kenapa?"

Lisa rasa kepalanya pening tidak karuan.

"Sini duduk, sini!" Renata bawakan minyak kayu putih.