webnovel

BAB 34 KEPULANGAN HIKMA

Setelah berpamitan dengan bibi dan juga Bondan, Hikma dan semua adiknya pergi meninggalkan rumah tersebut dan menuju ke rumah Hikma yang sudah beberapa hari ini tidak terurus sama sekali karena dirinya berada di rumah Bondan.

Hikma terlihat sangat antusias untuk pulang walau sebenarnya jauh di dalam hatinya sangat tidak menginginginkan hal ini karena yang Hikma inginkan adalah selalu bisa berada di dekat Bondan. Hikma sellau berusaha untuk bisa di dekat Bondan bagaimanapun caranya.

Hal yang sulit juga bagi Bondan karena dirinya sangat menginginkan untuk terus bersama Hikma, seseorang yang sangat dicintainya tanpa syarat. Bondan sangat mencintai Hikma bagaimanapun itu keadaan Hikma, seseorang wanita yang telah berhasil merebut hatinya dibalik banyak sekali wanita yang jauh lebih darinya sedang berusaha mengejarnya.

Bondan :" Benar kamu mau pulang ke rumah? Kalau mau tetap disini masih di perbolehkan dan sangat boleh karena rumah ini menjadi ramai kalau ada kamu dan juga adikmu itu, bahkan sebaliknya jika rumah ini tidak ada kalian maka akan terasa sangat sepi"

Tanya Bondan kepada Hikma yang sudah membereskan semua barangnya, hatii Bondan terasa sangat nyilu ketika melihat tekad Hikma yang berkeinginan meninggalkanya kembali, dirumah ini kesepian berjumpa lagi, hanya ada dirinya dan juga bibi.

Hikma :" Aku tidak ingin terus merepotkanmu, toh rumah itu juga sudah aku bayar penuh harga kontraknya selama setahun, sayang kalau harus ditinggalkan dalam jangka waktu lama. Jarak kita kan juga tidak jauh, kalau aku atau adikku nanti rindu terhadapmu maka akan sangat bisa datang kemari dengan cepat"

Ucap Hikma sembari memegang tangan Bondan untuk meyakinkanya, berharap perasaan Bondan akan membaik setelah mendengarkan penjelasanya etrsebut. Raut wajah Bondan sangat terlihat bahwa diirnya sedang mengalami sebuah cemas yang sangat mengerikan. Dari hal tersebut Hikma berusaha untuk bisa menenangkannya walau dengan cara yang sangat mustahil dengan menasehatinya atau memberikan sedikit pencerahan dengan omongan ringan saja.

Bondan :" Aku yang akan membayarkan semua tagihan kontrakanmu dengan syarat kamu dan juga adikmu bersedia tinggal dirumah ini untuk menemaniku dan juga bibi"

Hikma hanya nyengir mendengar jawaban Bondan yang seakan memaksanya untuk tetap berada di situ dan tidak boleh pergi kemanapun, sebuah pilihan yang sangat berat, tetapi Hikma tidak ingin merepotkan Bondan lebih dalam lagi, walau jauh di dalam hatinya juga sangat ingin tetap bersama Bondan disini dirumah Bondan dan juga bibi.

Hikma :" Percayalah, aku juga ingin selalu berada di dekatmu, tetapi ketika kita melihat kembali, sudah terlalu banyak aku merepotkanmu. Dan aku tidak ingin melanjutkan hal ini, aku masih diberikan kekuatan untuk berusaha, bahkan hal yang telah kamu berikan selalu tertulis sebagai hutang yang nanti jika aku sudah memiliki uang maka akan aku kembalikan. Mengertilah, aku tidak ingin terus dan terus merepotkanmu dan juga bibi, aku tetap ingin berjuang menggunakan kakiku sendiri tanpa campur tangan orang lain kecuali campur tangan Tuhan"

Bondan menghela nafas dengan snagat panjang, terasa begitu berat walau sebenarnya jarak mereka memang tidak terlalu jauh bahkan mampu ditempuh hanya dengan jalan kaki saja, tetapi ternyata hal tersebut sangat membuat Bondan terpukul hingga keberatan dengan Hikma yang ingin pergi dari rumahnya ini.

Bondan :" Baiklah kalau begitu, tetapi janji ya sering-sering kerumah ini ajak semua adikmu, bahkan adikmu juga sering-sering untuk disuruh kesini agar rumah ini tidak terlalu sepi karena kekurangan orang"

Hikma :" Siap laksanakan, aku akan menyuruh mereka untuk sering ke sini untuk sekedar bermain atau menemanimu juga bibi."

Bondan akhirnya tersenyum dan menghembuskan nafasnya kembali karena sudah lega mendengar semua ucapan Hikma tersebut. Bondan sudah trelihat sumringah tidak murung seperti tadi lagi.

Bondan :" Aku akan mengantarkanmu dengan mobil, dan kamu tidak boleh menolaknya"

Hikma akhirnya mengangguk dan tersenyum tanda diirnya setuju dengan tawaran yang Bondan berikan padanya. Bukan tawaran tetapi sebuah pernyataan yang harus dipenuhi secara seluruhnya. Bondan langsung menuju ke parkiran rumhnya dan menyiapkan mobil utnuknya agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.

Walau sebenarnya jarak rumah mereka tidak jauh tetapi demi melegakan hati Bondan, akhirnya Hikma menyetujui segala permintaan Bondan dengan senang hati dan tanpa penolakan sedikitpun. Hikma sangat memahami dengan apa yang Bondan rasakan saat itu, jika Hikma menolaknya maka akan terasa sangat terluka oleh keputusan yang Hikma ambil utnuk pulang kerumahnya.

Setelah semuanya beres dan rapi kembali, Hikma mengajak smeua adiknya untuk tuurn ke parkiran.

Hasan :" Kak, disini bukanya sangat nyaman dan enak ya? Kenapa kita harus pindah lagi kerumah yang bahkan sangat sempit"

Hikma tersenyum dan memeluk tubuh Hasan yang sangat mungil, Hasan belum memahami semuanya dan yang bisa dia rasakan hanya sebuah kebahagiaan tanpa perduli bagaimana kakaknya ini berjuang untuk diirnya dan juga semua saudaranya.

Hikma membungkuk agar tingginya dengan Hasan tidak terlalu jauh,

Hikma :" Hasan kan masih punya kakak, dan kakak masih sanggup untuk memenuhi segala kebutuhan kalian walau hanya dengan sebuah makanan atau fasilitas sederhana. Tetapi klaian harus faham bagaimanapun keadaan kita, selama kita masih kuat untuk usaha. Jangan pernah untuk merepotkan orang lain atau siapapun. Karena itu adalah sbeuruk-buruknya manusia. Kalian kalau sudah dewasa juga harus bisa usaha sendiri dan jangan merepotkan orang lain bahkan kalau bisa kalian harus mampu memberikan appaun yang kalian punya ke orang lain"

Hasan akhirnya mengangguk menandakan dirinya faham dengan apa yang dikatakan kakaknya tersebut. Hikma akhirnya tersenyum dan lega melihat semua adiknay terlihat sangat tenang. Akhirnya Hikma dan semua adiknya berpelukan dengan sangat erat, dalam hati Hikma merintih untuk bisa dikuatkan bagaimanapun keadaanya bahkan ujianya yang bahkan semakin berat dari hari ke hari. Air matanya menetes dengan sangat deras ketika pelukan tersebut berhasil menembus badanya.

Hikma :" Wahai Tuhan, beri kami semua rkemudahan rezeki dan kekuatan hati, beri semua adiku hati yang kokoh dan ilmu yang bermanfaat"

Pelukan akhirnya terurai saat mendengar Bondan berteriak untuk mengajak mereka segera jalan. Karena keadaan diluar snagat mendung dan akan segera turun hujan. Adik Hikma sudah berjalan ke bawah sedangkan Hikma masih bertekuk lutut menangis, bibi yang melihat Hikma akhirnya mendekatinya dan memeberikan pelukan yang tidak kalah hangatnya.

Tangis Hikma akhirnya pecah seketika, Bondan yang curiga karena Hikma lama akhirnya naik keatas untuk mengetes keadaan Hikma. Dan ketika melangkahkan kakinya, ternyata Hikma sedang menangis dengan pelukan bibi. Tangisan yang bahkan mampu membuat hati siapapun terasa sangat nyilu.

Bondan akhirnya mendekat dan memberikan pelukanya dengan sangat cepat.

Bondan ;' Ku mohon jangan menangis, tenanglah karena kau disini".