webnovel

SUAMI TERPAKSA [ENDING]

CERPENCERBUNG5_ · Urban
Not enough ratings
23 Chs

CHAPTER LIMA BELAS

FORCE HUSBAND™

{15}

]

==============================

Sudah 2 bulan berlalu, Lauren merasakan perbedaan sikap Laura yang drastis semenjak istrinya itu mengalami mimpi buruk tentang dirinya dan Lastri.

Laura yang biasanya menyiapkan sarapan, kini tidak menyiapkan lagi. Hingga terpaksa dirinya membeli sarapan diluar. Meskipun begitu, Lauren tetap memberi Laura beberapa uang bulanan untuk keperluan belanja seperti uang makan untuk Laura dirumah.

Lauren tidak ingin memaksa, barang kali Laura memang masih terngiang akan mimpi yang terasa nyata itu. Atau mungkin Laura menjadi sedikit malas gerak karena kehamilannya yang kian membesar. Lauren mencoba mengerti semua itu. Karena benar kata sebagian orang, kalau menikah itu perlu ekstra kesabaran. Seberapa sempurnanya kau melihat pasangan saat masih menjalin hubungan pacaran, pasti kau akan pernah merasakan perasaan tidak enak dengan pasangan. Karena ketika menikah, semua sifat buruk ataupun baik akan keluar.

Lauren merapikan seragam yang ia pakai hari ini. Lauren hari ini mengadakan rapat di perusahaan tempatnya kerja. Dirinya akan diskusi dengan semua staff terkait nasib perusahaan tempat kerjanya kini. Apakah perusahaan tersebut akan tetap bertahan, atau baiknya dijual semua saham kepada orang yang bersedia membelinya.

Lauren menatap lirih Laura yang masih menutup matanya di tempat tidur. Lauren merasa sangat rindu akan tingkah riang istrinya itu. Lauren ingin membelai istrinya seperti dahulu namun untuk sekarang masih belum bisa karena sikap acuh Laura.

Ketika sudah selesai memakai seragamnya itu, Lauren menyemprotkan parfum keseluruh badannya. Setelah selesai, ia menatap istrinya dengan tatapan teduh, " aku berangkat ya Ra. Jangan lupa makan". Setelah mengucapkan itu, Lauren meninggalkan Laura di kamarnya.

Lauren memasuki mobilnya dan mulai mengendarainya.

Ketika sudah memastikan suaminya itu pergi, barulah Laura membuka matanya. Ia menatap cermin yang tak jauh berada dari tempat tidur, cermin tersebut memantulkan wajah lesunya. Laura hanya bisa berlinang airmata.

Dirinya masih belum bisa melupakan mimpi buruknya itu. Mimpi tersebut sangat terasa nyata, hingga menyebabkan dirinya merasa putus asa. Mimpi itu selalu saja terngiang. Bahkan ketika dirinya mencoba membuka komunikasi dengan Lauren, dirinya malah terngiang akan mimpi tersebut. Sangat sulit baginya berkomunikasi dengan suaminya untuk 2 bulan terakhir ini.

Dirinya hanya bisa menatap lesu pantulan akan bayangannya dicermin, "Kapan semua ini berakhir".

=============================

Lastri tertegun menatap sosok lelaki yang kini didepannya. Sudah hampir 4 bulan terakhir, pria ini menghilang dari hadapan Lastri. Namun kini tiba - tiba ia menampakkan diri. Bukan secara sengaja, melainkan mereka secara kebetulan bertemu di Rumah Sakit Bunda Pelita ini.

Bibir lelaki itu membeku seolah tidak ingin membuka obrolan dengan Lastri. Sementara Lastri hanya bisa menangis melihat sosok yang kini dihadapannya.

"Kau ". Lirih Lastri sedikit bertekuk karena saking shocknya.

Pria itu memegang pundak Lastri, membantu agar Lastri tidak terjatuh.

Lastri menepis tangan pria itu, "Lepasin!".

Pria itu hanya bisa pasrah.

Lastri dengan nada marah berujar, "Beraninya kamu setelah kabur malah muncul dihadapan ku lagi"

Pria itu melirik perut Lastri yang terlihat buncit. Dengan penasaran pria itu bertanya, "Kamu.. ha-hamil?".

Lastri berusaha menutupi perutnya yang terlihat membuncit.

Pria itu mendekati Lastri lalu mencengkram erat lengan Lastri, "Benar kamu hamil?!".

Lastri mengarahkan pandangannya kearah lain, mencoba mengalihkan pandangan. Mencoba menolak saling berpandangan dengan pria itu.

Pria itu malah semakin penasaran, "Kamu hamil Las?!".

Lastri merasa muak, "Iya! Kenapa?!".

Pria itu menurunkan cengkraman tangannya, ia menghela nafas berat, " Apa karena kamu waktu itu, kenapa gak pake pengaman? Arghh!". Pria itu sontak mengekspresikan perasaan marah.

Lastri tertawa lirih, "Kamu amnesia atau gimana? Aku gak pake karena rayuan siapa hah?!".

"Tapi harusnya kamu pakai dong !".

Lastri tersenyum Gentir, "Udah deh. Aku gak mau lagi lihat wajah kamu. Mungkin salah kalau aku gak pakai pengaman yang berupa obat itu, tapi yang lebih salah lagi didunia ini adalah kamu yang pengecut gak mau tanggungjawab". Setelah mengucapkan hal tersebut, Lastri beranjak menghindar dari hadapan lelaki itu.

Lelaki itu seperti tampak menelan perkataan Lastri, tak butuh waktu lama, ia mengejar Lastri. "Kamu juga main sama lelaki lain. Jadi aku akan menganggap itu anak orang lain".

Lastri menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya, lalu mendorong lelaki itu, "Laksen bangsat!".

Pria yang ternyata Laksen tersungkur, rupanya dorongan Lastri lebih kuat dari pertahanan tubuhnya.

"Aku sepertinya akan menyesal seumur hidup karena pernah mencintai pria pengecut seperti kamu!". Ujar Lastri dengan nada terisak.

Laksen segera berdiri, "Aku yang akan lebih menyesal karena tahu bahwa orang yang aku cintai selama ini pekerjaannya adalah sebagai pelacur".

"DIAM !". Pekik Lastri sambil melayangkan tangan kanannya seperti mengintruksikan Laksen agar menutup mulutnya.

Lastri menarik nafasnya dalam - dalam, "Baiklah. Kita belum menuntaskan hubungan kita bukan? Maka sekarang aku akan memutuskan akhir hubungan kita. Laksen, kita putus".

Setelah mendengar kata yang keluar dari mulut Lastri, badan Laksen terasa sangat lemas.

Lastri sambil menitikkan air mata seraya tersenyum juga, "Terimakasih. Sudah memperlihatkan aku sifat yang tersembunyi pada dirimu selama ini".

Lastri melangkah pelan menjauhi sosok Laksen. Laksen adalah cinta pertamanya, mereka sudah pernah menjalin hubungan sekitar 1 tahun lamanya. Saat mereka sudah mantap ingin menikah, Ibunda Laksen dengan keras menolak hubungan mereka bahkan sampai menghina Lastri yang saat itu bekerja sebagai SPG dengan penghasilan yang tidak seberapa. Karena muak dihina tentang penghasilan nya, Lastri bertekad untuk memperbanyak penghasilannya dengan cara menjadi PSK. Lastri menyadari bahwa tindakannya sebenarnya salah. Namun, ia sudah putus asa karena hubungannya dengan Laksen yang tidak direstui.

Sedangkan Laksen hanya bisa memandangi punggung Lastri yang sudah mulai menjauh. Ia hanya bisa pasrah. Wanita yang dicintainya selama ini telah memutuskan hubungan mereka yang statusnya menggantung sejak lama.

Jika boleh jujur, ia sebenarnya masih mencintai wanita itu. Namun, karena pekerjaannya sebagai PSK kini membuat Laksen menjadi ragu dan tentunya sangat kecewa.

Bahkan ketika ia tahu bahwa Kakaknya pernah berhubungan badan dengan Lastri sempat membuat dirinya menangis kecewa. Namun ia mencoba untuk bangkit hingga akhirnya, ia mengikhlaskan Lastri untuk berjalan atas jalan yang dipilihnya.

Bahkan ia juga sangat yakin bahwa Janin yang ada dikandungan Lastri kini bukan hasil dari benihnya. Ia yakin itu dari lelaki lain.

Laksen akhirnya memutuskan untuk menyudahi pikirannya tentang Lastri. Ia pun mulai melangkah menuju Kamar inap nomor 14.

Ketika sudah sampai dikamar yang dituju, Laksen membuka pintu tersebut lalu memasang muka tersenyum.

Di dalam kamar, tampak pak Raffan sedang duduk didekat jendela melihat pemandangan diluar Rumah Sakit.

Laksen menghela nafas, "Pak Raffan".

Pak Raffan menoleh dengan tatapan sayu.

Laksen melanjutkan, "Saya sudah introgasi keluarga bapak. Dan hasilnya adalah mereka menganggap bapak sudah mati".

Pak Raffan tampak berlinang airmata.

Laksen mencoba menenangkan. "Bapak tidak perlu bersedih.".

Pak Raffan menjawab, "Bagaimana bisa saya tidak bersedih. Keluarga saya menganggap saya telah tiada dengan mudah".

Laksen terdiam mendengarkan.

"Kalau nak Laksen bagaimana? Apakah akan segera kembali bertugas?".

Laksen mengangguk pelan, "Betul pak. Saya akan segera kembali bertugas diperbatasan.".

Pak Raffan kembali berujar, "Apa yang harus saya lakukan sekarang? Saya telah tidak dianggap oleh keluarga saya. Saya tidak mungkin bisa kembali".

"Maafkan saya pak. Karena saya waktu itu membawa bapak kabur diam - diam ke Rumah Sakit menjadi penyebab bapak telah dianggap meninggal". Pelan Laksen merasa sangat bersalah.

Pak Raffan menggeleng, "Jangan begitu. Anda adalah penyelamat saya. Kalau anda tidak membawa saya ke Rumah Sakit mungkin saya tidak akan pernah selamat". Pak Raffan melanjutkan, "Mungkin tempat peristirahatan saya terakhir semasih hidup adalah panti jompo".

Laksen shock mendengar pernyataan pak Raffan. "Pak. Itu tidak benar"

"Dengar Laksen. Yang saya anggap keluarga didunia ini adalah anak kandung saya dan kamu. Sekarang anak kandung saya telah menganggap saya tidak ada. Dan Nak Laksen akan pergi bertugas jauh. Jadi keputusan yang benar saat ini adalah saya harus menetap di Panti Jompo".

Laksen menatap sendu wajah pak Raffan

===============================

Laura terus saja melirik jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul 08.00 malam. Laura menggigit bibir bawahnya. Dirinya cemas karena sudah malam Lauren belum juga pulang ke rumah. Laura melirik ponsel pintarnya, ia juga terus memantau notifikasi yang dipenuhi oleh grub alumninya. Ternyata belum ada notifikasi masuk dari Lauren.

Laura mengusap wajahnya dengan gusar. Ia juga melirik kearah jendela memastikan apakah Lauren sudah datang atau belum. Laura kemudian terduduk lalu mengambil ponsel pintarnya dan mulai mengetik beberapa kata di aplikasi WhatsApp.

[Pulang jam berapa?]

Kata yang telah tersusun itu belum terkirim. Laura masih mencoba untuk memikirkan tindakannya. Sepersekian detik terlalui, Laura segera menghapus kumpulan kata tersebut

[Pu --]

Laura memejamkan matanya. Ia ingin sekali menanyakan Lauren berada dimana sekarang. Namun hatinya belum bersedia melakukannya.

Semenit berlalu, lagi - lagi Laura geram terhadap dirinya. Dirinya membenci sikapnya yang tergolong plin - plan.

Ceklek

Suara pintu terbuka. sontak Laura menoleh kearah pintu berharap Lauren yang pulang.

"Hai kak". Sapa Laksen dengan nada riangnya sambil mencoba menutup pintu kembali.

Laura merasa sedikit kecewa, namun ia coba untuk menahannya. "Hai, datang darimana sen?".

Laksen menjawab, "Dari menjenguk seorang teman di RS. Seperti yang aku bilang kemarin - kemarin".

Laura terheran, "Apakah temanmu mengidap penyakit serius? Kenapa bisa dari dua bulan yang lalu masih juga dirawat RS?".

"Iya. Dia tampak mempunyai kelainan yang serius".

Laura menoleh kearah luar, "Kau dengar informasi tentang Suaminya Bu Ratih yang sudah dua bulan menghilang?".

Laksen mencoba untuk berekspresi penasaran, "Kenapa kak?"..

"Katanya suaminya Bu Ratih itu bernama Pak Raffan. Dan beliau dinyatakan meninggal oleh keluarganya setelah dua bulan terakhir menghilang dan belum ditemukan"

Laksen tersenyum Gentir, "Kalau aku boleh menyimpulkan. Sepertinya keluarga Ibu Ratih itu terlihat sangat gampang menyatakan seseorang meninggal".

Laura pun menjawab, "Iya sih. Tapi tidak salah juga kalau keluarganya menyatakan begitu karena putus asa korban tidak ditemukan".

"Tapi seharusnya tidak usah dinyatakan meninggal juga kan kak? Siapa tahu Pak Raffan kabur? Bilang saja kalau keluarga mereka itu terlalu tergesa - gesa untuk mendapatkan pencairan dana pensiun dari Pak Raffan itu".

Laura mencubit pelan lengan kekar Laksen. "Gak boleh negatif thinking ".

"Tapi benar kan kak? Kenapa coba keluarganya terlalu tergesa berekspresi pasrah, padahal nyatanya mereka hanya menunggu alasan yang tepat agar dana pensiun cair. Edan gak sih?"

Laura manggut - manggut seolah ikut mencerna kata - kata Laksen yang kadang bisa jadi ada benarnya juga.

Tringg.....

Ponsel Laura berdering. Laura mengambil ponselnya lalu diponselnya menunjukkan nomor asing melakukan panggilan terhadap dirinya. Laura segera menjawab panggilan yang masuk tersebut. "Halo, Selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?"..

[Dengan mbak Laura?] Ujar seorang wanita diseberang.

Entah kenapa Perasaan Laura menjadi tidak enak. "Ya betul". Jawabnya pelan.

[Pak Lauren atau suami ibu mengalami kecelakaan disekitar rumah saya Bu].

Seketika ponsel yang dipegang Laura terjatuh ke lantai.

=============================

[HAI.. I'M COMEBACK! SEMOGA CERITA INI TIDAK MEMBOSANKAN!]

[JANGAN LUPA TONTON TRAILER CERITA INI DI YOUTUBE SERTA SUBCRIBE CHANNELNYA DI ➡️➡️ https://youtu.be/TYXlliYMaRw ]