webnovel

SUAMI TERPAKSA [ENDING]

CERPENCERBUNG5_ · Urban
Not enough ratings
23 Chs

CHAPTER ENAM BELAS

FORCE HUSBAND™

{16}

==============================

Laura berlari dengan segenap tenaga yang ia miliki. Ia terlihat gelagapan melihat ruangan inap satu persatu yang berada di lorong Cendrawasih Rumah Sakit Pelita ini.

Air matanya terus saja berderai. Ia mencoba membuka satu persatu kamar inap yang ada, ia mencoba mencari keberadaan suaminya yang dinyatakan terluka parah setelah mengalami kecelakaan yang hebat.

Sedangkan Laksen berusaha bersikap tenang. Ia pun berinisiatif menanyakan kepada staff administrasi. "Malam mbak. Saya mau cari ruangan atas pasien yang bernama Lauren".

Staff administrasi yang ternyata seorang perempuan itu mengangguk pelan, "Baik ditunggu ya ". Staff tersebut sedang mengetik sesuatu di komputer depannya.

30 detik berlalu, ia berujar, "Maaf pak. Sepertinya nama Lauren yang bapak cari bukan berada di ruang inap".

Laksen terheran, "Maksudnya mbak?"

Staff tersebut berusaha menjelaskan, "Apakah nama yang anda sebut tadi adalah orang yang baru mengalami sakit atau kecelakaan? Kalau benar baru, kemungkinan mereka ditangani secara intensif terlebih dahulu di ruang UGD. Tapi jika kasus nya lebih parah, maka mereka akan ditujukan keruangan Operasi secara langsung".

"Tapi mbak, operasi bukannya harus perlu persetujuan wali atau keluarga?".

Staff tersebut mengangguk, "Benar pak. Tetapi itu untuk kasus kecelakaan ringan. Dimana ia masih bisa hidup atau beraktivitas meski ditunda operasi nya hingga menemukan waktu yang tepat untuk melakukan operasi. Namun, berbeda halnya dengan pasien yang kecelakaan darurat yang harus memerlukan sangat akan operasi. Dan kami sebagai staff atau Dokter tentu harus menyelamatkan nyawa pasienya kami terlebih dahulu".

Laksen menghela nafas, "Lalu saya mencari Kakak saya sekarang dimana mbak?".

Staff tersebut mencoba mengotak - Atik komputernya lagi. "UGD ya pak. Sepertinya pasien atas nama Lauren ada disana".

Laksen mengangguk tak lupa mengucapkan terimakasih. Lalu Laksen bergegas menghampiri kakak iparnya itu, "Kak Laura, mari kita cari Abang di UGD kak".

Laura menghentikan aktivitasnya, ia lalu berlari kearah luar lorong.

Laksen menjadi khawatir jika melihat Laura berlari kencang seperti itu, "Hati - hati kak".

Laura yang menyadari larinya sangat kencang kemudian memperlambat kecepatannya. Ia sadar telah melupakan kesehatan janinnya karena terlalu fokus terhadap keadaan Lauren.

==========================

Pak Raffan tampak berjalan dengan pelan mengelilingi taman Rumah Sakit. Tatapan beliau kosong, seolah memikirkan bagaimana nasib beliau kedepannya.

Beliau akhirnya memilih untuk duduk dipinggiran airmancur. Beliau menatap orang yang lalu lalang melewatinya. Beliau juga menatap keluarga kecil yang sedang berjalan didepannya. Sedetik kemudian, beliau merasakan nostalgia bersama keluarganya dahulu, saat beliau belum mengetahui sifat busuk istrinya.

Dahulu mereka adalah keluarga yang sangat harmonis. Bahkan dari pihak kerabat kerja banyak yang mengaku iri melihat keharmonisan keluarga pak Raffan.

Namun setelah 9 tahun berlalu, Pak Raffan mulai mengetahui sifat buruk istrinya melalui dokumen rahasia yang terselip dibawah tempat tidur.

Dokumen rahasia tersebut berisikan suatu kuasa penerimaan pencairan dana pensiun.

Kemudian ada dokumen perjanjian  yang menyatakan untuk mencelakai Pak Raffan. Dan jika hal tersebut berhasil, asset pak Raffan akan dibagi sama rata 50%.

Jangan tanya bagaimana perasaan pak Raffan ketika sudah membaca dokumen tersebut. Tentu saja hatinya bagaikan tersobek dan tercabik. Rasanya sangat sakit. Bahkan beberapa kali pak Raffan mencoba untuk menerima semuanya.

Setelah mengetahui hal tersebut, pak Raffan mulai memutar otak untuk membatalkan rencana busuk itu.

Hingga tibalah waktu perjamuan makan malam dengan kerabat kerja. Pak Raffan yang memiliki sifat mudah percaya dengan semua orang tidak menyadari kalau semua kerabat kerja yang hadir merencanakan sesuatu yang jahat terhadap dirinya.

Pak Raffan dibuat mabuk dengan minuman yang tercampur oleh obat mabuk. Bahkan kerabat kerjanya membuat pak Raffan menyetir sendiri mobilnya menuju arah yang tak menentu.  Hal ini bertujuan, agar nanti pak Raffan kecelakaan mereka bisa konfirmasi bahwa pak Raffan mengalami kecelakaan tunggal.

Hingga tiba akhirnya, dalam perjalanan penglihatan pak Raffan menjadi kabur, maka terjadilah kecelakaan karena dirinya menabrak tiang yang sangat besar. Untung tidak ada korban jiwa.

Pak Raffan menghentikan nostalgianya. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Berusaha menormalkan pikirannya yang mulanya dipenuhi oleh rasa sedih dan tersiksa.

"Pak Raffan? Apa yang bapak lakukan dirumah sakit ini?". Tanya seorang wanita yang berdiri didepan pak Raffan

Pak Raffan menoleh, "Oh, mbak Lastri".

Lastri nampak tersenyum, lalu ia memberikan satu makanannya yang kebetulan ia beli 2 di kantin RS tadi. "Bapak sudah makan malam? Kalau belum ambilah nasi goreng kotak ini. Saya beli tadi di kantin RS".

Pak Raffan tersenyum tipis lalu mengambil pemberian dari Lastri, "Terimakasih".

Lastri ikut duduk disamping pak Raffan, "Sama - sama pak".

"Maafkan saya juga mbak. Dahulu telah berbuat tidak senonoh dengan mbak Lastri".

Lastri tertawa kecil, "Bagaimana bapak bisa katakan hal yang kita lakukan adalah hal senonoh, sementara itu memang kegiatan dalam pekerjaan saya".

Pak Raffan tersenyum tipis. "Tapi harus saya akui bahwa Anda memiliki goyangan yang hot".

Lastri sontak mencubit lengan pak Raffan, "Ah bapak ini. Bisa aja".

Pak Raffan terkekeh sambil mengusap bekas cubitan yang dilayangkan oleh  Lastri, "Mbak Lastri. Apakah mbak tahu panti jompo yang pelayanannya bagus di daerah sini?".

Lastri tampak curiga, "Kenapa bapak menanyakan panti jompo secara tiba - tiba?".

"Saya sudah dianggap meninggal oleh keluarga saya". Jawab pak Raffan dengan nada dan tatapan sedih

"Kenapa bapak jadi begini, bapak kalau sudah dianggap begitu, bapak harusnya datang dihadapan mereka dan bilang kalau bapak masih hidup". Tegas Lastri

"Pendapat yang Mba Lastri berikan sangat benar jika diterapkan di keluarga yang saling mencintai satu sama lain. Beda dengan saya yang memang tidak diinginkan balik lagi".

Lastri tampak menghela nafas berat, "Apakah bapak sudah memikirkan dengan matang tentang panti jompo? Apakah tidak ada tempat lain yang bisa dengan layak bapak tempati?".

Pak Raffan menggeleng pelan, "Tidak ada mbak. Asset saya bahkan disita oleh pihak bank sekarang karena pinjaman istri. Dan uang pensiun yang harusnya saya bisa pegang juga sudah direbut oleh istri saya".

Lastri diam mendengarkan. Dirinya memang tahu bahwa istri pak Raffan adalah perempuan yang rakus akan harta.

Lastri juga merasakan kasihan terhadap pak Raffan yang telah ditelantarkan oleh keluarga beliau sendiri. Betapa sakit yang dirasakan beliau saat mengetahui bahwa ia mempunyai keluarga penghianat.

Lastri mencoba memikirkan sebuah solusi, "Pak. Bagaimana kalau bapak tinggal di Apartemen saya untuk sementara waktu?".

Pak Raffan tampak terkejut akan saran Lastri

===========================

Laura memeriksa satu persatu pasien yang berada didalam ruangan UGD. Persekian detik berlalu, Laura akhirnya memandangi lelaki yang terbaring lemah dengan luka dan memar hampir disekitar tubuh yang berada di depannya. Lelaki tersebut adalah suaminya, Lauren.

Dengan tatapan tidak percaya, Laura mendekati tubuh suaminya yang tidak bergeming. Laura mencoba menahan tangis dan suaranya saat menyentuh beberapa luka ditubuh suami nya itu. Memastikan apakah itu benar luka atau hanya rekayasa.

Laura menyentuh luka tersebut dan merasakan dengan pasti bahwa luka tersebut adalah luka yang nyata.

Tangis Laura langsung pecah. Dirinya tertekuk disamping ranjang tempat terbaring suaminya.

Sementara itu, Laksen hanya bisa menatap tubuh abangnya yang penuh akan luka darah dan memar dengan tatapan nanar.

"Dokter tolong suami saya !". Pekik Laura dengan tangisan yang mendominasi.

Meski sudah berteriak, Ucapan Laura tidak juga digubris oleh Dokter. Hal ini dikarenakan sang Dokter masih sibuk memeriksa pasien yang datang terlebih dahulu.

"WOY ! SELAMETIN SUAMI SAYA! DENGAR TIDAK!". Teriak Laura lebih kencang beberapa oktaf dari sebelumnya. Kini dirinya sudah tidak merasa terkendali. Dalam pikirannya hanya terbesit bahwa Dokter harus segera mungkin bisa menyelamatkan suaminya.

Laksen mencoba menenangkan Kakak Iparnya tersebut, "Kak.. sabar. Bentar lagi pasti Abang diperiksa".

"Jangan hanya periksa sen. Kakakmu harus diselamatkan!". Emosi Laura.

Laksen mengangguk, lalu melihat kedepan. Terlihat beberapa dokter dan suster dengan langkah tergesa - gesa mendekati Lauren.

Setelah dekat dengan posisi Lauren. Sang Dokter tampak memeriksa luka dan memar yang terdapat ditubuh Lauren.

"Sudah dicek vital?". Tanya sang Dokter kepada para suster pengikut dibelakangnya.

"Sudah Dokter". Sahut Suster

"Denyut nadi?".

"30 per menit".

Sang Dokter tampak menghela nafas gelisah, "Tekanan darah?".

"90/60. Kemungkinan tekanan darahnya rendah karena keluarnya banyak darah saat kecelakaan terjadi".

"Baik. Bagaimana dengan Pernafasan?".

"6 Kali per-menit".

"Suhu?".

"38,5 Celcius Dokter".

"Baik. Bagaimana dengan kondisi fisik pasien?". Tanya Dokter dengan intens.

"Menurut saksi, Pasien kecelakaan parah hingga menyebabkan terbenturnya tubuh dan bagian kepala dengan keras ke aspal. Hingga tubuh pasien banyak luka dan memar seperti yang kita bisa lihat. Untuk kepala, sepertinya kepalanya retak Dokter. Karena banyak sekali darah yang keluar dari kepala pasien". Jelas Suster.

Laura sangat terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa suaminya itu mengalami kecelakaan yang sangat fatal.

"Ada baiknya kita Röntgen terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk menangani luka pada pasien. Mari lakukan Röntgen secara kilat. Setelah Röntgen, segera beri Pasien darah. Lalu hubungi saya agar saya bisa segera analisa luka pasien terutama bagian kepala".

"Baik Dokter". Sang suster pun meninggalkan Dokter yang masih menatap nanar keadaaan Lauren.

Laura dengan airmata yang berjatuhan memberanikan diri untuk bertanya, "Apakah suami saya masih bisa diselamatkan Dokter?".

Sang Dokter tersenyum, "Semoga bisa ya Bu. Apalagi kita semua dengar bahwa bagian kepala suami anda terbentur keras dengan aspal".

Laura mencoba menenangkan dirinya.

Sang Dokter mencoba membaca dan meneliti riwayat kesehatan Lauren yang ada. Sang Dokter mengerutkan alisnya saat membaca pada bagian psikologis.

Laura pun menjadi ikut terheran dengan ekspresi sang Dokter. "Apakah ada yang salah Dokter?".

Sang Dokter kemudian menatap mata jernih Laura, "Bu. Apakah suami anda pernah konsultasi psikologis sebelumnya?".

Laura menggeleng kuat, "Tidak dokter. Setahu saya, suami tidak pernah melakukan konsultasi kesehatan akhir - akhir ini apalagi tentang psikologis".

Sang Dokter menghela nafas, "Sepertinya saya dengan berat hati harus mengutarakan ini Bu".

"Katakan saya Dokter. Ada apa? Apakah ini kabar buruk?".

"Suami anda pernah menjalani Psikoterapi sejak 2 Minggu terakhir. Dan menurut catatan ini, kesehatan mental suami anda sebelum melakukan terapi sangatlah buruk. Kemungkinan suami anda telah mengalami depresi yang sangat berat".

Laura mencoba untuk memutar otaknya guna berpikir apakah memang benar kalau suaminya itu pernah mengalami depresi. Dan setelah berpikir cukup lama, akhirnya Laura mengetahui penyebab suaminya tersebut datang konsultasi.

Ya, karena masalah rumah tangga mereka akhir - akhir inilah penyebabnya. Karena sifat egois Laura lah yang membuat Lauren menjadi depresi. Setelah mengetahui hal ini, Laura hanya bisa merasa amat menyesal seakan ingin memukul dirinya sendiri.

[kenapa aku sangat bodoh, aku bahkan tidak bisa menjaga Lauren agar tetap sehat jasmani maupun rohani. Kenapa aku sangat egois. ]. Gumam lirih hati Laura.

=========================

Lastri tampak bahagia saat melihat Pak Raffan yang sudah sehat. Saat ini pak Raffan telanjang dada berdiri dihadapannya, rupanya pak Raffan baru saja selesai mandi.

Lastri yang mulanya duduk, segera beranjak berdiri melepas pandangan kagum akan tubuh pak Raffan. Ia takut jika pikirannya terlarut , ia akan berpikir aneh - aneh.

"Bapak makan saja. Makanan sudah ada dimeja". Ujar Lastri buru - buru sambil melangkah meninggalkan Pak Raffan diruang tamu.

Namun langkah Lastri berhenti dipertengahan jalan. Karena ada tangan yang telah memeluk pinggang rampingnya. Rupanya itu adalah tangan kekar pak Raffan.

Lastri dengan nada gugup berujar, "Ke.. kenapa pak?".

Pak Raffan tersenyum miring lalu meniup leher mulus Lastri, "Mbak terlihat sangat seksi".

Lastri menyadari bahwa pakaiannya kini adalah pakaian yang mampu menantang birahi pria manapun. Ia sekarang memakai bikini hitam. Karena ini adalah pakaian biasanya ketika sedang berada didalam rumah.

Tangan pak Raffan menyentuh payudara montok milik Lastri. "Boleh saya menyentuh mbak?".

Lastri menggigit bibir bawahnya. Sepertinya dirinya juga ingin menyentuh pak Raffan karena telah melihat dada kekar dan bidang milik Pak Raffan yang berhasil membuat dirinya terangsang.

Hingga tanpa sadar bibir mereka pun perlahan saling mendekat, dan kini mereka saling berciuman panas satu sama lain.

==========================

[HAI, MAAF SEKALI KALAU TELAT UPDATE. KARENA AKHIR - AKHIR INI AUTHOR DIPENUHI TUGAS MEMBUAT VIDEO UNTUK MATA KULIAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN]

[SEMOGA KALIAN TETAP SENANG MEMBACA CERITA INI. DAN JANGAN LUPA JUGA UNTUK MENONTON CERITA (UP CHAPTER 01) INI DI YOUTUBE DENGAN LINK ➡️ https://youtu.be/YS8dXwTid_4 ]