webnovel

MEMILIH GAUN

Sofia berlari ke dalam toilet. Setelah keluar dari dalam ruang kerja Aaron. Tangisnya pecah tak terbendung. Menangis sembari menduduki WC. Dan berharap tak ada siapa pun yang mendengarnya.

"Hiks... hiks... hiks... mengapa jadi begini? Aku.. aku akan menikah dengan pria kejam itu. Bagaimana aku akan hidup kedepannya?" Ucap Sofi tersedu-sedu.

Menikah dengan seorang pria yang sudah membuat kehidupannya hancur. Dan lagi, tak ada cinta diantara keduanya. Tragedi kala malam itu mengakibatkan Sofia gagal pada pertunangannya dengan Keenan.

Tangis Sofia semakin deras tak berdaya. Baju yang ia kenakan pun sudah basah. Tiba-tiba terdengar suara dari luar WC.

"Eh, katanya Sofia tadi pingsan ya?"

"Hah, Sofia yang mana?"

"Masa nggak tahu, sih? Sofia dari team satu. Akuntan yang sering lembur sendirian di kantor."

"Nggak tahu deh, aku nggak kenal. Kantor ini kan luas banget. Memangnya harus begitu? Kenal pada wanita itu?"

"Ya tidak juga sih, tapi dengar-dengar penyakitnya di sembunyikan. Orang-orang kantor tidak ada yang tahu dia sakit apa."

"Terus? Aku harus peduli, begitu?"

"Kamu dari tadi respons nya begitu banget sih!"

"Ya kamu lagian, mengajak teman kantornya bergosip. Nggak baik membicarakan orang lain dibelakang. Ya kalau wanita itu sakit, doakan saja. Kenapa juga harus penasaran sama penyakitnya? Kita juga punya masalah. Kamu juga, tugas laporan nggak selesai-selesai malah mengurusi hidup orang melulu. Udah, aku balik duluan!"

"Dasar menyebalkan! Sia-sia aku menceritakan semua padanya!"

Detik berikutnya, mereka semua pergi. Tak ada lagi orang yang berada di dalam toilet itu selain Sofia sendiri. Sofia yang mendengar itu semua merasa bersyukur. Kehamilannya tidak diketahui oleh orang-orang kantor.

Tapi meskipun begitu, Aaron tetap saja mengetahui semuanya. Dengan kata lain, Sofia terpaksa menandatangi surat kontrak pernikahan itu dengannya.

...

Siang berganti senja, orang-orang berlalu lalang pergi. Para karyawan Mahesa Group kembali ke rumah masing-masing. Tapi tidak dengan Sofia. Yang harus pergi bersama Ivan. Memilih gaun pernikahannya untuk besok.

"Nona Sofia, silakan masuk!" Ujar Ivan pada Sofia saat sudah berada di depan gedung Mahesa Group. Menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil.

Hanya ada Ivan dan dirinya yang berada di mobil itu. Aaron tidak ada, entah kemana perginya dia. Mungkinkah dia tidak ingin terlibat dengan Sofia? Tapi bukankah dia juga akan menikahi Sofia?

"Tuan, apa Tuan Aaron tidak ikut?" Ucap Sofia ragu-ragu menanyakan keberadaan Aaron.

"Tuan muda masih ada urusan lain." Jawab Ivan meyakinkan Sofia. Meski sebenarnya Aaron sendiri sudah berada di dalam apartemennya.

'Lihat, betapa dia begitu membenciku. Hingga memilih gaun pernikahan pun, tidak ingin ikut hadir menemaniku. Ya, aku memang mengandung anaknya. Tapi aku tidak berhak untuk mendapatkan cintanya. Apalagi, pernikahan ini hanyalah kontrak semata. Ketika anak ini lahir, aku akan dibuang. Dan anak ini, akan tinggal dan hidup bersamanya. Sofia, begitu sempurnanya hidupmu.' Gumam Sofia berkata dalam hatinya.

Selama di perjalanan menuju butik. Tak ada obrolan sedikit pun yang dibicarakan. Antara Sofia maupun Ivan. Keduanya saling sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ivan hanya terfokus dalam menyetir. Sementara Sofia, sibuk terhanyut pada pikirannya yang tidak-tidak.

Memikirkan masa depan kehidupannya setelah anak ini lahir nanti. Akankah ia akan berakhir bagagia? Entahlah, Sofia bahkan tidak berani untuk memikirkan sampai sejauh itu.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai. Di lokasi tempat butik yang dibuat oleh designer ternama di negara ini, designer Fuliam. Sofia membuka pintu mobil dan begitu tercengang. Setelah melihat toko butik yang ia lihat dari luar. Begitu mewah dan elegan konsep tema luarnya.

Dari luar saja sudah terlihat mewah. Apalagi bila ia masuk ke dalam? Mungkin lebih terkaget lagi saat melihatnya nanti.

"Nona, mari ikuti saya!" Ujar Ivan meminta Sofia agar mengikuti langkahnya. Sofia mengangguk paham seraya mengekor dibelakang Ivan.

Sesampainya mereka masuk ke dalam butik itu. Seorang pria dewasa datang dan menghampiri mereka berdua. Sepertinya ia adalah designer itu.

"Selamat sore, Tuan Ivan. Tuan Aaron sudah menghubungi saya tadi. Silakan dilihat dan dipilih gaunnya." Ucapnya pada Ivan. Pandangannya lalu beralih menatap Sofia.

"Hei, jadi kamu yang akan menikah dengan Aaron? Siapa namamu, gadis cantik?" Tanyanya pada Sofia. Mendadak wajah Sofia berubah gugup.

"Jangan dijawab! Berani bertanya lagi, akan ku sita toko butikmu ini!" Ivan menggertak pada pria itu. Sontak wajahnya beringsut takut. Perlahan ia mundur dari hadapan Ivan.

"Ba-baik, baik, baik. Aku akan diam, kalau begitu aku merekomendasikan langsung saja. Ini adalah gaun pernikahan edisi terbatas. Yang baru saja aku buat dengan mutiara yang diambil dari kerang bawah laut terdalam. Hanya ada 1 di dunia."

"Bagaimana Nona, apakah anda mau yang ini?" Ivan beralih menanyakan pada Sofia.

"Ta-tapi ini terlalu terbuka, dibagian dadanya." Sofia sepertinya kurang menyukainya.

"Oh, Nona mau bagian dadanya tertutup? Baik, saya akan tambahkan beberapa serat tambahan utuk menutupinya. Atau, nona mau gaun yang lainnya?" Sarannya pada Sofia. Terlihat Sofia celingukan mencari-cari gaun yang pas dan cocok untuk tubuhnya.

Dan ketemulah, gaun putih tanpa adanya bulir mutiara di gaun itu. Tampak sederhana, namun tetap saja memberikan kesan mewah. Karena gaun ini dibuat langsung oleh designer terkemuka. Yang saat ini berada diantara Sofia dan Ivan berdiri.

"Ha-hanya itu, Nona? Apa tidak mau memilih gaun yang lainnya?"

"Terserah dia mau memilih yang mana! Kau, urus saja toko butikmu ini! Cepat bungkus! Aku akan menunggu di luar!" Ivan lagi-lagi membalas dengan kejam. Benar-benar sehati, antara dia dengan Aaron. Sama-sama tak berhati dan kejam! Aih!

"B-baik, baik, aku akan bungkus ini." Ivan berjalan keluar dan menunggu di dalam mobil. Sementara Sofia mengambil gaun yang ia pilih dan mencobainya sesaat. Untuk mengukur seberapa muat di tubuhnya.

Dua menit kemudian...

"Bagaimana Nona, apakah muat?" Sofia menjawab hanya dengan anggukan.

Belum pernah Sofia membeli baju apalagi gaun mahal semewah ini. Baju yang biasa ia kenakan terbilang murah dan sederhana. Padahal Ayahnya Lian Xiao sangat kaya. Lagi-lagi ia diperlakukan layaknya orang lain oleh Ayahnya.

Nasibmu sungguh malang, Sofia.

Saat Sofia tengah mengambil gaun yang sudah dibungkus oleh Fuliam. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya.

"Kak Sofia?" Panggil orang yang baru saja datang ke butik Fuliam.

"Kau disini juga rupanya?" Ucapnya lagi. Rupanya orang itu adalah Amara, Adik tiri Sofia.

"Heh, sangat kebetulan sekali. Eh, Kakak membeli gaun disini? Memangnya Kakak punya uang? Oh ya, mumpung Kakak disini, aku sekalian memberikan undangan pernikahanku dengan Kak Keenan. Jangan lupa datang, ya! Pernikahanku akan di gelar 3 hari lagi. Satu lagi, aku harap Kakak tidak menangis dan berencana bunuh diri saat melihatku menjadi pengantin yang paling bahagia nanti! Ha ha ha, jangan lupa datang ya! Tutur Amara menyindir Sofia dan berbangga diri karena telah merebut lelaki yang Sofia cintai.

Sofia diam tanpa menjawab, matanya sudah berkaca-kaca. Ia berlari dan pergi begitu saja. Keluar dari dalam butik itu. Dan langsung memasuki mobil yang sudah ada Ivan di dalamnya.

"Dasar wanita sial! Memang enak, lelaki pujaannya aku rebut?! Heh, sial sekali nasibmu ha ha ha!" Ucap Amara sembari menatap kepergian Kakak tirinya yang pergi begitu saja.

"Nona, apa kau baik-baik saja?" Tanya Ivan pada Sofia. Saat sudah kembali ke dalam mobil. Ivan melihat wajah Sofia berubah murung. Matanya tampak basah, seperti tengah menangis.

"Ah, i-iya, aku baik-baik saja." Jawab Sofia berbohong.

Masih syok dengan ucapan yang dikatakan oleh Amara tadi. Betapa terkejutnya Sofia, mendengar bahwa Keenan akan menikah dengan Adik tirinya. Bukankah sebelumnya Keenan begitu mencintainya? Pertunangannya dengan Keenan pun baru dua minggu yang lalu dibatalkan secara sepihak olehnya.