webnovel

MASIH KACAU, DAD

Di saat semua tamu di club menari-nari di atas lantai mengikuti irama musik dari Disc Jockey, seorang pria tampan justru duduk sendirian sambil menenggak red wine di tangannya. Pria tampan bernama William Ximon Cevron tersebut selalu menjadikan club dan alkohol menjadi pelampiasan atas sakit hati yang dialami dua tahun yang lalu.

Seorang wanita mendekati William dan tanpa izin dia duduk di pangkuan pria tampan tersebut. "Mau bermalam denganku? Aku hanya tinggal sendirian di apartemen," ucapnya seraya mengusap dada bidang William. Tatapannya penuh birahi dan dia tidak sabar menjadikan William sebagai pemuas hasratnya.

"Singkirkan tanganmu! Aku nggak membutuhkanmu," kesal William. Dia mendorong tubuh perempuan itu agar bangkit dari pangkuannya.

"Ch!" perempuan itu pergi dengan menggerutu. Sejak tadi dia sudah memperhatikan William dan menargetkan laki-laki itu sebagai pemanas ranjangnya namun hanya penolakan yang dia terima.

"Jangan ganggu dia!" salah satu pelayan club mendekati perempuan penggoda itu. "Sudah satu minggu dia ke sini tapi tak satu pun wanita yang berhasil menggodanya."

Tidak lama setelah itu, seorang pria datang ke club. Dia menggelengkan kepala tatkala melihat atasannya sudah mabuk berat.

"Tuan muda, ayo kita pulang!

Sesampainya di rumah, pria bernama Yohan langsung membaringkan William di atas ranjang. "Sampai kapan kamu akan kayak gini?" gumamnya.

Yohan keluar kamar dan dia terkesiap karena ternyata Zelda, ibu William sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Maaf, Nyonya." Yohan meminta maaf atas sebuah kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.

"Kenapa kamu meminta maaf? Ini bukan salah kamu, Yohan. Pulanglah! Terima kasih karena sudah mengawasi putraku."

Yohan membungkukkan badan lalu berpamitan kemudian Zelda masuk ke dalam kamar putra sulungnya. Zelda duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah William yang tidur di bawah pengaruh alkohol. Zelda menghela napas lalu menyelimuti putranya.

Esok paginya, Zelda, Asher, dan anak kembarnya sudah duduk di ruang makan. Mereka siap menikmati sarapan yang telah disiapkan oleh pelayan.

"Biarkan aku yang memanggil kak William," ucap Nala si anak bungsu.

Zelda melihat Nala pergi sambil menghela napas panjang. Sudah satu minggu semenjak William pulang dari Amerika, namun hampir setiap malam laki-laki itu menghabiskan kesendiriannya di club.

Asher, ayah William menggenggam tangan Zelda. "Aku akan berbicara dengannya. Dia harus berubah karena kelak dia yang akan menjadi direktur di perusahaan. Aku nggak bisa mempercayakan perusahaan kalau William belum bisa bersikap dewasa saat menghadapi masalah pribadinya."

Zelda melihat mata suaminya dengan tatapan penuh harap. Dia ingin putra sulungnya bisa berdamai dengan kenyataan. "Terima kasih, sayang," ucapnya sebagai jawaban atas solusi yang diberikan oleh Asher.

Dua tahun yang lalu, William sangat kecewa pada Wynn, sahabatnya. Mereka sudah berteman sejak bayi namun hubungan itu hancur tatkala Wynn menjalin hubungan dengan gadis cantik bernama Nasya. Sejak SMP William sudah mengincar Nasya karena gadis itu adalah cinta pertamanya, namun ternyata Nasya lebih terpikat pada kepribadian temannya yang hangat.

Kejadian dua tahun lalu membuat William memilih tinggal di Amerika. Dia berharap negara itu bisa membantunya untuk melupakan luka hati namun ternyata hidupnya semakin terpuruk. Sampai hari ini Nasya masih memiliki tempat khusus di hatinya.

"Kak, bangun!" Nala, adik bungsu yang masih SMA mengguncang tubuh William.

"Aku masih ngantuk, dek. Jangan ganggu aku!" William menarik selimut, berniat mengabaikan adiknya.

"Kamu menyebalkan! Aku akan ngambek kalau kamu nggak mau sarapan bareng kita." Nala menyilangkan tangan di dada sambil cemberut. Dia yakin rajukannya akan meluluhkan hati William sang kakak tertua.

"Ck! Punya adik perempuan memang menyebalkan." William menggerutu sementara Nala tertawa puas.

William menyingkap selimut lalu menarik kedua pipi Nala dengan tangan. "Kenapa kamu sangat menyebalkan?" tanyanya pada Nala yang masih berusia 17 tahun.

"Karena aku adalah adikmu yang paling cantik. Ayo turun! Mereka sudah menunggu kita."

William dan Nala bergabung dengan keluarganya di meja makan. "Morning semua," sapa William.

"Morning, champ. Kapan kamu bisa mulai kerja?" tanya Asher tatkala William baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi.

"Belum tahu, dad. Kepalaku masih pusing. Aku mau istirahat dulu," sahut William. Dia tidak mungkin kerja dalam kondisi sekarang.

Saat ingin menyantap makanan, perhatian mereka teralihkan pada bunyi ponsel Nathan yang berdering. Nathan dan Nala adalah saudara kembar berbeda jenis kelamin.

"Ck! Jangan pernah mengangkat telepon saat makan," titah William bercampur kesal.

"Itu pengecualian kalau yang menghubungiku adalah Bea," sahut Nathan cuek sambil menerima panggilan video dari seorang wanita berusia 25 tahun.

"Beatrice?" William bergumam menyebutkan nama wanita yang saat ini tinggal di Bali bersama Wynn dan keluarganya.

"Hai, Kak Bea," Nathan menyapa sambil melambaikan tangan. Nala pun tidak mau kehilangan kesempatan. Dia menghadap layar ponsel dan menyapa wanita itu.

"Ch! Sejak dulu kalian lebih menganggap Bea daripada aku. Aku akan ke Bali dan memberikan perhitungan padanya. Perempuan itu sudah berhasil merebut kalian dariku." William bersungut-sungut sambil menggigit sandwich di tangannya.

"Dasar tukang cemburu! Kalau aku sudah 20 tahun, aku akan meminta Bea menjadi kekasihku. Dia jauh lebih cantik daripada Nasya. Kakak aja yang matanya buta," jawab Nathan menjadi awal perdebatan di antara mereka.

"Kamu menyukai Bea? Dia delapan tahun lebih tua darimu. Bagaimana bisa kamu menyukai perempuan seperti dia?"

"Cieee… ada yang cemburu…" Nala justru menjadikan jawaban William sebagai bahan lelucon membuat kakak sulungnya semakin kesal dan hendak melemparkan buah jeruk di depannya pada Nala.

"Masih mau bertengkar atau sarapan?" Dua pilihan yang diberikan Zelda berhasil membungkam mulut ketiga anaknya.

Nathan dan Nala berangkat sekolah sementara William diajak oleh Asher ke tepi danau buatan yang ada di belakang rumah

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Asher. Ayah dan anak itu sedang duduk di atas tikar yang digelar di tepi danau buatan.

"Masih kacau, dad. Aku pikir Amerika akan membuat hatiku tenang tapi ternyata aku semakin terluka," jawab William jujur. Pada kenyataannya dia berusaha bersembunyi dari kenyataan pahit tapi itu membuatnya semakin menjauh dari orang-orang yang dia sayangi.

"Champ, sakit hati hanya akan membuat kamu kesepian. Dulu, mantan kekasihku berusaha untuk merusak pernikahanku dengan Mommymu. Dia menggunakan berbagai cara licik untuk memisahkan kami. Pada akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena sebenarnya musuh utamanya bukan aku dan mommy. Dia terlalu banyak menyimpan kepahitan sehingga kesepian semakin menggerogoti jiwanya. Daddy dan Mommy hanya berharap kamu bisa bersikap dewasa. Temuilah Wynn dan Nasya. Mereka berdua pun sangat mencemaskanmu. Daddy yakin setelah ini kamu akan menemukan kebahagiaanmu sendiri."