webnovel

KEMARAHAN WILLIAM

"Aku belum bisa, dad. Aku takut nggak bisa mengendalikan kemarahanku."

Asher mengusap punggung putra sulungnya. Dalam hati dia menyimpan rasa bersalah karena anak-anaknya selalu mendapatkan apa yang diinginkan dan ternyata cara didiknya membuat William kurang bijak menghadapi kenyataan hidup.

"Kemarahan bukan untuk dihindari, champ. Sudah cukup dua tahun kamu melarikan diri dari sakit hati dan kemarahan. Temui mereka dan belajarlah dewasa. Nggak semua hal yang kamu inginkan harus terpenuhi."

Kedua mata William menatap danau. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pikirkan sekarang. William hanya berharap sakit hati itu segera hilang agar hidupnya kembali normal seperti dulu. Dia pun sudah bosan jika harus bergaul erat dengan club dan alkohol.

"Sampai kapan kita akan merahasiakan hubungan kita dari William?" tanya Nasya pada sang kekasih yang bernama Wynn Xavier.

Saat ini Wynn dan Nasya sedang menghadiri pesta pernikahan salah satu rekan bisnis Wynn. Sudah dua tahun menjalin hubungan namun Wynn belum berani menikahi kekasihnya. Tentu saja dia sangat mencintai Nasya namun kendala utamanya adalah William sahabat baiknya. Nasya adalah cinta pertama William sementara wanita itu menambatkan hatinya pada Wynn.

"Mau berdansa denganku?" tanya Wynn. Saat acara resepsi pernikahan para undangan diberikan kesempatan untuk berdansa dengan pengantin yang telah mengucapkan janji setia pernikahan di depan Pendeta.

Nasya tidak bisa menolak uluran tangan Wynn. Dia tahu kekasihnya sedang berusaha menenangkan hatinya yang gelisah karena pertanyaan tadi.

"Apa kamu sangat mencintaiku?" tanya Wynn pada Nasya yang mengalungkan kedua tangannya di lehernya.

"Kenapa kamu masih mempertanyakan itu? sejak kuliah kita sudah pacaran. Aku mencintaimu sejak masih SMA. Apa masih kurang bukti?"

Wynn tersenyum lalu dia mendekatkan mulutnya ke telinga Nasya. "Aku akan membicarakan ini dengan Will. Aku akan tetap menikahi kamu sekalipun dia nggak setuju. Tunggu saja lamaranku. Bagaimana?"

Nasya melihat Wynn dan memberikan ciuman singkat di bibir kekasihnya. "Aku sangat mencintaimu, Wynn Xavier. Aku pikir kamu akan lebih memilih William daripada aku."

"Kamu pikir aku gay?" jawab Wynn diakhiri tawa.

"Mungkin saja orang akan berpikiran seperti itu. Persahabatan kalian lebih dekat daripada orang pacaran." Jawaban Nasya membuat kekasihnya semakin gemas lalu menarik menggigit telinganya dengan mesra.

Wynn mengajak Nasya ke rooftop untuk mencari ketenangan. Sebenarnya dia dan sang adik yang bernama Beatrice memiliki persamaan. Kakak beradik tersebut tidak menyukai pesta mewah.

Wynn memeluk Nasya dari belakang dan mencium tengkuk leher kekasihnya. "Aku takut," ucapnya pelan.

"Karena apa?"

"Saat William tahu kita pacaran, dia ngamuk dan meninggalkan Jakarta. Aku nggak tahu reaksinya akan seperti apa kalau aku memberitahu tentang pernikahan kita."

Nasya mengusap lengan Wynn yang melingkar di perutnya. "Kita akan hadapi bersama. Aku tahu kamu takut mengecewakan Will tapi dia harus belajar dewasa. Will harus tahu bahwa nggak semua keinginannya bisa terkabul."

"Mau menginap di rumahku? Mama pasti akan sangat senang."

Nasya membalikkan badan dan melihat wajah Wynn. "Jangan mencari kesempatan dariku. Aku akan tidur dengan Bea."

Wynn tergelak mendengar ancaman dari calon istrinya. Nasya yang menggemaskan membuatnya tidak tahan. Wynn meraih tengkuk Nasya dan memberikan ciuman di bibir wanita itu. Rooftop yang sepi menjadi hangat karena suara ciuman mereka yang membangkitkan gairah.

"Cukup!" ucap Wynn usai lidah mereka saling bersalaman. Dia tidak mau melakukan hal yang lebih jauh sebelum hari pernikahan.

"Kenapa?" Nasya bertanya karena mereka sudah beberapa kali melakukannya.

"Aku nggak akan menyentuh kamu lagi. Aku ingin malam pengantin kita berkesan."

Nasya memeluk Wynn. Kali ini mereka benar-benar akan menikah setelah menunda beberapa kali karena William. "Aku nggak sabar menjadi istrimu."

"Iya, sayang. Ayo kita pulang!"

Sesampainya di rumah, Wynn harus menggelengkan kepala karena ulah adiknya. "Ada apa lagi, Ma?" tanya Wynn kepada Shifa, sang ibu.

"Bea membawa burung beo papamu ke pantai. Kalau papamu tahu dia akan sangat marah. Kita saja nggak diizinkan untuk menyentuhnya," jawab Shifa, sang ibu.

Begitulah Beatrice. Wanita berusia 25 tahun itu sangat menyukai alam dan binatang. Setiap kali Mark membeli burung baru dia akan menerbangkannya ke alam bebas.

"Bea nggak salah, Mama. Berulang kali dia menyarankan Papa untuk memelihara kucing atau anjing tapi dia nggak mau."

Tidak butuh waktu lama setelah mereka duduk di sofa, terdengar suara Beatrice memanggil Shifa. Akhirnya Shifa bisa bernapas lega karena putrinya pulang membawa sangkar burung berwarna putih.

"Sebenarnya aku mau menerbangkannya ke alam bebas tapi ternyata burung beonya sedang sakit. Aku nggak mungkin membiarkan dia terbang," ucap Bea sebelum ditanya.

"Sakit?"

Nasya selaku dokter hewan langsung mendekati Bea. "Biarkan aku memeriksanya."

Beatrice menyenggol lengan Wynn. "Dia benar-benar menantu idaman tapi abang harus siap-siap kehilangan sahabat. Aku dengar kalau minggu depan Will akan pulang."

"Justru itu yang aku tunggu. Aku akan memberitahu William tentang rencana pernikahan kami."

"Ha?" Beatrice terkejut. Dia senang mendengar kabar baik tersebut namun dia tidak bisa membayangkan reaksi William yang cinta mati pada Nasya.

"Abang yakin?"

"Sangat yakin, adikku tersayang. Sudah saatnya Will bersikap dewasa. Dia sudah 27 tahun. Will harus bisa menerima kenyataan kalau aku dan Nasya saling mencintai."

"Huft!" Beatrice mengembuskan napas dan Wynn mengerti kegusaran hati adiknya.

"Ini kesempatan kamu untuk memenangkan hatinya. Selama ini kamu menyukai William, kan?"

"Ishhh… jangan bicara sembarangan. Dia sangat putus asa saat tahu hubungan kamu dengan Nasya. Apa aku bisa berharap sama laki-laki kayak dia? Nggak bisa diandalkan sama sekali."

Wynn tertawa sekalipun dalam hati dia mencemaskan temannya. Selama ini Wynn tahu jika Beatrice menaruh hati pada William tetapi laki-laki bodoh itu justru mengharapkan kekasihnya.

***

Satu minggu kemudian

Bug! Satu kepalan tangan mendarat di wajah Wynn. Laki-laki itu meringis kesakitan sambil mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Namun… rasa sakit dari pukulan itu tidak sebanding dengan kekecewaan William terhadap dirinya. Baru saja sampai di Bali, William langsung menemui Wynn, sahabat baiknya, dan tanpa pikir panjang kepalan tangan dia berikan pada Wynn.

"Kamu menusukku dari belakang, Wynn!" William ingin memukul lagi tetapi dia berusaha menahan diri. Rahang pemuda berusia 27 tahun itu menjadi keras karena amarah yang meledak. Sudah dua tahun berlalu namun dia belum bisa menerima kenyataan pahit jika sahabatnya menjalin hubungan asmara dengan cinta pertamanya.

"Aku dan Nasya saling mencintai, Will. Kami nggak bisa menunda pernikahan kami hanya karena kamu nggak setuju. Selama ini aku memikirkan kamu tapi aku juga nggak bisa egois. Usia Nasya sudah 27 tahun dan dia ingin menikah denganku," Wynn menjelaskan namun amarah semakin meluap dari ekspresi wajah William.