webnovel

STATUS #karena Aku adalah Aku!

Bulan Luciana,,entahlah! Nama itu yang aku tau sejak aku bisa memahami diriku. Kemandirian menjadi keharusan sejak awal perjalanan hidup dimulai. Hanya ingin menjalani dengan baik dan benar menurutku, bersyukur untuk semua yang ku miliki. Bulan Kinanti Raharja. Nama lain yang bisa memenuhi semua keinginanku. Dengan menjadi orang yang berbeda dari diriku yang sebenarnya.

Yunita_Bonky · Teen
Not enough ratings
7 Chs

Bab 2

" Dek sudah sampai tujuan." driver online menepuk tangan pemuda yang sedang tidur di bangku penumpang.

" Oh, iya Mas. Maaf ketiduran, kecapean habis dikejar setan." jawab pemuda itu.

" Mana ada setan jam segini, biasanya tengah malam baru nongol Dek." kata sang driver sambil tertawa.

" Ada Mas,, setan cewek jadi-jadian pake dandanan menor ngebet mau nyosor. Lebih horor dari setan beneran."

" Hahaha....pantes tadi kelihatan lemes. Ternyata baru kabur dari monster gurita. Sekali nemplok susah lepas. Adeknya ganteng sih, makanya sampe diuber-uber. Masih muda lagi, banyak vitaminnya kalo di sesep."

" Idih,,amit-amit deh Mas. Jauh-jauh deh. Buat Masnya aja saya rela."

" Hahaha...istri saya aja cukup, asli pula. Terimakasih orderannya. Jangan lupa bintang limanya ya Dek."

" Bintang sepuluh juga gak papa Mas kalo ada kembaliannya."

Mobil berhenti di sebuah rumah dua lantai yang besar. Pagar setinggi dua meter, pos penjaga di pojok kanan, dan satpam yang siap sedia 24 jam dalam sehari. Dari dalam Pak Udin yang melihat anak majikannya turun dari mobil yang tidak dikenalinya langsung membukakan pintu pagar dan bertanya.

" Aden kok pulang naik ojol, mobilnya kenapa Den?"

" Ada di tempat lain, nanti minta tolong Pak Danu yang ambilin."

" Tuan sama Nyonya baru berangkat makan malam sama kolega, pulangnya larut. Katanya kalo Aden pulang suruh makan sendiri aja."

" Iya makasih Pak Udin."

" Den, makan malamnya Bibi siapkan dimeja ya." Sapa Bik Sari pada tuan mudanya.

" Enggak usah Bik, aku mau mandi dulu. Nanti taruh dikamar aja. Sekalian buatin jahe susu ya."

" Siap Den." kata Bik Sari sambil memberi hormat ala-ala pramuka.

Menaiki tangga lantai dua sang pemuda langsung menuju kamar mandi dan menyiapkan air untuk mandi. Sungguh dia sangat teramat ingin berendam dengan air hangat untuk merelaksasi tubuhnya. Menghilangkan keringat dan lelah. Sebentar saja tubuhnya sudah terendam oleh air yang berasa membawa kesadarannya kembali.

" Tunggu saja perhitunganku Mahendara. Aku buat kau menderita minggu depan. Sebagai balasan atas hari ini." guman pemuda tersebut.

Pandu Arka Winata. Anak tunggal dari pebisnis terkenal yang mengelola lebih dari 10 bidang perekonomian. Sosoknya yang tampan dan berlimpah tidak membuatnya jadi seorang pemuda sombong dan berkuasa. Walau dengan dukungan status dan wajahnya, semua mungkin untuk menjadikannya seorang pangeran seperti di drama-drama. Dengan banyak antek yang setia, dia bisa mendominasi pergaulan.

Tapi itu tidak pernah terjadi. Dia malah menjadi sosok yang ramah dan sering membantu orang lain. Kadang ini yang menjadi salah satu penyebab dia dan sahabatnya Mahendra sering selisih pendapat.

Hendra bilang dia terlalu mudah ditipu dan dibodohi karena sifat baiknya itu. Sering dimanfaatkan oleh orang sekitar untuk kepentingan mereka sendiri. Sudah sering kali Hendra menasehati. Tapi hati Pandu selalu luluh saat mendengar bujuk rayu mereka.

Tring..

[ Kemana woi, sampe berjamur nunggunya. Gak lagi hibernasi kan? cepetan dateng, gak pake lama. ] Sebuah pesan masuk dalam ponsel Pandu. Sudah jelas siapa pengirimnya.

Hari ini memang mereka janjian untuk bertemu di sebuah kafe, untuk mengerjakan tugas kelompok karena dua hari sekolah diliburkan. Senin depan langsung presentasi, karenanya mereka ngebut bikin tugas hari ini agar bisa lebih fokus pada presentasi.

Hendra mengajak bertemu di sebuah toko aksesoris sebelum menuju kafe. Karena Adiknya Dinan ingin dibelikan sebuah jepit rambut bentuk kucing yang limited edition yang hanya dijual ditoko tersebut. Pandu datang lima belas menit sebelumnya. Naas baginya yang ternyata berpapasan dengan banci-banci menor saat duduk menunggu Hendra.

Melihat pemuda ganteng tinggi dan manis sedang sendirian, dengan semangat empat puluh lima para banci tersebut langsung menyerbu ke arah Pandu. Pandu yang kaget langsung berdiri dan mencoba menghindar. Sialnya para banci mengepung Pandu pas ditengah kerumunan mereka.

" Hai gans,, kamu chui amat. Sendirian ekike-ekike temenin nongki yuk...

Gak usah sungkan, kita-kita lagi kosong kok...yups gak sis.." kata banci yang sepertinya pemimpin geng mereka. Berkedip manja sambil tertawa dengan suara bikin telinga berdengung. Saking ancurnya.

" Yups,,,kamu gak usah terpesona gitu dong sama kita-kita, sampe bengong gitu. Tau dong kalo kita mempesona cetar membahana. Hihihihi." sahut salah seorang dari mereka.

Merasa ngeri dan syok, langsung saja Pandu bersiap lari. Tapi salah dua dari mereka malah memegang tangannya dan pemimpinnya nekat ingin menciumnya. Sontak Pandu menghempaskan kedua tangannya dengan kasar dan langsung lari ke arah manapun tanpa mau menoleh.

" Woy,, jangan lari." teriak seorang banci dengan suara macho serak-serak lembab. Kayak cucian gagal kering dua hari.

Mereka yang merasa buruannya ingin kabur langsung angkat rok mini mereka ikut mengejar Pandu yang sudah mencuri start lomba lari. Jangan salah sangka. Biar menggunakan rok pendek dan sepatu berhak, mereka tepat gahar mengejar.

" Chyyn...jangan lari-lari,, bikin tambah membara nih cintaku padamu." Teriak salah satu banci.

" Ouuhhh...jinak-jinak merpati,, kalo ketangkep eike bikin kecup basah muah-muah. Sini Gans, jangan malu." sahut banci lain.

" Eike duluan yang nemu tadi Sis,,biar eike yang dapat firstnya...manis manja pastinya." sambung ketua geng.

Masih sempat saja mereka berceloteh saat berlari mengejar pujaan hati yang tentu saja eneg dengan mereka.

Doa-doa di rapalkan Pandu dalam hatinya. Berharap bisa segera terbebas dari para pengejar horor dibelakangnya. Jangankan berteriak minta tolong, harus ngapain juga sudah tidak terlintas di benaknya, pikiran Pandu sudah blank.

Yang dia tau hanya menghindari para banci agar kesuciannya tidak ternodai.

" Bakalan tinggal nama nih kalo sampe ketangkep. Kudu tambah kecepatan." batin Pandu.

Dan gilanya, biar Pandu lari dengan kecepatan penuh mereka masih bisa nyusul dengan jarak lumayan dekat. Karena memang sama-sama pria, jadi stamina dan kecepatannya seimbang.

Akhirnya Pandu memilih jalan yang cukup ramai, dengan tujuan agar geng mereka bisa tertahan sementara. Dengan jumlah yang lumayan banyak, sekitar lima sampai tujuh orang, akan sulit untuk berlari bersama.

Dan usahanya berhasil. Akhirnya dia bisa lolos dari para makhluk abstral walau tanpa sengaja dia menabrak seorang gadis. Dari penilaiannya, kemungkinan si gadis terluka sangat besar. Jika dibandingkan tubuhnya, si gadis cukup mungil. Dia kembali teringat seragam yang dikenakan gadis tersebut. Mungkin waktu masuk sekolah, dia akan mencari tau dan meminta maaf secara benar.

[ Kerjain aja sendiri, dasar pembuat onar. Jangan hubungi aku lagi. Aku capek ] balas Pandu.

" Lha,,kok ngambek nih bocah. Lagi dapet kali ya." batin Mahendra keheranan setelah menerima balasan dari Pandu.

Di dalam kafe, Hendra duduk sendiri sambil minum jus jeruk. Buku dan laptop yang di letakkan di atas meja kembali dia masukan kedalam tas. Dia memilih pulang daripada menunggu kabar cowok yang lagi PMS. ( emang ada? )

" Besok aja deh aku samperin ke rumahnya, sekalian pamerin gebetan baru." batin Hendra.

Mahendra Alviano adalan sahabat Pandu sejak SMP. Karena ibu mereka merupakan teman kuliah, mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Hanya saja saat sudah duduk di kelas dua bangku sekolah menengah pertama mereka baru jadi sahabat. Karena sebuah insiden mereka jadi dekat.

###########################

Di sebuah kafe di lantai dua.

" Jadi si Adik Cantik sudah bisa mulai kerja senin depan, harus sering-sering kesini biar bisa godain dia ah. Kayaknya lucu juga." bisik seorang pemuda diiringi senyum yang ambigu.