2 Bab 1

Sekantong cilok super pedas ada digenggamanya. Dengan langkah santai seorang gadis berjalan melewati deretan kuliner tepian jalan yang ramai dikerumuni pembeli.

Maklum cuaca sore sedang baik dan ini adalah awal bulan. Dimana para pekerja tersenyum dengan gaji bulannya yang memenuhi dompet atau kartu geseknya. Ah...sore yang indah.

Seragam SMA yang dikenakan dan wajah imut berisi mampu membuat banyak orang melemparkan pandangan padanya. Ya, Dia termasuk dalam katagori cantik, kulit bersih, mata yang bulat cerah, rambut hitam legam semampai terlihat halus dan lembut ketika disentuh. Ditambah postur tubuh yang diatas rata-rata alias montok sangat sempurna jika dilengkapi senyum di bibir penuhnya.

Dengan langkah cepat Dia melewati pertokoan dan berhenti di sebuah kafe moderen dua lantai dengan dekorasi dominan warna coklat dan gold diluar dan dalamnya. Dari luar sudah terlihat pengunjung yang duduk santai berdua atau berkelompok.

" Jadi ini tempat yang Kakak itu katakan! " gumanya dalam hati

" Keren! Aku harap bisa diterima disini."

" Selamat datang Adik, ada yang bisa saya bantu?" seorang pelayan cantik menghampirinya ketika dia baru saja masuk ruangan.

" Saya di minta untuk datang kesini oleh seorang kakak, dia bilang disini sedang ada lowongan pekerjaan." jawabnya singkat.

" Oh, jadi Adik yang mau melamar kerja, silahkan ikuti saya."

" Terimakasih. Maaf merepotkan."

Mereka berjalan melewati lorong pendek dan memasuki sebuah ruangan di ujung.

" Silahkan masuk."

" Terimakasih."

Tok...tok...tok....

" Masuk." seru suara seorang pria dari dalam.

" Permisi, selamat sore. Saya datang untuk melamar pekerjaan. "

" Silahkan duduk dulu." sambut seorang pria dewasa dengan wajah ramah tersebut.

" Perkenalkan, saya Pak Gio. Saya adalah maneger disini."

" Saya Bulan Luciana, panggil saja Bulan." sambil menerima jabatan tangan Pak Gio.

" Kamu masih pelajar SMA, kelas berapa?" tanyanya kemudian.

" Baru kelas satu Pak."

" Alasanmu ingin bekerja?"

" Ingin menambah uang saku. Saya baru pindah disini."

" Keluargamu juga pindah disini? Apa mereka menyetujui Kamu bekerja? untuk seorang pelajar ini cukup berat." tambah Pak Gio.

" Keluarga saya ada di kota lain, saya ikut kakak saya disini karena sekolah. Mereka mengijinkan selama saya mampu. Saya akan berusaha sebaik mungkin, semampu saya agar tidak mengecewakan Pak Gio. Mohon dipertimbangkan."

" Baiklah Bulan, semangat yang bagus. Mari kita lihat hasilnya. Minggu depan kamu bisa mulai bekerja. Karena kamu masih pelajar, jam kerjamu akan di sesuaikan."

" Terimakasih banyak Pak Gio, saya akan berusaha sepenuhnya." dengan mata berbinar Bulan menjabat tangan Pak Gio dan pamit undur diri. Hatinya benar-benar senang.

" Syukurlah semua dimudahkan" guman Bulan dalam hati...

Ring....ring....

" Gadis yang Anda maksut sudah datang. Iya, hanya basa-basi ringan sesuai permintaai anda."

" Baik, semua sesuai perintah Anda." Pak Gio mematikan sambungan telefonnya.

Seulas senyum mampir di bibir Bulan, walau tidak bertahan lama. Karena baru saja keluar kafe, seseorang menabraknya dari belakang hingga jatuh terjungkal ke depan.

" Aw,, sakit" teriak Bulan.

Dilihatnya dengkul dan telapak tangannya lecet karena terbentur jalan. Untung saja Bulan masih memiliki refleks yang baik, jika tidak pasti dia sudah nyungsep saking kerasnya tabrakan tadi.

" Woi,,, lari-lari sore jangan di tempat keramaian,, gak pake permisi nabrak seenaknya aja. Mata cuma buat pajangan Hah? Segede gini main tabrak aja." Damprat Bulan penuh emosi kepada si tersangka. ( keluar deh bar-barnya )

Bagaimana tidak emosi, dengkul dan tangannya terluka berdarah, ya walau tidak benar-benar parah berdarah-darah tapi itu cukup sakit ditambah makanan kesukaannya pecah bahkan belum dicicipi setusuk pun. Kebahagiaan karena diterima kerja pun tertunda sementara.

Bukannya berbalik meminta maaf, si tersangka hanya berhenti sebentar dan malah lanjut lari seperti dikejar setan. Tanpa menoleh, tanpa berkedip, tanpa bernafas.ups....

Entah apa yang berusaha dihindari si tersangka, tapi jelas korbannya sangat emosi hingga munajat-munajat yang harus di sensor terlontar dihatinya. Karena saat itu sedang ramai pejalan kaki maupun pekerja yang sedang pulang dari rutinitasnya, tidak akan sopan jika mereka lolos dari bibir Bulan.

Orang-orang yang berlalu lalang hanya bisa melihat saja, karena belum sempat menolong dan bertanya, Bulan sudah berdiri dan berjalan walau tertatih. Mau diam disitu malah bikin malu saja. Kerena itu dia langsung kabur dari TKP. Menyelamatkan harga diri.

" Sue tu orang,,,udah salah malah kabur. Minta maaf aja enggak, gimana mau diminta ganti rugi. Mana sakit semua nih badan. Aku sumpahin dia juga jatuh nyungsep, kalau perlu pas di got, biar lebih fresh tu pikiran. Gak ada nurani sama cewek juga." rutuk Bulan dalam hati.

" Bisa panjang urusannya nih kalau ketahuan Mbak Dian. Mending dibersihin dulu." pikir Bulan.

Perjalanan Bulan dari kontrakannya sampai ke kafe hanya butuh waktu 20 menit, sekarang dia butuh waktu dua kali lipat untuk pulang karena lukanya. Sesampainya pintu kontrakan, Bulan berjinjit-jinjit berjalan agar tidak ketahuan masuk rumah. Langsung menuju kamar dan ganti baju. untung saja kotak P3K selalu tersedia di kamarnya, mengingat Bulan seorang gadis bandel yang sering terluka. Jadi dia selalu menyimpan P3K secara pribadi.

Bulan mengambil kapas, diberinya cairan revanol kemudian membersihkan luka berdarahnya. Dibubuhinya obat tabur agar lukanya cepat kering. Sengaja memakai celana yang menutupi lukanya agar tidak ketahuan Mbak Dian, karena bisa histeris dan ceramah panjang kali lebar sama dengan luas.

Mbak Dian memang bukan saudara kandung Bulan, tapi Kakak satu panti dengan dia dulu. Yang sedari Bulan kecil selalu ada buat jagain dan merawat Bulan. Dia selalu berdoa agar Mbak Dian tidak diadopsi dan dibawa jauh darinya. Karena hanya Mbak Dian yang dekat dan sayang padanya. Egois sih, tapi cuma itu permintaannya.

Sewaktu Bulan masih umur 10 tahun, Mbak Dian keluar dari panti karena menikah dengan seorang guru di kota ini. Maka dari itu Bulan belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat beasiswa dan bersekolah di kota tempat Mbak Dian pindah sekarang. Dan usahanya membuahkan hasil baik.

Dengan nilai yang sangat bagus dan prestasi non akademiknya, Bulan bisa memilih SMA yang diinginkan di satu provinsi. Disinilah dia, di kota yang sama dengan Mbak Dian, dan SMA tempat mengajar suami Mbak Dian, Mas Agus.

Tring..tring..tring..

Sebuah pesan masuk di hape jadulnya. Dengan segera dia buka karena hanya ada lima orang yang memiliki nomor ponselnya.

[ Assalamualaikum.

Dek, Mbak sama Mas Agus mampir ke panti tadi. Sekalian nginep disini. Besok minggu sore baru pulang. Jaga diri baik-baik di rumah ya.]

[ Waalaikumsalam.

Iya Mbak, Bulan juga baru nyampe rumah. Hasilnya mulai minggu depan Bulan udah kerja. Hati-hati disana juga.]

" Hah....selamat deh, untung Mbak gak pulang, jadi besok lusa udah mendingan nih luka."

Hari menjelang malam, Bulan berbaring di kamarnya setelah membersihkan diri dan merawat lukanya. Karena malam ini dia di rumah sendirian, jendela dan pintu dia pastikan sudah dikunci semua sebelum istirahat. Takutnya nanti dia kelupaan dan tertidur.

Sementara di tempat lain. Seorang pemuda berhenti di sebuah mini market sambil ngos-ngosan. Keringat super banyak keluar dari kulitnya yang putih. Jaket hoodie dilepas dan dia duduk di rest area mini market. Rambut acak-acakan yang terbentuk karena berlarian tidak menyurutkan ketampanannya. Malah semakin membuat gemas siapa yang melihat.

" Mau mati rasanya,,,,host....host...host..."

" Dasar cewek jadi-jadian. Tuh mulut apa busway main nyosor aja. Untung bisa kabur."

" Sialan Hendra, janjian di tempat absurd gitu. Besok ketemu aku patahin lehernya."

Setelah nafas reda, barulah pemuda itu masuk ke mini market dan membeli air minum dingin untuk melegakan tenggorokannya. Satu botol langsung kandas dalam sekali minum. Terlihat benar-benar kelelahan. Satu tangannya memegang ponsel dan memesan kendaraan dari aplikasi.

" Tadi pas gak sengaja nabrak orang, parah gak ya? Baru kepikiran!"

" Kayaknya seragam sekolahnya sama, cari tau besok lusa aja, yang penting pulang dulu."

Sesaat setelah driver onlinenya datang, pemuda tersebut langsung masuk dan bersandar nyaman dalam mobil. Temperatur yang sesuai dan lelah yang dirasakannya membuatnya mengantuk. Tanpa sadar dia sudah tertidur dengan nyenyak.

avataravatar
Next chapter