webnovel

Star Chronicles of Origin

Ren Kaito, seorang anak yatim piatu akibat perang saudara. Satu dari sedikit anak-anak yang selamat dari tragedi malam darah dimana genosida terjadi. Sepuluh tahun berlalu pasca kejadian itu, perangpun telah berakhir. Dia yang saat ini menyandang gelar Raja Naga Pertama karena prestasinya yang gemilang semasa perang saudara juga kemampuannya yang ditakuti oleh sekutu maupun musuh harus memulai hidup barunya. Sang Jenderal, ayah angkatnya memberikan dia misi untuk pergi ke Jepang tapi apa yang sebenarnya terjadi adalah.....Sang Jenderal hanya ingin anak angkatnya itu hidup normal seperti remaja seusianya sebisa mungkin.

Neezuria · Fantasy
Not enough ratings
31 Chs

Kembali ke rumah

Setelah keluar dari pusat fasilitas militer bawah tanah, saat ini Ren berada di distrik perumahan militer, tempat para tentara dan keluarganya tinggal. Tempat ini tentunya dibangun pasca kehancuran Kota Jakarta sebelumnya dan kota ini akhirnya diubah menjadi pusat militer di Pulau Jawa selain dari menjadi pusat perekonomian sementara di lain sisi pusat pemerintahan berada di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Pulau Kalimantan.

Ren terus berjalan sendirian hingga sampai di depan gerbang sebuah rumah yang cukup besar mirip dengan sebuah mansion dengan penjagaan ketat dimana tentara bersenjata lengkap ada di sekeliling bangunan. Ren lalu mendekati gerbang itu dan memberi salam pada para penjaga.

"Permisi, selamat siang. Saya ingin menemui pemilik rumah, apakah bisa?" tanya Ren sopan dengan senyuman di wajahnya.

"Oh? Seorang anak muda?"

Salah satu penjaga gerbang menatap Ren curiga sementara satu lainnya mendekati Ren.

"Maaf, Nak. Pemilik rumah yaitu Gubernur Jenderal sedang diluar rumah, kami tidak bisa membiarkanmu masuk karena hanya ada nyonya dan nona muda di dalam" jawab penjaga itu dengan nada ramah dan bersahabat.

"Begitu ya.., bagaimana kalau begini?"

Ren mengeluarkan kartu identitas militer miliknya dan memberikannya pada penjaga tersebut (tentu saja kartu yang berbeda dengan miliknya sebagai Alpha).

"Hm?" Penjaga itu mengiriyit lalu segera melotot terkejut.

"Eh?eh..!?"

Dia berteriak, wajahnya terlihat dia sangat terkejut sementara itu melihat rekannya begitu terkejut penjaga gerbang yang lain mendekat.

"Hey, ada apa?" tanyanya

"I-ini, lihatlah!" jawab prajurit itu

"Hm? Eh! Oh astaga, Anda tuan muda Ren!?"

Ren hanya diam dan membalas dengan senyuman.

"Oh hahaha, maafkan kami karena tidak mengenali Anda, tuan muda. Sudah sangat lama Anda tidak kembali" jawab kedua penjaga itu dengan senyum lembut layaknya seorang ayah yang melihat anaknya kembali setelah sekian lama.

"Yah, banyak hal yang terjadi sehingga membuatku baru bisa pulang sekarang" balas Ren dengan lemah, dia memang telah melalui banyak hal yang tidak dapat dia jelaskan pada sembarang orang.

"Jadi, apa aku boleh masuk?" tanya Ren mengalihkan topik.

"Tentu, tentu saja. Silahkan, tuan muda" balas kedua penjaga itu lalu membuka gerbang.

Ren lalu mengucapkan terima kasih dan berjalan melewati gerbang.

Ren terus berjalan hingga rumah besar yang terlihat kecil itu semakin besar. Benar-benar terlihat seperti mansion milik bangsawan-bangsawan kaya di Eropa pada masa lalu. Hanya dalam beberapa saat dia tiba di depan pintu utama rumah tersebut.

"Sudah lama aku tidak pulang ya.., seharusnya sudah hampir 10 tahun.."

Ren melihat pintu ini dengan nostalgia, di balik pintu ini ada orang-orang yang menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka. Dia sejatinya hanya tinggal sebentar di rumah ini tapi rasanya benar-benar seperti kembali ke rumah baginya.

Ren lalu mengetuk pintu itu.

"Permisi!" katanya

Lalu pintupun terbuka, ada seorang wanita tua dengan seragam kepala pelayan disana, dia memasang ekspresi terkejut melihat Ren lalu menangis.

"K-kamu.., ahh ahh, tuan muda Ren.."

Dia lalu segera berbalik dan berteriak ke seisi rumah.

"Tuan muda Ren telah kembali!!" teriaknya dengan keras.

Teriakannya yang menyebar ke seisi rumah membuat heboh seluruh penghuni rumah terutama seseorang.

Dia adalah seorang gadis tapi kelakuannya membuat dia terlihat tidak seperti gadis. Mendengar teriakan bahwa Ren telah kembali, dia segera melompat dari lantai dua dan berlari ke arah Ren.

"Rennn!! Kamu kembali!" teriaknya lalu memeluk Ren erat-erat.

"Itu berbahaya, Nona Angelina" jawab Ren menegur Angelina yang melompat dari lantai dua sambil tetap dipeluk.

Gadis itu bereaksi dan segera berubah cemberut, dia marah.

"Hey.., apa-apaan sebutan "nona" itu!? Sebut aku "kakak" !" tanyanya dengan niat membunuh berkobar-kobar.

(Uups, aku salah berbicara)

"Ah iya iya maaf, maksudku Kak Angelina" jawab Ren dengan muka masam.

"Nah begitu dong, itu baru adik kecilku yang imut!"

Angelina lalu mengusap-usap pipinya ke pipi Ren sambil terus menggumamkan "imut-imut".

Ren hanya bisa pasrah, itu terus berlanjut hingga seorang wanita turun dari lantai dua, pakaiannya terlihat sangat berwibawa.

"Kamu sudah kembali, Ren" katanya dengan nada lembut, benar-benar terlihat seperti seorang ibu.

"Saya kembali, Nyonya Rina" jawab Ren sambil menyingkirkan kakaknya lalu berlutut.

"Oh ayolah, jangan formal begitu, kamu boleh berdiri, terlebih lagi kenapa tidak memanggilku dengan sebutan "ibunda"? balasnya lalu bertanya.

"Maafkan saya, saya takut itu bertabrakan dengan prinsip saya" jawab Ren tegas.

"Oh prinsipmu masih kokoh seperti dulu ya? Sangat disayangkan tapi mau bagaimana lagi, tapi kenapa kamu memanggil Angelina dengan "kakak" ?" tanyanya tersenyum.

"Ughh,itu..."

Ren tidak bisa menjawab jadi dia hanya bisa terdiam.

Melihat Ren tetap diam dan mulai gelisah membuat Rina terkekeh.

"Oh ayolah, Ren. Saya hanya bercanda, saya mengerti betapa pentingnya ikatan keluarga lamamu dengan dirimu dan saya tidak mempermasalahkannya sama sekali, jadi jangan khawatir" katanya lalu melirik ke arah putrinya, Angelina.

"Angie, mau sampai kapan kamu mengelus pipimu itu ke Ren?" tanyanya dengan nada lelah.

"Ibu,ibu, lihat, Ren sangat imut!!" jawab Angie acuh tak acuh.

Angelina Alberto, dia biasa dipanggil Angie oleh anggota keluarga Alberto dan Nona Angie oleh para pelayan serta penjaga. Sementara itu, Rina Alberto, dia istri Gilbert dan sangat dihormati oleh seisi rumah karena perilakunya yang terhormat.

"Angie.., Ren bukan anak kecil lagi, dia sudah jadi pemuda yang gagah berani dan kamu juga sudah menjadi seorang gadis muda, berperilakulah dengan benar" balas Rina dengan nada lelah.

"Mouu, ibu tidak asik" jawab Angie merajuk.

Ren yang melihat ini tetap diam.

(Lebih baik tidak usah ikut campur...)

Setelah beberapa saat puas dengan pipi Ren, Angie lalu menarik diri.

"Sudah?" tanya Rina datar.

"Yup, sudah!!" jawab Angie gembira.

"Maaf soal itu, Ren. Kamu baru saja kembali kan? Ayo makan dulu, para pelayan sudah menyiapkan makan siang sekalian nanti kamu ceritakan segalanya apa saja yang terjadi padamu selama hampir 10 tahun belakangan ini" kata Rina.

"Tentu, saya akan menetap untuk sementara waktu" balas Ren.

Angie yang menotice perkataan Ren mengerang kesal.

"Sementara? Apa maksudnya itu?" tanyanya, matanya seperti elang.

"Um, yah itu.."

Ren membalas terbata-bata. Dia bingung bagaimana cara menjawabnya.

"Sudah-sudah, Angie. Biarkan Ren makan dulu baru kamu bertanya nanti" kata Rina

"Hah, baiklah mau bagaimana lagi, Ren kita bicara nanti, aku tidak akan membiarkanmu tidur sampai kamu memberitahuku semuanya!" balas Angie

Ren mendengar ini mundur selangkah.

(Menakutkann!! Gilbert tolong bantu aku!!)

Ren mengerang ketakutan sambil di seret oleh Angie ke ruang makan. Di sana terdapat banyak makanan yang terlihat sangat enak dan mewah seperti yang dikatakan Rina sebelumnya.