webnovel

Standing

"Kehilangan seseorang yang kita cinta memang sangat menyakitkan, tapi itu bukan akhir segalanya, kita bisa bahagia meski tanpa dia."

Harefa0512 · Teen
Not enough ratings
6 Chs

Menolongku

Perlahan aku membuka mataku, dan mataku sedikit silau terkena sinar matahari yang masuk ke dalam retinaku, mata ku juga sedikit perih dan juga sakit karena semalaman aku menangis. Untunglah pagi ini cuaca cerah tidak seperti tadi malam, tadi malam hujan sangat deras seakan langit juga merasakan kesedihan yang kurasakan.

Aku mencoba bangkit berdiri dari tempat ku, tetapi semua badanku terasa lemas dan rasanya aku tidak sanggup untuk berjalan kembali mencari jalan keluar. saat aku terus mencoba untuk bangkit berdiri aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearah ku. Aku melihat sekeliling tetapi aku tidak menemukan seorang pun disini.

"Tolong, tolong, tolong"

Aku berteriak berharap ada orang yang mau menolong ku.

"Dooor"

Aku dikejutkan dengan suara tembakan yang begitu keras.

"Door, dor, dor"

Tembakan itu dilepaskan berulang kali, yang membuat aku sangat ketakutan. Aku membenamkan kepala ku diantara lututku dengan menutup mata dan kedua telingaku menggunakan kedua tanganku.

Setelah beberapa lama suara tembakan itu hilang, aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala ku. Aku tidak percaya apa yang sedang aku lihat sekarang, seorang pria berdiri di depanku dengan mengarahkan senjata api ke arahku. Aku tidak begitu jelas melihat pria yang berdiri di depan ku, mataku seakan tidak fokus untuk melihat siapa orang itu.

"Toloong"

Bersamaan aku meminta tolong, aku mendengar suara tembakan yang sangat keras dan perlahan penglihatan ku menjadi buram dan gelap.

Tetapi gelap itu langsung digantikan dengan cahaya yang sangat terang. Bahkan terang nya cahaya itu membuat mata ku menjadi sakit. Aku sedikit menyipitkan mata ku agar tidak terlalu menyilaukan ku. Aku melihat sekeliling dan aku tidak tau dimana aku sekarang karena tempat ini begitu sangat kosong.

Tiba tiba bapak datang dan mengelus kepalaku, aku langsung berlari untuk memeluk bapak dengan erat.

"bapak maafin Feli, semua ini salah Feli. Bapak baik baik aja kan, bapak gak kenapa napa kan pak?" aku nangis sejadi-jadinya menumpahkan rasa penyesalan yang ada di dalam hatiku saat ini.

"Kamu bisa Feli kalau bapak tidak ada di sisi kamu, kamu harus bisa. Kejar kebahagiaan kamu, kalau kamu bahagia bapak juga bahagia disini"

"Kenapa bapak menjawab pertanyaan Feli seperti itu, Feli gak suka dengan jawaban bapak. Feli akan selalu di sisi bapak sama ibuk." Aku semakin mengeratkan pelukan ku dengan bapak, aku benar benar tidak rela jika bapak meninggalkan aku.

"Bapak yakin suatu saat kebahagiaan yang Feli impikan akan terjadi, dan bapak bisa melihat Feli sangat bahagia di hari itu. Bapak hanya minta supaya Feli kejar kebahagiaan Feli, karena kalau Feli bahagia bapak juga bahagia" Rasanya perkataan bapak barusan seperti salam perpisahan seakan bapak akan pergi jauh. Tiba tiba aku merasakan air yang mengalir dari punggung bapak. aku melihat tanganku dimana aku menyentuh punggung bapak, keterkejutan ku semakim bertambah ketika aku menyadari bahwa yang aku pegang adalah darah. Air mataku langsung mengalir deras membasahi kedua pipiku.

"bapak, kenapa di tangan Feli ada darah?" tanyaku dengan suara terbata bata dengan tangan yang sudah gemetar. Aku melihat bapak hanya tersenyum dan pergi meninggalkan aku, bapak menghilang dari pandanganku. Aku berteriak memanggil nama bapak, tetapi semuanya seakan sia sia karena bapak sudah benar benar menghilang.

Perlahan aku membuka kedua mataku, aku terbangun dari tidurku atau juga mungkin terbangun dari pingsanku. Syukurlah ternyata yang tadi hanya sekedar mimpi, tetapi mengapa aku merasakan bahwa mimpi itu nyata karena aku merasakan air mataku masih mengalir walaupun tidak sederas yang di dalam mimipiku. Aku sangat sangat berharap saat ini kedua orang tua ku sedang baik baik saja dan bapak benar benar tidak meninggalkan ku.

Disaat kesadaran ku belum sepenuhnya kembali, Aku dibuat terkejut kembali dengan kamar yang aku tempati sekarang, aku mencoba mengingat ingat kejadian sebelum aku pingsan. Aku ingat jika di hutan aku mendengar suara tembakan dan seorang pria menodongkan senjata ke arahku dan aku mendengar suara tembakan. Syukurlah lah ternyata aku masih selamat, karena aku mengira suara tembakan yang aku dengar terakhir kali adalah tembakan untukku.

Aku segera turun dari ranjang tempat tidur untuk keluar dari ruangan ini. Di saat aku membuka pintu kamar, aku langsung dihadapkan dengan ruangan yang sangat besar dan tampaknya ruangan itu adalah ruang tamu. Aku melangkah ke luar kamar untuk segera keluar dari rumah ini, aku berlari kecil ketika menemukan pintu untuk keluar dari rumah ini.

"Apakah seperti itu sikapmu setelah seseorang telah menolongmu dari maut?" aku langsung membeku ditempat ketika aku mendengar suara seseorang dari arah belakang ku. Aku merasakan nada bicaranya yang sangat dingin serta intimidasi di dalamnya yang membuat aku tidak bisa berkutik.

Aku segera menghadap kebelakang dan menunduk kan kepalaku dengan mataku terus menatap lantai. Benar apa yang telah ia katakan jika aku tidak tau berterimakasih setelah ia menolongku.

"maafkan saya atas perlakuan saya tadi, dan terimakasih anda telah menolong saya" ucapku dengan bahasa formal ku yang tulus.

"setidaknya jika kau berbicara, kau harus melihat orang yang kau ajak bicara" pria itu melempar kan paper bag ke arahku. Karena terkejut aku melihat orang yang ada di depanku saat ini. Aku benar-benar dibuat terkejut dengan pria yang ada di hadapan ku saat ini, ia adalah pria yang menodongkan senjata api ke arahku saat aku turun dari bagasi mobil dan apakah ia juga yang telah menyelamatkan aku.

"Itu pakaian untuk mu, setidaknya kau kabur tidak dengan keadaan seperti itu" ucapnya sinis dan segera meninggalkan aku menuju lantai atas. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil paper bag tersebut untuk segera mengganti pakaian ku.

Setelah selesai bersih bersih aku memberanikan diri untuk keluar kamar kembali, aku akan berterimakasih kepada pria yang sudah menolongku. Walaupun saat ini aku belum sepenuhnya pulih dan masih merasakan sakit di tubuhku rasanya tidak memungkinkan jika aku berlama lama dengan seseorang yang sudah aku repotkan.

Aku melihat pria tadi menuruni tangga dengan memainkan handphone nya, ia sempat melihatku tetapi hanya menoleh sebentar lalu menoleh kembali ke handphone nya. Aku mengikuti nya dari belakang untuk berterimakasih dan aku akan segera keluar dari rumah ini. Seakan ia sadar dengan keberadaan ku yang mengikutinya dari belakang ia menoleh ke arahku

"Apa kau ingin menyampaikan sesuatu?"

"Maafkan saya karena saya sudah merepotkan Anda, dan saya benar benar sangat berterimakasih karena anda telah menolong saya. Saya juga ingin sekalian pamit karena saya harus segera pulang ke rumah, sekali lagi saya ucapkan terimakasih" aku melihat kearahnya tetapi ia tidak menunjukan respon apa apa, karena tidak menunjukan respon apa apa aku segera melangkah untuk meninggalkan rumah ini.

"setidaknya kau makan dulu untuk mengisi tenagamu, karena aku yakin kau akan sangat membutuhkan energi untuk pulang ke rumah"

"Maafkan saya jika saya menolak tawaran yang anda berikan, karena saat ini saya benar benar harus pulang ke rumah" ucapku kembali melihat ke arahnya.

"terserah kau saja, setidaknya kau harus membawa ini" Ia melempar kan ku sebuah tas yang ia ambil dari lemari yang berada di dekatnya, dengan senyum yang sangat sulit diartikan. Setelah berterimakasih aku segera keluar dari rumah ini karena aku sangat takut dengan aura yang dikeluarkan oleh pria dihadapanku saat ini.

Aku membuka pintu rumah untuk segera keluar dari rumah ini, aku langsung dihadapkan dengan pagar tembok tinggi yang menjulang. Disaat aku membuka gerbang rumah ini, aku kembali terkejut dengan apa yang aku lihat sekarang ini.

"Sebenarnya dimana aku sekarang?" ucapku frustasi dengan meremas rambutku.