webnovel

#9 Rasa itu Tumbuh

Entah kenapa mengunjungi Soya menjadi candu bagi Stefan. Melihat mata yang terluka dan berharap dengan putus asa membuat dadanya bergemuruh. Ia ingin sekali membuat Soya kembali tergila - gila padanya. Seluruh bayangan erotis menari - nari di benaknya. Ia ingin memiliki Soya untuk dirinya. Menjadi kekasih rahasianya bukanlah ide yang buruk.

Malam itu Soya baru saja pulang saat Stefan sampai dan menunggu di kafe bawah. Soya memandangnya tanpa ekspresi dan menunjuk ke arah kamarnya. Stefan mengangguk untuk menunggu Soya, namun lama ditunggu Soya tak kunjung datang.

Dengan gelisah ia memutuskan untuk naik dan mengetuk pintu kamar Soya. Ia melihat Soya membukakan pintu tanpa ada niat untuk turun menemuinya, karena ia melihat Soya mengenakan piyamanya. Stefan ingin sekali menerobos masuk, namun ia menahan diri dan meminta Soya segera turun. Ia tahu Soya bisa menghajarnya hingga babak belur karena ia adalah atlet karate. Satu - satunya cara adalah membuat Soya memohon kepadanya agar memiliki hubungan lagi.

Stefan sengaja mengatakan pada istrinya bahwa ia memiliki pertemuan di luar kota selama satu minggu, dan ia punya banyak waktu untuk menemui Soya. Setelah menegaskan ia tidak memiliki perasaan apapun pada Soya dan membuat Soya sedih, ia ingin datang dan mengakui perasaannya yang sesungguhnya pada Soya sehingga Soya tidak berpikir jernih dan menerima Stefan lagi. Itu yang direncanakannya. Namun rencananya gagal saat ia belum sempat bicara dan melihat seorang lelaki menggandeng tangannya erat. Hatinya dipenuhi amarah, rencananya gagal total.

Jika Shiena adalah berlian yang mahal, maka Soya adalah jamrud yang langka. Ia tidak bisa melepaskan mereka begitu saja, ia harus memiliki keduanya. Namun ia harus menyusun rencana baru untuk menaklukkan hati Soya, meskipun dengan cara yang licik.

Dua bulan berlalu setelah pertemuan keluarganya dengan Soya. Mertuanya telah berbaik hati untuk menghapus egonya dan meminta maaf pada Soya. Hal ini tentu saja menjadi ganjalan untuk Stefan, karena tidak ada lagi alasan untuknya menemui Soya.

"Sialan!" amuknya sembari memukul kemudinya.

Ia tidak bisa membunuh rasa rindunya pada Soya, ia benar - benar tersiksa.

"Halo! Bisa kita bertemu nanti? Aku ada pekerjaan untukmu!" kata Stefan pada seseorang. Ia menyebutkan alamat sebuah restoran dan waktu mereka akan bertemu.

Pukul 07.00 malam, Stefan sudah datang di restoran yang ia sebutkan tadi. Seorang laki - laki menunggunya di sebuah meja yang sudah ia pesan.

"Selamat malam." sambut lelaki itu sembari mengulurkan tangannya.

"Selamat malam." jawab Stefan menyambut uluran tangan lelaki itu.

Mereka duduk kembali, Stefan memberikan kode pada pelayan dan hidangan pun dibawakan.

"Apa yang bisa saya bantu, tuan." kata laki - laki itu membuka percakapan.

"Ada pekerjaan untukmu." kata Stefan sembari tersenyum licik. Ia mengelurkan selembar foto, dengan nama Soya dan alamat kostnya.

"Apa yang harus saya lakukan dengan perempuan ini?" tanya laki - laki itu lagi.

"Ikuti dia, cari tahu apa saja yang dia lakukan. Untuk sementara yang aku butuhkan hanya itu, dan jangan lupa foto." kata Stefan sembari menyerahkan amplop coklat berisi sejumlah uang.

"Ini untuk uang mukanya. Aku akan mentransfer dua kali lipat nanti." imbuh Stefan lagi. Ia benar - benar tidak tahan lagi untuk memiliki Soya.

Stefan kembali dengan hati lega, laki - laki itu adalah orang suruhannya yang setia. Ia belum pernah gagal melaksanakan tugas yang diberikan Stefan padanya. Ia yakin ia akan menemukan rencana baru untuk mendekati Soya.