webnovel

Dihadang Bandit

Esok harinya Satria dan Nekora sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Kota Lunar. Petugas penginapan bahkan heran sebab masa sewa kamar Satria masih tersisa dua hari lagi. Tapi Satria bilang bahwa dia tetap akan pergi dan penginapan tidak perlu mengembalikan uangnya, Satria rasa uang sebesar itu tidaklah apa, toh itu juga pilihannya sendiri yang pergi saat masa sewanya masih ada.

Satria membawa Nekora ke sebuah toko pakaian untuk membelikannya pakaian baru dengan sisa uangnya kini. Awalnya Nekora sempat ragu karena tidak enak jika merepotkan Satria, namun Satria bilang dia tidak mau kalau Nekora dianggap sebagai budaknya. Nekora akhirnya mau menuruti perkataannya.

Setelah selesai barulah Satria pergi ke toko Rubx melalui jalan yang kemarin dia lewati. Ternyata hari itu anak laki-laki yang kemarin dia temui di jalanan kini sudah tidak ada di tempatnya. Satria pikir mungkin kalau siang hari dia bekerja di tempat lain. Saat sampai di toko Rubx ternyata tokonya sudah buka.

"Selamat data- eh?" sambut Rubx yang tampak masih merapikan tokonya dia terlihat terkejut saat melihat kedatangan Satria.

"Selamat pagi," sapa Satria.

"Hoi hoi hoi, bukankah sudah aku bilang agar datang siang saja?" tukas Rubx sambil tersenyum.

"Entah megnapa aku rasa pagi ini juga uangnya sudah ada jadi aku langsung datang kesini," jawab Satria sembari melihat-lihat toko.

"Aku sudah menduganya. Kau memang sulit sekali diatur, kalau begitu kemarilah," kata Rubx sambil berjalan menuju mejanya.

"Semalam aku sudah berhasil menjual Kristal hitam itu. Mereka benar-benar cerewet karena ingin tahu siapa yang menjualnya kepadaku. Butuh waktu lama hingga akhirnya mereka mau memberikan uangnya, dasar orang-orang brengsek," sambung Rubx sembari mengeluarkan kain besar berisi koin emas.

"Tapi aku rasa mereka tidak akan macam-macam dengan membuat ketakutan para penyuplai keuntungan mereka," tukas Satria sambil memeriksa koin-koin emas di dalam kainnya.

"Kau tidak mau menghitungnya dulu?" tanya Rubx saat melihat Satria langsung memasukan kain berisi uang sebanyak itu ke balik bajunya.

"Kalau kurang aku tinggal datang lagi kemari," ucap Satria.

"Oh iya, sebenarnya siapa gadis mungil nan manis ini?" tanya Rubx sambil menatap Nekora yang langsung tertunduk.

"Dia temanku," jawab Satria.

"Ho.. benarkah?" tanya Rubx seakan tidak percaya.

"Ya. Kalau begitu aku pamit dahulu. Mungkin aku akan datang lagi kapan-kapan untuk membeli material lainnya," jawab Satria sambil berbalik dan berjalan keluar dari toko Rubx.

"Ya. Sampai jumpa lagi," balas Rubx.

Satria terus berjalan mencari kereta kuda yang menuju ke Kota Lunar. Dengan bantuan Nekora dia tidak perlu waktu lama untuk menemukannya. Setelah membayar biayanya Satria langsung ikut menumpang di kereta kuda tersebut. Tak lama kemudian setelah semuanya siap rombongan kereta kuda langsung berangkat menuju ke Kota Lunar.

Sepanjang jalan Satria tidak terlalu banyak bicara meskipun kini Nekora ikut bersamanya, bagaimanapun sejak awal Satria memang hanya berbicara seperlunya saja sejak dia mulai masuk ke SMA. Siang ini kelihatannya cuaca di langit terlihat cukup cerah, rombongan kereta kuda terus berlalu di jalanan.

Tapi tak berselang lama kemudian kereta kuda yang dinaiki oleh Satria mendadak berhenti. karena cukup penasaran Satria mendongakan kepalanya keluar dari jendela. Tampak kalau orang-orang di kereta kuda lain mulai berhamburan keluar. Merasa ada yang tidak beres Satria langsung keluar dari kereta kudanya.

Tampak beberapa orang dengan armor lengkap dan sudah terenchant datang mengumpulkan orang-orang di kereta kuda. Satu squad full party petualang yang mengawal perjalanan juga terlihat dengan mudah sudah dilumpuhkan tanpa perlawanan yang berarti. Para petualang itu bertugas mengawal di dekat kereta kuda paling depan, jumlah kereta kudanya sendiri jika ditotal ada dua puluhan termasuk yang mengangkut barang dagangan. Meski begitu kedua puluh kereta kuda berjalan memanjang agak berjauhan hingga tercipta ruang diantaranya.

Tanpa basa basi lagi Satria langsung mengeluarkan senjata andalannya yaitu sebuah bilah besi hitam yang panjang dengan bola Kristal berwarna hitam di pangkalnya. Satria khawatir kalau mereka bukanlah lawan yang bisa diremehkan sebab dilihat dari armor dan perlengkapan yang mereka bawa semuanya terlihat bagus-bagus.

"Ada apa tuan?" tanya Nekor yang membuka pintu kereta kuda lagi bersama penumpang lainnya yang tadi bersama Satria.

"Kalian diam saja di dalam, kelihatannya kita sedang dikepung oleh bandit," tutur Satria. Mendengar hal itu Nekora dan penumpang lainnya terlihat sangat terkejut.

"Bagaimana bisa?"

"Bukankah bandit biasanya bergerak malam hari?"

"Lagipula kita kan dikawal oleh satu squad petualang," ucap para penumpang yang masih ada di dalam kereta kuda. Tapi mereka langsung terdiam saat Satria menyuruh mereka untuk diam tak berbicara.

"Ini memang aneh, terlebih mana mungkin satu squad full party bisa ditumbangkan tanpa ada perlawanan sedikitpun. Pergerakan mereka juga terlihat sangat rapi dan cepat," gumam Satria saat melihat ada tiga orang bandit mendatanginya.

"Hei kau! Cepat berkumpul di sana jika masih ingin selamat!" bentak satu bandit yang membawa pedang.

"Tapi sebelum itu serahkan dulu semua barang berhargamu kepada kami!" timpal bandit yang membawa kapak.

"Kelihatannya di dalamnya juga masih ada orang, berani sekali mereka," tutur bandit yang membawa tombak sambil bergerak hendak menuju kereta kuda.

"Lancer," ucap Satria mengubah job classnya. Uniknya batang besi hitam di tangannya juga langsung bergerak membentuk sebuah tombak hitam dengan bola Kristal hitamnya berpindah ke ujung bagian tajam tombak.

"Eh mau cari ribut rupanya," gerutu bandit yang membawa tombak sambil mengayunkan tombaknya.

'Trang'

'Srrrr'

Suara dentingan langsung berbunyi. Tapi uniknya bukan percikan api yang keluar melainkan percikan air. Saat itu juga Satria menyadari bahwa tombak yang dibawa bandit itu sudah di enchant dengan menggunakan Kristal biru yang merupakan perwujudan dari air. Melihat Satria yang tidak ketakutan membuat ketiga bandit itu terlihat geram.

Bandit yang membawa pedang langsung mengayunkan pedanngya mengincar leher Satria sedangkan bandit yang memegang kapak langsung menghantamkan bilah tajam kapaknya mengincar kepala Satria. Tapi Satria dengan gesit memainkan tombaknya menangkis semua serangan kedua bandit yang ternyata senjatanya juga sudah di enchant. Kapak itu di enchant dengan elemen api sementara pedangnya di enchant dengan elemen angin.

"Kalian memiliki barang yang menarik," tutur Satria sembari memperhatikan armor yang dipakai oleh ketiga bandit di depannya.

"Ini peringatan terakhir kami. Menyerahlah jika masih mau selamat!" bentak bandit yang membawa pedang.

"Kalian semua yang masih ada di dalam juga cepat keluar!" bentak bandit dengan job class lancer.

"Jangan! Kalian baru boleh keluar jika mereka sudah bisa melangkahi mayatku!" tegas Satria sembari memainkan tombak di tangannya. dia rasa pertarungan kali ini akan cukup menarik karena bandit yang menghadangnya kelihatannya bukanlah bandit kaleng-kaleng.

"Kau akan menyesal karena lebih memilih mati!" bentak bandit swordman sambil menebaskan pedangnya mengincar leher Satria lagi.

Satria langsung mengangkat tombaknya dan menahan tebasan pedang lawan hingga suara dentingan senjata kembali terdengar, perhatian ketiga bandit di depannya tampak kini tertuju sepenuhnya kepadanya. Selain itu bandit-bandit lainnya yang sedang mengumpulkan barang jarahan juga mulai melirik ke arah mereka.

Bersambung…