webnovel

[09]. Penyihir Berlian

"Jadi, dia Yuno?."

"Oy Yuno kau semakin tinggi saja ya." Ujar Kim. Yuno tersenyum

'Kau juga semakin cantik. Eh?' Kim memiringkan kepalanya saat Yuno mengalihkan wajahnya yang memerah

"Hey Yuno, untuk apa kau buang-buang waktu hanya demi menyelamatkan orang-orang tak berguna ini?."

"Apa?. Yuno, kenapa si kacamata ini malah mengejek kami?." Ketus Asta

"Kacamata-. Kau lah yang menghina!."

Akhirnya muncul adu mulut antara Asta dan senior Yuno yaitu Klaus. Liam menyenggol Tyran, mereka memperhatikan tingkah laku Kim yang aneh

Tangannya terkepal dan keringat bercucuran, sesekali Kim menepuk kasar dadanya. Walau begitu diluar dia masih tertawa melihat sikap Asta. Terlebih Noelle dan anggota Fajar Keemasan, Mimosa, yang ternyata adalah sepupu

"Anu…" Semuanya menengok

"Kurasa kita tak punya cukup waktu. Jadi mari berpisah dan lihat siapa yang akan sampai di harta karunnya duluan." Ujar Tyran menyadarkan mereka

"Hmm baiklah. Solarium masih menjadi pasukan yang pantas daripada Banteng Hitam, tapi kami akan buktikan Ksatria Sihir sesungguhnya daripada kalian!. Mimosa!." Seru Klaus

Mimosa mengangguk lalu mengeluarkan sebuah bunga yang ternyata adalah peta. Yuno kemudian mengeluarkan puting beliung yang dijadikan kapal mereka

"Aku harap kalian menderita." Pesan Klaus sebelum akhirnya mereka bertiga pergi

"Ah kami juga harus pergi. Mari bertemu lagi nanti, anggota Banteng Hitam." Ujar Tyran ramah

"Yosha!. Kami akan sampai duluan disana!. Ayo Noelle!." Asta dan Noelle kemudian pergi

"Kim." Kim menengok

"Aku baik. Hanya … aku tak bisa menahan sihirku."

"Sihir?."

"Dari dulu aku tak tau sihirku apa. Aku hanya mengeluarkan senjata dengan listrik, kukira itu sihirku. Tapi setelah melawan Heath aku baru tau kalau sihirku adalah, menghisap Mana." Kim terduduk dan langsung dirangkul Liam

"Aku tak biasanya begini. Mana di Dugeon ini langsung masuk memberontak ke tubuhku, kalau tak dikeluarkan … aku tidak tau apa yang akan terjadi." Liam dan Tyran terdiam

"Maaf, aku hanya menjadi beban."

"Tidak kau tak begitu. Masih sanggup berjalan?." Kim mengangguk

"Kita mungkin tidak punya kendaraan seperti pasukan Fajar Keemasan, tapi setidaknya kita punya peta. Sihir kreasi kubus: Peta Rubik!." Tyran memunculkan sebuah kubus yang memberitahu denah-denah disana

"Dia juga mendeteksi Mana kita?."

"Iya. Kubus ku hebat bukan?. Haha." Kim mengangguk binar

"Kalau begitu, ayo pergi!."

~•~

Sementara itu di kerajaan, pihak pengawal mengirimkan laporan kepada sang Kaisar Sihir

"Yang Mulia, tiga pasukan. Banteng Hitam, Fajar Keemasan, dan Solarium telah mengambil tugas untuk menjelajahi Dungeon."

"Ya aku sudah dengar."

"Kami juga mendapat informasi kalau penyihir Kerajaan Berlian juga tengah berada disana."

"Hmm, siapa pemimpinnya?." Tanya Kaisar Sihir

"Lotus, sang jurang maut, Yang Mulia."

"Hee aku tau dia. Dulu kami sempat bertarung, sihirnya luar biasa memang." Ujar Julius

"Yang Mulia, ini bukan saatnya untuk memuji. Tolong lebih serius!." Tegur Marx

"Yahh komandan dari ketiga pasukan itu sudah menugaskan anggota yang meyakinkan. Bukan begitu?." Julius menatap anggota Solarium yang ditugaskan untuk menjaganya

"Tentu Yang Mulia. Walau adik saya itu bar-bar, hatinya tetaplah jiwa seorang pemenang. Terlebih saya dengar dia bersama Asta anggota Banteng Hitam dan Yuno anggota Fajar Keemasan bertanding untuk menjadi Kaisar Sihir." Jelas Deana membuat orang-orang disana langsung heboh

"Hahaha!. Aku suka semangat generasi muda sekarang. Saa~ kita tunggu bagaimana hasilnya."

~•~

Setiap ada jebakan di jalan, Kim yang selalu melawan. Dia tak merasakan lelah karena memang Mana didalam tubuhnya terlalu banyak, bukan hanya Mana miliknya tapi juga yang ada di Dugeon

Anehnya hanya Mana tertentu yang dapat terhisap oleh Kim

"Senior, kemana lagi?."

"Ke kiri." Tyran tersentak dan tiba-tiba berhenti

"Senior Tyran?."

"Kurasa, kalian harus pergi sendiri."

"Eh?. Tiba-tiba?."

"Jangan bilang kau mau meninggalkan kami seperti anggota Banteng Hitam yang tak bertanggungjawab itu kan?!." Ketus Liam

"Orang yang kau sebut tak bertanggungjawab itu … adalah temanku."

Mereka berdua terdiam. Tyran lalu memberikan peta rubik miliknya

"Pergilah. Dan Kim, jangan terlalu lelah." Tyran kemudian berlari ke arah yang berbeda

"Argh sialan!."

"Kita bisa melakukannya, Liam."

"Menurutmu begitu?."

"Ya. Keadaan ku membaik setelah melawan jebakan-jebakan tadi. Yosh, ayo pergi!." Seru Kim semangat walau dalam hati dia khawatir

Sementara itu Tyran terus berlari hingga ia melihat gumpalan asap dan cahaya biru listrik yang familiar. Lotus, si penyihir Berlian itu melawan temannya, Luck anggota Banteng Hitam

Tyran melihat Luck yang terduduk putus asa karena terkena asap pereda energi yang tak terlihat oleh mata. Tapi mata kiri Tyran bisa melihat segalanya

"Aku … kalah?."

"Haha aku akan mengambil alih harta karun itu dan kau teruslah disana sampai melemah ya." Lotus beranjak pergi

Tyran tak juga bergerak karena dia tau pria tua dengan sihir asap kabut itu bukanlah lawannya. Tapi lawan temannya

"Luck!." Luck tersentak

"Kau harus terus menang!. Ingat ibumu dan teman-teman baik kita di panti asuhan dulu!. LUCK, TERUS MAJU!." Teriakan Tyran menggema

Luck terbelalak. Cahaya biru menerangi tempat itu dan listrik baja dengan kuku-kuku tajam menutupi kaki dan tangannya

"Aku … harus terus maju!."

Sementara itu seorang penyihir Berlian berjalan dengan santai di atas esnya menuju ruang harta karun yang sudah ditemukan pasukan Fajar Keemasan terlebih dahulu

"Jadi ini tempatnya?. Bagaimana kita bisa masuk?."

"Kurasa- ARGH!."

"Mimosa!."

Es itu menusuk ke jubahnya. Bahkan Mimosa yang sangat ahli merasakan Mana bisa diserang dari belakang begitu saja

"Siapa-."

"Minggir. Jangan menghalangi."

To Be Continue…