Seorang pendaki baru saja turun dari bukit dan berjalan di pinggir hutan. Hingga dia dikejutkan dengan tanah yang tiba-tiba bergetar heboh layaknya gempa bumi
"A-apa ini?!." Pendaki itu terduduk takut mendengar auman dari dalam sebuah terowongan bawah tanah
Sementara itu di tempat Kaisar Sihir...
"Kaisar Sihir, telah terjadi-."
"Terjadi anomali kan?."
Marx terkejut
"Biarkan mereka yang melakukan misi ini."
"Mereka?."
~•~
"Jadi sudah selesai?."
"Ya. Ini senjatamu. Terlihat seperti baru bukan?."
Kim meraih tombaknya itu lalu dicobanya
"Lebih ringan dari sebelumnya dan lebih cepat. Baiklah karena sesuai dengan yang ku harapkan, ku kasih lebih. Terimakasih paman!."
"Ahaha terimakasih juga nak."
Kim lalu keluar dari pasar gelap tersebut dan terbang dengan sapunya. Beberapa menit kemudian dia sampai di markas Solarium yang berada di tengah laut, jauh memang tapi dia dibekali cincin portal milik Steven
"Kim!. Bagaimana?. Senjatamu kembali seperti semula?." Tanya Yumna
"Iya senior. Justru yang ini lebih ringan." Kim kemudian masuk
Semuanya tengah berkumpul di ruang tengah. Kim menghempaskan tubuhnya di samping Liam yang tengah membaca buku
"Aku bosan. Apa tidak ada misi?. Aku masih bingung tugas Ksatria Sihir itu apa?." Ujar Kim lalu menghela nafas lelah
Karena bingung mau melakukan apa, dia memutuskan untuk menutup kedua matanya
"Kami pulang!." Komandan Pluto dan Steven kembali
"Selamat datang komandan!."
Semuanya beralih kepada sang pemimpin, termasuk Liam yang menutup bukunya walau sesekali melirik Kim yang masih terlelap
"Hm?. Dia tidur?." Semuanya langsung menengok ke Kim
Kim berteriak histeris kala kepalanya dipukul sang kakak pertama
"Argh kakak apa-apaan?!." Kim mengikuti lirikan Deana dan cengengesan malu melihat sang komandan
"Selamat datang komandan."
"Baiklah semua perhatikan!. Kalian mendapat tiga misi."
"Saya saya!." Teriak Kim yang langsung dijewer Serena. Yang lain menggeleng
"Misinya apa saja komandan?." Tanya Julia
"Yang pertama ialah kalian harus menyamar dan menangkap mata-mata dari Kerajaan Berlian."
"Hee mata-mata?. Seperti Heath waktu itu?." Tebak Flo, gadis berambut silver yang selalu membawa panahnya
"Tak juga tapi sama. Yang ku tugaskan ialah Serena, Minerva, Ethan, dan Vano."
"Vano?. Siapa itu?." Tanya Kim. Celine mengangkat pundaknya
"Disini." Awan itu berubah menjadi seorang laki-laki
"Wah!. Sihirmu awan ya!."
"Haha banyak yang bilang begitu. Tapi tidak. Sihirku cuaca. Untuk itu jarang sekali ada tsunami padahal kita di tengah laut kan." Kim dan Celine mengangguk takjub
"Misi kedua ialah menjadi pengawal di kerajaan. Kalian harus memastikan Kaisar Sihir dan juga raja dalam keadaan baik'saja. Yang ku tugaskan ialah Deana, Zayn, Jiselle, dan Klev."
Klev, laki-laki yang merupakan kembaran Yumna, mengangkat tangannya sambil mengunyah makanan bersama Zayn. Kim mulai cemberut
"Lalu yang terakhir. Kami mendapat kabar ada Dungeon baru."
Semuanya diam
"HEE DUNGEON?!!."
"A-apa itu?." Tanya Kim
"Kau tak tau?!. Itu adalah tempat dimana ada banyak alat-alat sihir yang sangat dahsyat. Bahkan orang yang berhasil mendapatkannya dapat merubah peradaban dan menggunakan sihir mahadahsyat!." Ujar Nara
"Disisi lain, tempat itu juga ada banyak jebakan sihir supaya benda-benda yang disebutkan tadi tidak jatuh ke tangan yang salah." Lanjut Tyran
Kim dan Celine mengangguk paham
"Komandan saya mau ikut!." Kim mengangkat tangannya dengan puppy eyes
"Hentikan." Ujar Serena dengan aura hitamnya
"Hahaha!. Ya kau boleh ikut. Lagipula Kaisar Sihir langsung yang memintamu untuk ikut."
Semuanya terdiam dan tiba-tiba heboh, bahkan Kim shock di tempat
"Hee kapan kau bertemu dengan Kaisar Sihir?!." Ujar Liodra histeris
"A-aku tak pernah."
"Hahaha!. Baiklah, Kim akan pergi bersama Liam. Dan Tyran, kau yang akan memimpin mereka."
"Eh serius?."
"Ya. Jaga mereka berdua dengan baik."
Tyran mengangguk. Steven lalu mengeluarkan tiga cincin portalnya ke masing-masing kelompok
"Saa~ kami berangkat!."
"Hati-hati!."
~•~
Glekk
Kim menelan ludahnya kasar menatap gelapnya Dungeon di hadapannya
"He kau takut?." Ejek Liam. Kim melirik kesal
"Tidak tuh."
"Groaa!!."
"A-ahaha setelah dipikir-pikir kenapa aku yang pemula ini ditugaskan ke misi yang berat?." Ujar Kim
"Hm?. Ini tidak cukup berat dibandingkan yang lain. Untuk itu mereka berempat sementara kita bertiga kan?." Jelas Tyran
"Tapi tetap saja-."
"Kau mau masuk atau tidak?!." Sarkas Liam
"Eh iya!."
Mereka bertiga kemudian masuk dengan sebuah lentera minyak yang dibawa Tyran
"L-Liam jangan jauh-jauh dong." Liam memutar matanya malas
Tyran menyipitkan matanya melihat satu balok di tembok yang mengeluarkan cahaya
"Disini ya." Dia lalu mendorong balok itu membuat balok-balok lainnya ikut rubuh
Cahaya terang langsung menyapa indra penglihatan mereka. Setelah itu mereka terkagum-kagum
BRUKK
"Kim!."
Tyran berbalik
"A-ada apa?."
"Dadaku sesak." Kim menatap Dungeon itu
"Mana disini terlalu kuat untukku. Aku harus mengeluarkannya."
"Ha?. Bagaimana?."
Mata Kim berkilau merah, dihentak kakinya dan Kim langsung melesat pergi. Tyran dan Liam saling tatap dan mau tak mau mengejar Kim
Terkejutnya mereka melihat dua anggota Banteng Hitam yang terjerat akar-akar tumbuhan raksasa. Tiba-tiba banyak angin-angin tajam yang langsung merobek akar-akar itu hingga mereka berdua terlepas
Sementara Kim mengumpulkan Mana listriknya di tombak lalu dilempar ke bunga raksasa pemakan segala itu
BLITZZ DUARR
Kim menarik nafas banyak-banyak
"A-ada dua pasukan lagi?!."
"Tak kusangka kita bertemu lagi." Kim menengok kepada laki-laki yang lebih pendek darinya itu
"Kali ini aku duluan, Asta, Kim."
"Yuno."
To Be Continue...