webnovel

BAB 72

Coba Pikirkan Review Ini:

Mutasi adalah perubahan sifat menurun untuk menyesuaikan diri. Contoh: Harimau berbulu emas (bulunya lebih cantik dan terang), Merak bicolored (Merak dengan separuh bulu putih, separuh lagi hijau warna-warni)

Yang artinya, bab sebelumnya menunjukkan darah Porche sekarang istimewa. Dia punya kemampuan menyembuhkan diri walau tidak secepat para klona, dan prosesnya sangat menyakitkan untuk ditanggung badan manusia. Seperti yang terjadi padanya di 3 bab terakhir. Bahkan proses ini mengakibatkan hilangnya memori. Baik sedikit, maupun banyak. Tergantung tingkat kerusakan organ dan kulit luarnya.

Kim melepaskan tangan Tawan begitu ponselnya bergetar. Dia mendapatkan tawaran konser di Giugliano In Campania, tetapi hanya membacanya sekilas. "Aku sedang tidak punya waktu," katanya. Lalu menutup ponsel tanpa membalas. Meskipun begitu, sang manajer klona terus menelpon berkali-kali. Dia bilang, waktunya itu terserah Kim. Kapan pun dirinya bisa, maka acara tersebut pasti diadakan.

Sebab ini merupakan permintaan putri tunggal konglomerat. Dia mengidolakan "Wik Theerapabee" sejak lama dan ingin dirinya hadir di ulang tahun ke 17 untuk dipamerkan ke teman-teman. Karena itulah, Kim akhirnya mengiyakan. (*)

(*) Nama panggung Kim.

(***)

"Jadi tak masalah jika tidak tepat hari ulang tahunnya?" tanya Kim memastikan.

"Iya," kata sang manajer dari seberang sana. "Mereka pasti senang sekali, Tuan!'

Kim hanya menjawab, "Hm," lalu menutup sambungan telepon. Lelaki itu menghela napas panjang melihat proses penyaluran darah masih beberapa menit, lalu mencatat sesuatu ke sebuah notebook kecil. "Masih beberapa hari lagi," gumamnya. "Tapi sepertinya bisa jika hanya menyiapkan patung pemakaman." Dengan gerakan presisi, Kim pun menulis "Angel of Grief" ke sana, lengkap dengan daerah pemakaman Tawan nantinya. (*)

(*) Angel of Grief: disebut juga "Angel de La Pena"/"Malaikat Kesedihan."/"Malaikat yang Menangis", merupakan adalah patung nisan karya William Wetmore Story. Menjadi karya tentang cinta paling menggugah pada akhir abad 19 [1894] untuk peristirahatan istrinya Emelyn Story di Pemakaman Protestan di Roma. Sejak saat itu, makam-makam di Italia menggunakan gaya serupa untuk penghiasan desain. [Patung karyanya ada di Bab 59: Il Mio Cuore E Uno]

Dengan layar sistem yang melayang, Kim memprogram beberapa klona untuk siap melaksanakan upacara kematian resmi mereka. Tempatnya cukup terpencil, karena memang di salah satu pulau asetnya.

Diikuti cahaya keyboard, jari-jari Kim bergerak cepat. Dia seperti tengah mengetik di udara dan menggeser beberapa file yang tercantum di layar.

Mulai dari persiapan penyerangan, penggerebekan dan sebagainya--semua dia atur dengan rencana terperinci: A, B, C, D, dan seterusnya.

Kim bahkan mengatur rencana darurat jika situasi nanti tidak bisa dikendalikan. Seperti memprogram semua klona untuk meledak, misalnya?

Kim takkan segan menghancurkan apapun daripada seseorang mengincarnya dan Tawan setelah "rencana ini" berhasil.

"Oh ... kenapa baru terpikir ...." gumam Kim tiba-tiba. Setelah merampungkan semuanya, dia pun menghubungi sang manajer sekali lagi. "Hm, ini aku," katanya pelan.

"Ya, Tuan?"

"Tolong percepat saja acara si putri manja," kata Kim. "Tapi juga persiapkan konser besar untukku sendiri. Solo. Tidak perlu datangkan bintang tamu atau siapapun."

"Eh?"

Dengan jari yang mengetuk-ngetuk paha, Kim pun memperjelas maksudnya. "Ini official. Umumkan segera di semua akun sosial mediaku, dan sebarkan tiketnya dalam dua Minggu ini," katanya. "Aku akan berpamitan kepada semua fans sebelum hengkang dari dunia hiburan."

....

...

"Anda serius, Tuan?" tanya si manajer klona setelah keheningan mencekam.

"Hm, tidak perlu yang aneh-aneh," kata Kim. "Aku hanya akan membawakan beberapa lagu dengan piano saja."

".... tapi, Kenapa?" tanya si manajer klona. "Apa Tuan Tawan--"

"Tulis saja karena ada masalah kesehatan," sela Kim. "Aku tidak akan melanjutkan profesi musisi lagi untuk fokus kepada diri sendiri. Mereka pasti paham kalau kau menyampaikannya dengan benar."

"...."

"Freya, aku tahu fungsi telingamu belum rusak," kata Kim. "Atau kau yang kubuat rusak sekarang--"

"Maaf, Tuan. Tapi haruskah seperti itu?" tanya Freya. Si manajer klona sepertinya baru ingin menangis, tapi dia tak bisa. Sebab menangis bukan termasuk hal yang bisa dilakukan klona, tapi situasinya seperti baru akan kehilangan sosok "orangtua" tiba-tiba. "Kami masih ingin lihat Anda bernyanyi. Terus menerus. Sekarang hingga Anda tua nanti."

Gantian Kim yang terdiam bisu. "...."

"Fans Anda di luar sana pasti begitu juga," kata Freya. "Lagipula, bukankah Tuan Tawan baik-baik saja? Kami pasti bantu apapun untuk membuatnya tetap ada."

"...."

"Tuan, kumohon pikirkan sekali lagi," pinta Freya. "Kami harus kemana kalau Anda pergi nanti?"

Kim pun memandang Tawan yang telah menyelesaikan proses pergantian darah. Kini, lelaki itu sedang butuh dirinya untuk mematikan mesin, dan memang sangat tangguh karena bertahan hingga sekarang.

"Freya, sebenarnya aku sudah sangat lelah ...." kata Kim tiba-tiba. "Jadi, biarkan aku selesaikan urusan di sini, lalu istirahat dengan baik bersama dia."

"Tuan, kumohon--"

"Freya, kau akan meledak dalam 24 jam jika tidak mengerjakan perintah dariku," sela Kim yang mendadak gerakan jarinya di sistem kembali. TAK! TAK! TAK! "Oh, ralat. Kau dan seluruh klona yang lahir bersamamu, maksudku."

"Tuan Kim ... please--"

PRAKH!

Kim pun melempar ponselnya setelah mematikan sambungan. "Dasar pengganggu kecil ...." desisnya penuh amarah.

.

.

.

~ SINS OF BARTENDER ~

by Ren

.

.

.

3 Jam kemudian ....

Diam tak bergerak dan hanya bernapas. Rebah di ruangan paling kotor, gelap, dan berbau darah serta cecair tubuh. Kinn tidak pernah merasakan selega itu dalam hidupnya hingga Porche bangun kembali.

"Kinn?"

Lelaki itu membuka matanya yang cantik. Dia memandang Kinn sembari menggeliat tak nyaman. Lalu rebah kembali di dada sang suami dengan raut cemberut.

"Hmmmhh ...." geram Kinn yang ikut terbangun. Dia malas membuka mata, tapi tetap mengelus rambut berantakan di dadanya. "Bagaimana perasaanmu? Apa sudah baik-baik saja?" tanyanya.

"Tidak tahu. Menurutmu apa aku baik-baik saja?" tanya Porche balik. "Rasanya kepalaku dipenuhi hal acak-acakan ...."

Kinn pun mengucek matanya paksa. "Oh, baik kok. Sangat baik sekali," katanya. "Walau harus ada yang kujelaskan padamu nantinya."

"Apa."

"Huh?"

"Aku ini tidak bisa jalan," keluh Porche dengan nada yang jengkel. "Kau mau menunggu kita bicara di luar?"

DEG

"Oh ...." Kinn pun blank beberapa saat, lalu me-notice hasil perbuatannya di bokong lelaki itu. Sangat basah. Sangat lengket. Mereka mungkin terpaksa betah di tempat itu lebih lama jika saja tidak ada air untuk membersihkan diri. "Baiklah."

Satu per satu, Kinn pun menjelaskan situasi mereka. Lebih-lebih hal yang dilupakan oleh Porche. Mulai dari penyiksaannya, detik-detik dia meregang nyawa, kedatangan Ken yang sedikit di luar dugaan, lalu Kim pergi begitu saja.

Kinn juga menceritakan detail Porche yang menggila karena rasa sakit efek ampulnya. Dia tidak melewatkan satu fakta pun agar Porche benar-benar paham. Dan, meskipun Porche terbiasa membantah, kali ini lelaki itu diam mendengarkan.

Mungkin, logikanya berusaha menerima satu per satu. Mungkin juga, dia berusaha mengumpulkan kepingan memori menjadi satu. Atau mungkin ... dia hanya ingin segera menyelesaikan apapun masalah di depan mereka.

"Ada lagi?" tanya Porche memastikannya.

"Tidak, itu sungguh sudah semuanya," kata Kinn.

"Terus bagaimana kau menjelaskan jarimu," tanya Porche kemudian. Dia meraih jemari Kinn, lalu iseng memainkannya seperti bocah. "Apa Ken juga menjahitnya untukmu?"

"Soal itu ...."

Porche tiba-tiba menyela. "Kinn, tidakkah kau memikirkan sesuatu?" tanyanya. "Hal yang lebih penting daripada membalas Kim dengan cara setara."

Karena aku masih ingin mengambil kesedihan itu dari matanya ....

"...."

"Lagipula, bukankah kau bilang darahku kini berbeda?" kata Porche retoris. "Aku ingin kita bertiga bertemu, dan mencoba jalan lain sekalipun mungkin tetaplah mustahil."

Bersambung ....

PENTING: Author tipe yang suka kapal Alpha x Alpha dan seme cantik yang psiko🌚🔥Jadi, sefeminin dan se-pretty apapun aura Kim, role dia tetep Seme di mata saya.

Btw, semua bawahan Kim adalah klona. Artinya, Kim bisa mengatur semua tindakan mereka berdasarkan situasi dan waktu. Tapi, daripada bawahan, mereka memandang Kim lebih seperti "anak ke orangtua" karena memang Kim yang mencipta serta menemukan mereka. Dan setiap klona baru lahir, hal yang mereka lihat pertama kali adalah dirinya. Jadi, daripada robot tak berperasaan, mereka lebih mirip dengan prajurit dengan loyalitas tinggi.

Manusia asli yang terlibat proyek Kim hanya ada 3. Dirinya sendiri, Ken, dan Jirayu.