webnovel

Silver Dynasty | Dinasti Perak

Pangeran Akasha. Jelmaan Pasyu. Pasukan Hitam. Entitas tak tampak : Mandhakarma yang keji. Tetiba dunia jungkir balik di hadapan Silva yang sedang berjuang mengatasi hidupnya yang kacau balau. Setelah 11.000 ribu tahun dunia dihancurkan tiga wangsa yang berseteru, hanya dua bulan waktu yang tersisa memecahkan mantra kuno milik Wangsa Akasha dan Pasyu! ______ Ribuan tahun silam, dunia dipimpin empat Wangsa Akasha yang sakti dan empat Wangsa Pasyu yang perkasa. Milind, panglima muda yang tampan dan ulung dari Akasha, mengawal kejayaan wangsa bersama tujuh pemimpin lainnya. Kehidupan damai penuh pesona, limpahan kekayaan dan kehidupan penuh martabat. Kecuali, bagi Wangsa Ketiga, budak Nistalit yang terpaksa menghamba. Kehidupan tetiba berdiri di jurang kemusnahan ketika Mandhakarma, kekuatan Gelombang Hitam, menyapu wilayah Akasha dan Pasyu dengan ganas. Satu-satunya penyelamat kejayaan para wangsa adalah unsur perak yang hanya dapat ditambang oleh para Nistalit. Nami, seorang budak perempuan Nistalit, menjadi tumpuan wangsa ketika keahliannya diperlukan untuk menemukan unsur perak. Hanya ada dua pilihan : memperbaiki hubungan dengan Nistalit ataukah membiarkan dunia dikuasai Mandhakarma. Ketika sebagian Akasha dan Pasyu terpaksa menjalin kerjasama dengan Nistalit, mereka memelajari hal-hal indah yang belum pernah dikenal sebelumnya : cinta dan harapan di tengah-tengah derita dan pengorbanan. Mandhakarma dan sekutunya, tak ingin membiarkan ketiga wangsa menguasai dunia; tidak di masa dahulu, tidak juga di masa kini. Perak, sebagai senjata pamungkas, tetiba menyusut dengan cepat justru ketika manusia sangat membutuhkannya. Sekali lagi, ketiga wangsa diuji untuk mempertahankan dunia dengan cara yang pernah mereka lakukan ratusan abad yang silam. ______ Cara membaca : ●Judul : kisah ribuan tahun silam Judul ( tanpa tanda ● di depan) : kisah di masa kini

lux_aeterna2022 · Fantasy
Not enough ratings
279 Chs

●11.000 tahun silam (7)

Sentuhan keajaiban Laira tiba.

Ia hadir bersama tujun lapis pelayan dan sembilan puluh sembilan prajurit. Warna kristal di kedua sayapnya memantulkan cahaya keperakan saat tersentuh tetes cahaya matahari. Tanah gersang hitam yang dipijak berubah basah, berembun, tampak tanda kehidupan. Beberapa titik tunas hijau tumbuh, bebijian merekah bernapas, ketika kaki-kaki elok Laira meninggalkan jejak langkah.

❄️💫❄️

"Ratu Laira halla Aswa!"

Seluruh pelayan perempuan istana Vasuki berbisik menyebut nama tamu ajaib yang datang tanpa diundang.

Gayi dan Nagen saling menatap, tak dapat mengatakan itu waktu yang tepat atau justru hari petaka untuk beranjangsana. Walau perasaan dan isi benak dipenuhi gelombang kerisauan, kedua ratu utama Vasuki harus menampakkan wajah bersahabat.

"Apakah kami bermimpi, mendapati kerajaan kami mendapatkan tamu seperti Ratu Laira?" Gayi membungkukkan tubuh penuh hormat ke arah sosok jelita di hadapannya, mengatupkan dua belah telapak tangan di depan dada.

"Ratu Gayi halla Vasuki," Laira membungkukkan tubuh lebih dalam, mengatupkan kedua telapak dan menempelkannya di dada, sebagai pertanda penghormatan yang dalam.

"Yang Mulia kami, Laira halla Aswa," Nagen mengikuti tata cara penghormatan kebangsawanan dengan tulus, memberikannya ke arah Laira.

"Ratu Nagen halla Vasuki," Laira mengulangi tanda penghormatannya. "Aku sungguh berharap kedatanganku yang tiba-tiba ini tidak menimbulkan tanda tanya ataupun kebingungan."

"Tidak sama sekali!" Gayi menyahut cepat.

"Kami…ya, sesungguhnya sangat terkejut dan seharusnya bahagia, Ratu Laira," Nagen menambahkan.

"Seharusnya?" Laira melempar senyum penuh arti pada kedua ratu rupawan di hadapannya.

Jelas, Gayi dan Nagen tidak dapat kondisi baik-baik saja.

Jubah kebangsawanan Vasuki yang indah dan gemerlap, menyelubungi tubuh kedua ratu. Namun warna yang dikenakannya sama sekali tidak mewakili sukacita. Gayi mengenakan kelabu tua berkilauan, sedang Nagen warna coklat tua berpendaran. Mahkota di kepala keduanya hanya logam berukir dengan permata manikam di tengah. Permata Gayi berwarna merah, Nagen memilih kuning tua. Hawa di luar istana dingin dan mengiris, begitu dinginnya hingga terasa kulit terpanggang.

Selendang bulu panjang yang melindungi leher ratu-ratu Vasuki, pertanda keduanya sedang melakukan tirakat* hebat untuk menghadapi situasi sulit. Selendang bulu setipis itu tak dapat melindungi tubuh dari terik atau sebaliknya, cuaca beku. Namun keduanya sepakat untuk menderita bersama, demi mendampingi kemarahan Tala hal Vasuki.

❄️💫❄️

Entah kemarahan telah diluapkan habis-habisan, ataukah kehadiran seorang tamu dapat mengubah situasi muram? Tujuh lapis pelayan dan sembilan puluh sembilan prajurit, membawa sedikit sinar sukacita. Terlebih kehadiran Laira membuat seluruh penghuni istana sungkan untuk menampilkan keburukan.

Baik Laira, Gayi dan Nagen serta merta berlutut mendengar derap langkah gagah yang berat dan khas dari raja besar wangsa Pasyu Vasuki. Di belakangnya, panglima perkasa Kundh mengawal.

Tala menatap Laira tajam, sang ratu menunduk dalam dan menenangkan diri untuk tak salah berucap.

"Hormat dan cinta yang dalam dari seluruh kerajaan Aswa bagi Yang Mulia dan seluruh kerajaan Vasuki," Laira berkata lembut namun tegas.

Tala tak menyunggingkan senyum lebar, walau ia mencoba tetap bersikap hormat menghadapi ratu utama Aswa.

"Kehormatan tak terduga bagi kami. Apakah jamuan telah disiapkan?"

Gayi dan Nagen bergerak gesit.

Aula utama penerimaan tamu disiapkan.

Pelayan mempercantik meja-meja makan. Bejana, piring-piring, piala-piala emas dan hidangan. Minuman beredar cepat. Segala makanan disediakan segera oleh dayang-dayang khusus dari dapur istana. Raja menempati tempat kebesarannya, tilam kulit yang telah disamak hingga lunak. Tilam itu bertumpuk-tumpuk, nyaman ketika tubuh terhempas ke atasnya.

Gerakan tangan Tala mempersilakan pembesar Vasuki menempati posisi masing-masing. Kursi berukir dan anggun khusus disiapkan bagi tamu utama seperti ratu Aswa. Bahkan, mereka belum memulai percakapan apapun, namun perhelatan perjamuan telah diadakan. Gayi dan Nagen saling mencuri pandang dan menahan napas. Jelas, perjamuan ini tidak terlihat sebagai penghormatan. Raja sama sekali tak berkata apapun dan bahkan cenderung mengabaikan semua yang hadir termasuk ratu Aswa, Laira. Bagaimana harus menyikapi ini semua?

Seorang dayang muda yang paling tangkas dan cantik menuangkan minuman ke gelas piala Laira.

Sesaat, sebelum Gayi meminta izin untuk membuka perjamuan, Tala mengayunkan tangannya. Seakan melambai dari sisi kiri ke arah kanan, gerakan bergelombang yang mengayun lambat namun bertenaga. Gerakan itu memberikan percikan ajaib ke arah hidangan.

Gayi dan Nagen terkesiap.

Kundh pun demikian.

Cairan di gelas-gelas piala berubah lebih pekat, dengan aroma kuat.

"Untuk kebesaran Vasuki dan Aswa. Untuk kebesaran wangsa Pasyu!" Tala mengangkat gelas piala emas khas miliknya, dengan pegangan ulir berukir.

Laira menatap hidangan nanar.

Tala hal Vasuki telah menunjukkan kekuatan tak biasa. Kesaktian yang hanya dimiliki wangsa Akasha! Namun bukan itu yang membuat tubuh Laira gemetar. Sang ratu bangkit dari duduk, menggeser posisi dan berlutut di depan meja. Ia mengarahkan permohonan maaf ke arah raja Vasuki.

"Yang Mulia, Maharaja Tala hal Vasuki yang Agung dan Berjaya; hamba mohon ampun tak dapat meminum hidangan terbaik istana ini. Kami, wangsa Aswa, tak bisa makan dan minum dari makhluk bernyawa."

Seluruh wangsa Pasyu, tak dapat makan dan minum seperti itu; desah hati Laira diliputi kemarahan dan kegelisahan.

❄️💫❄️

___________________________________

*tirakat : sebuah konsep tradisional kuno yang mengharuskan menahan hawa nafsu teramat sangat demi mencapai sebuah keinginan. Hawa nafsu di sini termasuk makan, tidur, bermewah-mewah, dll

I hope you enjoy the stroy.

Silakan komen ya, barangkali kamu punya ide atau masukan utk ceritaku.

Love ~

lux_aeterna2022creators' thoughts