webnovel

Silver Dynasty | Dinasti Perak

Pangeran Akasha. Jelmaan Pasyu. Pasukan Hitam. Entitas tak tampak : Mandhakarma yang keji. Tetiba dunia jungkir balik di hadapan Silva yang sedang berjuang mengatasi hidupnya yang kacau balau. Setelah 11.000 ribu tahun dunia dihancurkan tiga wangsa yang berseteru, hanya dua bulan waktu yang tersisa memecahkan mantra kuno milik Wangsa Akasha dan Pasyu! ______ Ribuan tahun silam, dunia dipimpin empat Wangsa Akasha yang sakti dan empat Wangsa Pasyu yang perkasa. Milind, panglima muda yang tampan dan ulung dari Akasha, mengawal kejayaan wangsa bersama tujuh pemimpin lainnya. Kehidupan damai penuh pesona, limpahan kekayaan dan kehidupan penuh martabat. Kecuali, bagi Wangsa Ketiga, budak Nistalit yang terpaksa menghamba. Kehidupan tetiba berdiri di jurang kemusnahan ketika Mandhakarma, kekuatan Gelombang Hitam, menyapu wilayah Akasha dan Pasyu dengan ganas. Satu-satunya penyelamat kejayaan para wangsa adalah unsur perak yang hanya dapat ditambang oleh para Nistalit. Nami, seorang budak perempuan Nistalit, menjadi tumpuan wangsa ketika keahliannya diperlukan untuk menemukan unsur perak. Hanya ada dua pilihan : memperbaiki hubungan dengan Nistalit ataukah membiarkan dunia dikuasai Mandhakarma. Ketika sebagian Akasha dan Pasyu terpaksa menjalin kerjasama dengan Nistalit, mereka memelajari hal-hal indah yang belum pernah dikenal sebelumnya : cinta dan harapan di tengah-tengah derita dan pengorbanan. Mandhakarma dan sekutunya, tak ingin membiarkan ketiga wangsa menguasai dunia; tidak di masa dahulu, tidak juga di masa kini. Perak, sebagai senjata pamungkas, tetiba menyusut dengan cepat justru ketika manusia sangat membutuhkannya. Sekali lagi, ketiga wangsa diuji untuk mempertahankan dunia dengan cara yang pernah mereka lakukan ratusan abad yang silam. ______ Cara membaca : ●Judul : kisah ribuan tahun silam Judul ( tanpa tanda ● di depan) : kisah di masa kini

lux_aeterna2022 · Fantasy
Not enough ratings
279 Chs

●11.000 tahun silam (6)

Apa yang akan kau lakukan ketika sangat marah?

Apa yang akan terjadi ketika seorang raja sangat marah?

❄️💫❄️

Batu-batu berterbangan.

Tanah merekah. Di atas permukaan yang kering kerontang, galur raksasa yang dipahat dengan tergesa dan penuh ledakan terbentuk. Bukit-bukit terbelah. Segala yang tumbuh menjulang rata seketika, terinjak. Terlindas. Tergiling hingga menyatu dengan permukaan bumi. Satu sosok tengah meluapkan kemarahan yang sepertinya telah menggumpal selama ratusan, oh tidak, bahkan ribuan tahun.

Dunia seolah sekarat dalam hentakan dan teriakan yang meluluh lantakkan kanopi langit.

❄️💫❄️

Rerumputan mati. Bebatuan luruh. Pepohonan meranggas. Dedaunan, batang, ranting, tunas di pucuk, hingga akar mengering menghitam. Tanah beracun hingga sungai pun berbusa-busa dipenuhi kutukan. Buah-buah di setiap pohon mengkerut hingga sebesar biji. Bunga-bunga meleleh, menguarkan uap memabukkan.

Rakyat tak bersuara, tinggal membisu di rumah-rumah mereka. Tak terlihat gerak gerik kehidupan, bahkan bernapas pun tersembunyi. Udara dipenuhi kebencian.

❄️💫❄️

Dua ratu kesayangan Tala hal Vasuki, mencemaskan satu sama lain.

"Kesulitan macam apa ini?" Gayi mendesah. Tubuhnya gemetar.

"Ya, akupun tak tahu," Nagen mendesah. Menelan ludahpun terasa menyakitkan. "Apakah baginda pernah menyampaikan sesuatu padamu?"

"Tidak," Gayi. "Tidak sama sekali. Bagaimana denganmu, Nagen?"

"Tidak juga," Nagen berkata.

"Apakah kita harus bertanya?" Gayi berpendapat.

"Kepada siapa? Kepada baginda?" Nagen tertawa lirih.

"Kalau tak bisa bertanya pada baginda, kita bisa mencari tahu pada Kundh, panglima kesayangan baginda," Gayi mencoba mencari jalan ke luar.

"Memanggil Kundh ke mari?" Nagen membelalakkan mata.

"Ya."

"Ke istana ratu?" Nagen mengulang untuk menegaskan.

"Ya."

"Kita akan mencari jawaban atau mencari kematian?" Nagen meragukan.

"Kenapa?" Gayi tak mengerti.

"Apakah Baginda Ratu Gayi tak melihat, raja kita sedang tak dapat tertebak hatinya?" Nagen mengingatkan.

Gayi menarik dan membuang nafas panjang dengan berat.

Keelokan Gayi dan Nagen selama ini menjadi kebanggaan Pasyu Vasuki.

Tala tak henti-henti membanggakan keduanya kepada seluruh rakyat dan seluruh raja-raja sahabat. Namun sekarang, kedua ratu Vasuki sama sekali tak mendapatkan tempat.

❄️💫❄️

Berhari-hari, berpekan-pekan, bahkan telah beberapa purnama kerajaan Vasuki menghadapi masa terburuknya. Raja membisu, mematung, namun tampak menyimpan amarah dalam diam. Lambat laun sepertinya ia tak lagi mampu menyimpan gelombang hati. Urat-urat di pelipis kepala mencuat keluar. Kulit tubuhnya terlihat mengeras, guratan-guratan bertumpuk. Rambut-rambut berubah menjadi perak lebih cepat, sebaliknya dengan kulit tubuh yang memudar cahayanya. Memucat, lalu berwarna lebih gelap dan semakin kelabu.

Dan, ketika kemarahannya tak tertahankan, Vasuki benar-benar memasuki masa berkabung yang berkepanjangan. Gelap. Uap busuk. Tangis tertelan.

❄️💫❄️

Kundh, bertekuk lutut di tepian lembah.

Di hadapannya, sang raja tak lagi berniat menyembunyikan isi hati.

Ia berteriak. Memukul tanah. Menghentakkan kaki, melepaskan tenaga terbesar ke angkasa. Burung-burung berjatuhan, seketika tewas menghirup uap kemarahan. Kupu-kupu hangus dan segala yang beterbangan beralih menjadi abu. Segala yang hijau mungkin tak akan bisa bertunas, tumbuh, menjulang lagi. Bahkan kemungkinan tak akan berbunga, apalagi berbuah dan menghasilkan lagi.

Kundh tak berniat beranjak. Ia berharap pukulan sang raja mengenai dirinya dan ia mati seketika. Namun, tampaknya Tala hal Vasuki tak berniat melukainya walau hanya sehelai rambut. Sang penguasa berniat memangsa semua keberanian makhluk di atas muka bumi, menelannya bulat-bulat dan memamah di rongga mulut hingga lumat. Andai ia bisa menghancurkan seisi dunia.

Itu akan dilakukannya nanti.

Saat ini, biarkan kerajaannya sendiri yang mengakui kedigdayaan dan kekuatan mahadahsyat dirinya. Dan bagaimana ia tak memiliki sifat pengampun, bila kemarahan telah menyala di ubun-ubun.

Tala hal Vasuki, menghentikan amukannya.

Tubuh raksasanya yang megah dan menakutkan, sekian lama berputar-putar, merayap dan menciut hingga menjadi sosok gagah di hadapan Kundh. Telapak tangan Tala melebar membentuk tamparan di depan wajah Kundh yang beku dan berdiam diri. Sejenak kemudian, tangan-tamparan itu melentik luwes , ujung ibu jari dan jari tengah menyatu. Jemari yang membentuk gerakan anggun pertapaan, pertanda pemiliknya telah mampu menenangkan diri.

"Kundh?"

❄️💫❄️