Eugene adalah murid yang pertama keluar dari kelas setelah bel istirahat berbunyi. Ia berjalan kearah vending mesin, memasukan uang dan memilih 2 kaleng soft drink. Satu untuknya dan satu lagi untuk anak perempuan yang sebentar lagi akan ia datangi kelasnya.
Baru beberapa melangkah ia merasa sebuah tepukan di bahunya. Merasa itu bukan Aiden, Eugene membalikan badan dan untuk melihat siapa gerangan seseorang yang ingin mendapatkan perhatiannya.
"Excuse me.. you.. ah, I mean, kita sekelas kan ?" Suara itu Eugene hapal sekali walau baru kurang dari sehari bertemu gadis itu.
"Ya, ada perlu apa ?"
Eugene sedikit menunduk untuk menatap gadis didepannya. casey termasuk gadis yang mungil, atau mungkin dirinya saja yang terlalu tinggi.
"Bisakah kau tunjukan dimana letak kantin?" Tanya Casey.
"Tentu, ikut saja denganku aku juga ingin ke kantin" ucap Eugene yang membuahkan senyum lebar dari casey. Eugene pikir tak masalah mengajak casey ke kantin bersama. Sebelum itu ia meminta untuk menjemput Michelle di kelasnya. casey tentu saja mengiyakan. Akan lebih bagus jika mendapat teman lebih banyak saat hari pertamamu sekolah kan.
"Uhuuk"
"Kau tak apa-apa ?" Tanya Eugene begitu mendengar gadis disampingnya terbatuk. Ia buru-buru memberikan kaleng soft drink pada Casey. Gadis itu bergumam terimakasih dan langsung menenggak minuman itu.
Tak lama mereka sampai didepan kelas Michelle dengan sosok yang sudah berdiri disamping pintu kelas. Matanya menatap kearah Eugene dan Casey yang datang. Ini hanya perasaan Eugene saja atau aura Michelle terasa menggelap. Mungkin kalau di komik sudah tergambar awan dan bayangan gelap di sekitar Michelle. Ah Eugene harus mengurangi membaca komik yang hanya membuat khayalan nya sedikit berlebihan.
Tapi Eugene yakin tatapan Michelle mengarah ke kaleng softdrink yang ada di tangan Casey dan tangannya. Eugene tadi membeli dengan rasa yang sama karena sebenarnya Eugene tidak tahu Michelle suka rasa apa.
Benar, minuman itu untuk Michelle.
Eugene jadi lupa alasan ia membeli softdrink itu untuk siapa. Sungguh kok.
Eugene tak ingin dianggap mempermainkan seseorang lagi. Ia menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan mencari keberadaan sosok malaikat maut yang bisa tiba-tiba muncul.
Fyuuh~
Tidak ada
Eugene takut jika tiba-tiba di kutuk menjadi anjing.
Otaknya yang cemerlang langsung berputar menemukan ide. Eugene langsung menyerahkan minuman yang ada di tangannya —yang tentu saja miliknya— pada Michelle.
"Untuk mu.." ucap Eugene. Ia tak ingin gadis yang menjadi teman pertamanya saat dirinya berubah menjadi perempuan malah balik membenci nya seperti siswi lain. Diluar dugaan, ternyata membujuk Michelle hanya sebatas memberikan minuman kaleng seharga 2000 won.
"Michelle kenalkan ini casey, dia murid baru di kelasku. Casey ini Michelle.."
"Annyeonghaseyo.. Casey Kim imnida.."
"Jadi ini orang yang membuat rok mu basah ?" Suara Michelle terdengar meremehkan. Casey hanya diam ia sedikit berpikir arti kalimat yang baru saja di ucapkan Michelle. Ia sungguh baru pertama kali menginjakkan kaki di Korea. Bertanya letak kantin pada Eugene saja ia terlebih dulu membuka Google translate.
"Ayo aku sudah lapar.." ujar Michelle dan berjalan mendahului 2 gadis yang tadi menjemputnya.
Suara kecipak air terdengar memenuhi kolam renang indoor yang cukup luas. Bukankah para investor sudah menyumbangkan uang mereka yang tak terbilang sedikit untuk pembangunan sekolah megah ini. Tentu saja dengan imbalan berupa tropi dan penghargaan yang harus para siswa-siswi nya raih.
Dan Eugene termasuk dalam list atlit yang turut menyumbang piala kejuaraan renang berturut-turut. Sudah terlihat dari badannya yang lebih atletis dan tinggi yang menjulang.
Eugene baru saja hendak meloncat masuk kedalam kolam. jika saja pak pelatih tak berteriak menghentikannya.
"Hey hey.. Eugene Ahn.. apa-apaan kau. Ini giliran atlit laki-laki yang berlatih. Giliranmu 2 jam lagi.."
"Yang benar saja pak Rey !" Protes Eugene tak terima. Masa ia harus ikut giliran anak perempuan..
Dia kan..
Eugene mengamati para siswa laki-laki yang mendekat ke tempatnya. Mereka bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana renang. Sedangkan dirinya memakan pakaian renang perempuan.
Perempuan..
Eugene mengutuk dirinya yang selalu lupa. Ah tidak, salahkan saja si Ana itu yang seenak jidatnya merubah dirinya menjadi perempuan.
"Biarkan saja pak.. biar nanti saya yang akan mendampingi Eugene" ucap Aiden dengan kerlingan mata manja. Eugene berkali-kali menahan untuk tak menonjok wajah sok tampan pemuda itu.
Dengan berat hati Eugene mundur perlahan. Kebarisan anak perempuan lainnya.
"Lupa lagi Eugene ?" Ujar seorang gadis blasteran yang sudah memakai kacamata renang nya padahal ia sama sekali belum menyentuh air.
"Ah iya som..." Yujin hanya membalas sekadarnya. Walaupun ia tahu Somi bukan salah satu hatersnya, tetap saja gadis itu juga menyukai Aiden. Dalam tahap normal.
"Halah palingan juga mau mendekati Aiden kan ya, ngaku kau" itu ucapan tak jelas dari anak laki-laki yang entah kenapa malah nimbrung di barisan anak perempuan.
"HEY WILLIAM LEE !! KEMARI KAU !!" bentak pak Reynold dan menarik paksa William yang nampaknya lupa kodrat.
Dan berakhir dengan adegan kejar-kejaran yang langsung mendapat gelak tawa dari para siswa disana.
Eugene hanya tersenyum. Ia mengitarkan pandangannya ke arah bangku penonton. Kolam renang indoor mereka juga dilengkapi dengan bangku penonton. Karena sangat sering sekolah mereka menjadi tuan rumah kejuaraan renang.
Disana. Di barisan kedua. Eugene dapat melihat seorang gadis tengah duduk sambil membawa sebuah kamera.
Sudah seminggu Eugene menjalani hari-hari nya sebagai perempuan. Sudah seminggu namun ia tetap saja lupa jika sekarang ia tak lagi berwujud laki-laki. Sudah seminggu juga Eugene berteman dengan Michelle. Sampai-sampai gadis berambut coklat itu senantiasa menemaninya kemana pun ia pergi.
Michelle masuk dalam klub jurnalistik. Makanya gadis itu selalu membawa kamera. Michelle sudah banyak mengobral dengannya. Namun tetap saja jika Eugene membahas soal Michelle yang tak menyukai laki-laki selalu dialihkan. Atau saat Eugene memaksa untuk pulang bersama, Michelle pasti memiliki banyak alasan untuk menolak.
Eugene penasaran. Sangat. Tapi ia tak ingin jika Michelle malah menjauh darinya ketika terus menerus di paksa.
Eugene melambaikan tangannya pada Michelle. Gadis diatas sana balik melambai dan mengisyaratkan dia akan tetap disitu sampai Eugene selesai. Eugene mengacungkan jempolnya membentuk tanda 'ok'.
Eugene dengan tubuh masih basah dan juga handuk melingkar di kepalanya menghampiri Michelle.
"Hey.."
"Heng...."
"Michelle aku mu tanya.."
"Apa ?" Michelle sama sekali tak mengalihkan pandangan dari novel yang sedang ia pegang.
Eugene sedikit kesal. Ia menyipratkan tangannya yang basah ke depan wajah Michelle. Dan langsung mendapat tatapan tajam dari gadis itu.
"Itu.. disana.." Eugene menunjuk kumpulan gadis yang masih ada di tepi kolam renang.
"Kau lihat, Casey Kim. Cantik tidak ?" Ucap Eugene menunjuk seorang gadis dengan coklat ikal keemasan.
"Iya cantik." Michelle menjawab sekenanya setelah melihat sekilas gadis yang di tunjuk Eugene.
"Kalau kau suka padanya... Aku bisa membantu mu—"
Buuughh
"Aduuuh" ringis Eugene saat Michelle menggeplak wajahnya dengan novel yang sedari tadi ia baca.
"Siapa bilang aku suka perempuan." Michelle mendelik tajam. Eugene jadi gelagapan setelahnya. Apa ia salah bicara. Tapi kan maksudnya baik. Ia tulus membantu. Bukankah itu yang di katakan Anastasya. Ia harus membantu Michelle.
"Katamu kau tak suka laki-laki." Ucap Eugene polos. Namun tak cukup untuk meluluhkan hati Michelle. Gadis berambut coklat itu merapikan barangnya dan beranjak pergi.
"HEY, MICHELLE !!"
Eugene hendak mengejar Michelle namun rasanya ide buruk karena ia masih memakai pakaian renang.
Eugene tak mengerti dengan pikiran Michelle. Gadis itu terlalu random. Tapi cukup menarik hingga Eugene Keukeh berada disampingnya.
To be continued
Kau datang dari tempat yang tinggi Khayalku takkan sanggup lampaui Entah aku lemah atau tak bernyali Kala hari berganti ku kembali menyapamu lagi