webnovel

Siapa kamu?

Arka Blackforst ingin meminang Tina Redrequin. Sayangnya, diawal perjumpaan Tina sudah menolaknya. Tina Redrequin menyukai laki-laki. Hanya laki-laki lemah yang tidak dia sukai. Arka Blackforst sudah masuk ke dalam daftar laki-laki terlemah dengan memanfaatkan kakeknya. Kakek Tina sangat ingin melihat cucu kesayangannya menikah. Dengan memanfaatkan kondisinya, dia berhasil membuat Arka dan Tina menikah. Sayangnya, Tina seperti serigala hutan yang sangat liar tanpa kehadirannya.

weasaswe22 · Fantasy
Not enough ratings
12 Chs

Tujuh

Sebuah pesan dari Arka yang baru diterima lima menit yang lalu. Dengan bunyi, "Semoga keberuntungan selalu menyertai istri baru saya. Sampaikan salam saya padanya. Saya yakin dia bisa melaluinya." Tina memenundukkan sedikit tubuhnya dan membaca pesan tersebut.

"Sejak kapan aku menjadi istrinya?" tanya Tina dengan tatapan merendahkan. Tina mengambil hp Angga. "Tidak perlu berdoa. Tina sudah dipastikan bisa melaluinya dengan sempurna." Ujapnya. Tina mengembalikan hp Angga dengan perasaan kesal.

"Tunggu! Apa anda akan menikah?" Rian yang sedari tadi menatap kebingungan dua berdua saudara itu akhirnya membuka mulut. Pikirannya tidak bisa mengikuti alur pembicaraan membuat dia bungkam sesaat.

Tina dan Angga seketika memandangi Rian. Mereka berdua saling pandang. Tina tersenyum dan menghampiri Rian yang jaraknya hanya beberapa langkah. "Rian, apa kau dekat dengan anak buah Anton?" Tanya Tina seraya tersenyum.

Rian sedikit terkejut dengan pertanyaan Tina. "Tidak juga. Saya tidak menyukai cara kerja mereka yang licik. Kenapa? Yang terpenting, apa anda sungguh akan menikah?" tanya Rian dengan wajah penuh keraguan.

Meski Rian adalah orang terkuat, tapi dia tetap orang yang lebih bertindak dengan otot dibandingkan dengan otaknya. Selain itu, dia orang yang jujur dan beberapa hal dia tanpa peduli akan memuji siapa pun yang menurutnya hebat.

"Benar. Saya akan menikah dua hari lagi. Karena Anton membuat keributan dengan saya, saya tidak bisa menyiapkan pernikahan dengan baik." Ujar Tina dengan wajah memelas.

Angga yang mendengar pernyataan Tina mencoba menahan tawanya. Menurut Angga, Tina adalah salah satu orang licik dengan memanfaatkan kejujuran. Siapa menyangka dia akan menggunakannya untuk menggunakan Rian. Rian yang menyukai Tina, pasti akan melakukan apa pun. Ini membuat Angga tidak bisa menahan tawanya.

Rian sebenarnya terkejut dan sedih karena gadis impiannya akan menikah dengan seseorang. Dia tidak mungkin bisa merebut hati Tina dalam waktu dua hari. Bahkan, selama bertahun-tahun dia tidak bisa mendekatinya kecuali, saat Tina menantangnya. Untuk pertama kalinya dia begitu senang dengan Tina yang menantangnya.

"Apakah anda mau membantu saya?" tanya Tina dengan wajah memelas. Jantung Rian berdebar dengan sangat keras. Melihatnya sudah membuatnya tersipu. Meski dia tahu tidak akan memiliki Tina. Dia lebih merelakan Tina bisa bahagia dengan laki-laki pilihannya.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya Rian seraya membusungkan dadanya.

Tina tersenyum dengan cerah. Angga yang tidak bisa menahan diri untuk tertawa terbahak-bahak. Tina yang mendengarnya menoleh ke Angga dengan tatapan tajam. Sontak Angga terdiam.

Tina tersenyum kembali memandangi Rian. "Karena anda sudah berbaik hati membantu saya. Saya tidak perlu sungkan lagi. Saya hanya minta anda mencari anak buah Anton dan membawa mereka ke hadapan saya. Saya yakin Rian Karso Jaya bisa melakukan tugas mudah ini." Pinta Tina.

Rian semakin membusungkan dadanya dengan bangga. Tanpa berpikir panjang dia segera mengiyakan permintaan Tina. Tina memandangi kepergian Rian dengan tersenyum manis.

"Baiklah. Saatnya berpikir. Apa kau bisa menekan mereka nanti? Aku tidak yakin Rian akan mendapatkannya dalam waktu kurang dari sepuluh menit." Ujar Tina dengan nada khawatir.

Angga dengan santai meletakkan lengan kirinya di atas bahu kanan Tina. "Tenang, kakakku. Semua bisa diatur oleh Angga Redrequin." Ujar Angga dengan bangga.

Tina tersenyum miring. Dalam bernegosiasi Angga lebih unggul dari pada Tina. Tina selalu menggunakan kekerasan untuk membuka mulut seseorang. Tanpa kekerasan adalah hal yang diperlukan saat ini untuk menyelesaikan masalahnya.

Panji berjalan di lorong bersama seorang laki-laki berambut cepak, mengenakan kemeja biru tua, dengan pipi kanan di perban, dan tangan kanan diberikan gips. Di sebelah laki-laki penuh luka, ada seorang laki-laki paruh baya mengenakan setelah jas hitam.

Perlahan waktu terus berputar dengan cepat. Tina tanpa di dampingi oleh siapa pun masuk ke dalam ruang sidang. Banyak orang duduk di bangku yang berseberangan dengan dewan asosiai. Pemisah di antara keduanya terdapat sebuah podium pengakuan. Kanan dan kirinya terdapat meja panjang dan kursi untuk para terdakwa.

Tina dengan santai melirik dewan asosiasi yang telah dia kenal lama. Tuan Besar Pandu Wijaya Kusuma, Tuan Besar Agung Tono Terikar, dan Tuan Besar Yohanes Timoty berada di bangku dewan. Tina tersenyum memandangi mereka bertiga, tapi mereka menatap malas Tina.

Persidangan di mulai dengan ketukan palu yang dilakukan oleh Tuan Besar Pandu Wijaya Kusuma. Di seberang Tina yang duduk sendirian, ada Panji Syahputra dengan Anton Purnama.

Panji Syahputra melayangkan beberapa pelanggaran Tina. Setelah itu, Anton Purnama berbicara. Tina hanya terdiam memandangi apa yang tersaji di hadapannya. Mencoba mencari celah dari setiap perkataan Anton Purnama.

Tina kini berdiri di tengah-tengah ruangan. Dia membua kemejanya dan membuat semua orang terkejut. Beruntung dia mengenakan kaos pendek ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Tina mengambil salah satu kancing, mengeluarkan SD Card, dan meletakkannga di atas meja Tuan Besar Pandu. "Apa ini?" tanyanya dengan wajah kebingungan.

"Ini adalah bukti kalau Anton Purnama adalah seorang pecundang. Saya ingin menuntut Tuan Panji Syahputra dan anggota dewan asosiasi yang tidak memberitahu saya apa pun tentang persidangan ini hingga saya tidak menyiapkan seseorang sekuat kedudukan Tuan Panji Syahputra." Ungkap Tina seraya tersenyum penuh kemenangan.

Para tuan besar dengan pandangan terkejut memandangi Panji. "Apa benar pernyataan Nona Tina Redrequin?" tanya Pandu dengan wajah kebingungan.

Panji segera berdiri. "Tidak, Tuan Besar Pandu. Saya sudah memberitahunya kemarin." Jawab Panji dengan dengan tenang.

"Bagaimana caranya? Kemarin, saya tidak ada di rumah dan baru tiba dua jam sebelum sidang. Saudara saya, Angga Redrequin hanya mengatakan kalau seorang dari asosiasi mencari saya. Saya tiba tiga puluh menit sebelum persidangan mulai. Pintar sekali. Tolong perlihatkan folder lima hari yang lalu. Terima kasih." Puji Tina saat melihat seseorang dari asosiasi membuka folder yang Tina inginkan.

"Anda tahu, saya senang membuat video orang yang meremehkan saya dengan hp. Sayang sekali saya selalu menyiapkan kamera dalam kancing saya menyala setiap saya mengenakan pakaian. Anda bisa melihatnya." Tambah Tina dengan senyum penuh kemenangan.

Sebuah layar menampilkan Anton dengan beberapa anak buahnya. Mereka merendahkan, merampas hp dan piano kecil, serta membawa Tina ke sebuah gedung tua. Terlihat dalam layar Anton melecehkan Tina. Tidak lama Tina menendang perut Anton. Tina bahkan mengambil sebuah potongan kayu dan mulai menghajar Anton.

"Stop! Itulah yang terjadi. Apa kalian punya bukti kalau saya menghajarnya tanpa alasan? Ini sudah keempat kalinya saya berada di kasus yang sama. Tolong perlihatkan folder hari ini. Terima kasih. Sebelum itu, saya ingin memutar sebuah rekaman." Ujar Tina seraya memainkan ponselnya.

Sebuah rekaman percakapan Tina setelah memasuki ruangan Panji. Semua orang yang berada di belakang Tina saling berbisik. Para Tuan Besar dengan wajah terkejut memandangi Panji dengan tajam. Tina mematikan rekamannya saat Panji meminta maaf padanya. Tina memandangi Panji seraya tersenyum manis. Panji tetap menegakkan tubuhnya seolah dirinya tidak bersalah.

"Tolong putar rekamannya. Terima kasih." Pinta Tina. Kejadian yang membuat orang semakin kesal pada Panji.

Panji berdiri. "Tuan Besar, semua yang ditunjukan oleh Nona Tina Redrequin belum tentu menjadi bukti. Anda harus menganalisa kepalsuan dalam rekaman dan video tersebut." Ungkapnya dengan tenang.

Tina tertawa lirih. "Silakan. Tuan besar, anda bisa memeriksanya sendiri." Ujar Tina seraya tersenyum tersenyum penuh kemenangan.

"Maafkan kami. Bukti ini adalah asli saya menjaminnya." Ujar seorang operator yang duduk berseberangan dengan para Tuan besar.

"Saya membawa salah satu saksi ... atau mungkin salah satu yang membantu Tuan Anton mengeroyok kakak saya." Ujar Angga seraya mengimpit seseorang bersama Rian.

Tina memutar kepalanya melihat siapa yang dibawa oleh Angga. Tina kembali memandangi Para tuan besar seraya tersenyum penuh kemenangan.