webnovel

Siapa kamu?

Arka Blackforst ingin meminang Tina Redrequin. Sayangnya, diawal perjumpaan Tina sudah menolaknya. Tina Redrequin menyukai laki-laki. Hanya laki-laki lemah yang tidak dia sukai. Arka Blackforst sudah masuk ke dalam daftar laki-laki terlemah dengan memanfaatkan kakeknya. Kakek Tina sangat ingin melihat cucu kesayangannya menikah. Dengan memanfaatkan kondisinya, dia berhasil membuat Arka dan Tina menikah. Sayangnya, Tina seperti serigala hutan yang sangat liar tanpa kehadirannya.

weasaswe22 · Fantasy
Not enough ratings
12 Chs

Delapan

Tina bersorak bersama Angga setelah keluar dari ruang sidang. Rian mengikuti mereka dengan wajah senang pula. Rian merasa senang melihat senyuman di wajah Tina.

"Berkat kerja keras kalian, saya akan mentraktir makan siang sebagai ucapan terima kasih. Rian, jika anda sedang kosong kita makan siang bersama." Ajak Tina seraya tersenyum.

Rian tanpa berpikir panjang menganganggukan kepalanya. "Tentu saya kosong." Jawabnya. Tina menepuk lembut lengan Rian.

Panji keluar dari ruang sidang dengan wajah masam. Dia mengembuskan napas dengan berat, memandangi kelompok kecil Tina, dan berjalan menjauh. Ekor mata Tina yang melihatnya, segera berlari mengejar Panji.

Tina mendekati Panji dengan senyuman penuh kemenangan, melingkarkan tangannya ke pinggul Panji, dan menempel ke tubuh laki-laki itu. "Anda hanya akan diskors. Seharusnya anda senang karena ada gadis cantik yang mengajak anda makan malam." Ucap Tina dengan santai.

"Apa calon suami Tina adalah laki-laki itu?" tanya Rian dengan tatapan iri. Angga mengembuskan napas panjang seraya melipat kedua tangan ke depan dadanya.

"Bukan. Kakakku memiliki selera yang tinggi. Laki-laki itu ... masih di bawah standartnya, tapi jika dipikirkan lagi dia bisa memenuhi selera kakakku." Jawab Angga dengan santai.

Rian mendengar jawaban Angga yang awalnya senang perlahan merasa sedih. Angga melirik ke Rian yang menundukkan kepalanya. Angga mengembuskan napas panjang sekali lagi.

Panji yang mendengar pernyataan Tina hanya tersenyum miring dan memandang kesal Tina. "Benar. Gadis cantik yang licik membuat saya merasa jijik." Ungkapnya seraya mendorong Tina dengan kesal.

Tina dengan kuat mengkaitkan tangannya ke perut Panji. "Saya hanya mengungkapkan fakta. Jangan lupa untuk makan malam di rumah saya. Jika anda tidak datang, saya akan meminta Tuan Besar untuk menambah skors anda." Ancam Tina seraya tersenyum manis.

Panji ingin sekali mengumpat. Tina lebih licik dari yang dia duga. "Baiklah. Saya akan datang. Saya juga harus mengirimkan bukti pada Tuan Besar Pandu kalau sudah makan bersama anda." Ujarnya.

Tina tersenyum dan menjauh dari Panji. "Pakai pakaian yang bagus. Sampai jumpa nanti malam. Angga, ayo kita pulang." Ajak Tina seraya sedikit memiringkan tubuhnya untuk melihat Angga.

Angga menepuk punggung Rian dan berlari kecil mengekori Tina yang berjalan meninggalkan Panji. Angga tersenyum miring dan melingkarkan lengannya ke leher Tina.

"Kakek pasti marah besar." Ujar Angga. Tina hanya tersenyum simpul.

Tina tahu kalau Panji tidak akan datang ke rumahnya meski dia sendiri yang meminta. Oleh karena itu, dia memanfaatkannya sebagai bentuk salah satu hukuman untuk Panji Syahputra.

Tina ingin memanfaatkan Panji sebaik mungkin di hadapan Arka. Memperlakukan Panji layaknya kekasih dan menendang Arka jauh dari hidupnya. Tina sebenarnya tidak membenci Arka. Hanya ikatan pernikahan yang membuatnya kesal, meski harus membuat kakeknya marah.

Rudolf tengah berbincang dengan Arka, perlahan membalikkan tubuhnya. Laki-laki tua itu memandangi Tina dan Angga yang berjalan santai menghampirinya. Arka memakai topengnya dan memutar tubuhnya.

"Tina, kapan kau pulang? Arka akan makan malam di sini." Ujar Rudolf seraya tersenyum lembut.

Tina dan Angga berdiri di dekat Rudolf. Tina tanpa ragu memeluk kakeknya. "Tina pulang sebelum makan siang. Kebetulan sekali, nanti teman Tina akan makan malam di sini." Jawab Tina seraya tersenyum.

Rudolf memandangi Tina dengan tatapan terkejut. "Benarkah? Kalau begitu minta pelayan untuk masak lebih banyak." Ujar Rudolf dengan senang. Tina menganggukkan kepalanya dan melepaskan pelukannya. "Tina, kakek dengar hari ini kau sidang. Apa semuanya lancar?" tanya Rudolf dengan wajah khawatir.

Rudolf tahu kalau Tina akan melakukan apa pun untuk keinginannya. Seperti dirinya di masa muda yang sering memberontak, keluar masuk gedung asosiasi, dan dipenjara beberapa tahun.

"Kakek tenang saja. Semua dalam genggaman Tina. Perusahaan juga sudah diatur untuk Angga. Dari awal Angga memang lebih cocok di sana dan Tina yakin para pembenci Tina akan bersorak gembira." Jawab Tina dengan santai. Rudolf memandangi Tina dengan wajah lega.

Arka perlahan mendekatkan diri. "Saya tahu kamu bisa melaluinya dengan baik. Selamat atas keberhasilan sidang anda." Puji Arka seraya mengangkat tangannya. Tina hanya diam memandangi Arka dengan dingin. Tina dengan cepat memutar tubuhnya dan memisahkan diri dari mereka. Arka perlahan menekuk jemarinya hingga membentuk kepalan dan segera menariknya.

"Maafkan Tina, Arka. Dia masih memerlukan waktu untuk menerimamu. Aku heran, kenapa dia jadi bertingkah kekanakan seperti ini." Ujar Rudolf dengan wajah kebingungan. Angga hanya terdiam mencoba menahan tawa sedari tadi.

Tina masih tidak tahu siapa Arka. Semakin dia mencari, semakin dia pusing. Bahkan dengan bantuan Adam, hasilnya tetap sama. Nama Arka Blackforst banyak muncul di media masa nasional dan internasional. Sayangnya, topeng badut lebih banyak muncul.

Sebuah ide gila dengan bantuan Panji untuk membuka topeng tersebut hanya memiliki taruhan 50:50. Pastinya, Panji belum mengenali laki-laki itu. Tina menunggu di depan pintu masuk. Hampir waktunya makan malam dan Panji belum datang.

Sebuah mobil sedan hitam terparkir di halaman depan rumah Tina. Tina yang cemas sedari tadi kini tersenyum cerah. Panji dengan pakaian formal keluar dari mobil. Tina segera menyambutnya.

"Panji Syahputra, ada yang perlu saya bicarakan dengan anda." Ujar Tina dengan wajah serius.

Panji memandangi Tina dengan wajah penuh keheranan. "Apa yang ingin anda bicarakan? Anda sangat tidak cocok untuk bicara dengan serius." Ungkap Panji dengan nada merendahkan. Tina hanya tersenyum miring, menarik wajah Panji mendekat ke wajahnya dan membisikkan sesuatu ke laki-laki itu.

"Apa yang akan saya dapatkan?" tanya Panji dengan serius.

Tina tersenyum miring. "Anda bisa mendapatkan saya. Selain itu, saya bisa memberi anda sebanyak satu juta dolar." Jawab Tina dengan tenang.

Panji melepaskan tangan Tina dan berdiri dengan tegap. "Saya terima dengan senang hati." Ungkap Panji seraya tersenyum.

"Kau akan mendapatkannya jika berhasil." Ucap Tina dengan santai dan merangkul lengan Panji.

Tina dan Panji berjalan masuk ke dalam rumah. Mereka berdua menghampiri Rudolf yang tengah duduk di ujung meja makan. Tina memperkenalkan Panji pada kakeknya. Tina duduk di sebelah kanan Rudolf dan bersebrangan dengan Arka yang muncul setelah Tina memperkenalkan Panji.

"Kakek senang kau punya teman. Apa kau sudah memberitahunya tentang pernikahanmu dengan Arka?" tanya Rudolf.

Tina dan Panji meletakkan peralatan makan mereka. "Sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena baru bisa datang ke kediaman anda." Ujar Panji dengan nada menyesal. Angga, Arka, dan Rudolf memandanginya dengan wajah kebingungan.

"Saya tahu Tina akan menikah. Saya sebenarnya tidak ingin Tina direbut oleh orang lain." Tambahnya.

"Jadi maksud anda, anda ingin menikah dengan Tina?" tanya Rudolf. Panji mengiyakan seraya menganggukkan kepala. Rudolf menghela napas berat dan menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Tina, kau sudah bilang sudah setuju. Kenapa tidak mengatakan apa pun pada kakek?" Tanya Rudolf seraya mendekatkan tubuhnya pada meja makan dan memandangi Tina dengan wajah serius.

"Maafkan Tina." Sesal Tina.

"Apa anda berencana untuk membatalkan pernikahan kita dengan trik kotor seperti ini?" Tanya Arka dengan nada serius. Tina mengekerutkan dahinya dan memandangi Arka.

Panji memandangi Arka dengan wajah kebingungan. Seketika dia mengerti, ternyata laki-laki bertopeng badut ini yang akan menjadi suami Tina. Panji memandanginya dengan dingin.

"Apa maksud anda? Kemarin Tina mendatangi saya untuk membicarakan hubungan kami. Oleh karena itu, saya sekarang berada di sini." Sanggah Panji.

Arka tertawa lirih. "Benarkah? Saya tahu Tina tidak bersama anda atau pun menemui anda. Tina, anda tidak perlu khawatir tentang kebebasan anda sendiri setelah menikah dengan saya." Ujar Arka dengan nada dingin.

Tina memandangi Arka dengan wajah kebingungan. Tina berdiri dengan perasaan kesal, menghampiri Arka, dan menariknya menjauh dari ruang makan. Panji yang melihatnya segera berlari mengikuti Tina. Rudolf hanya mengembuskan napas panjang dan memandangi Angga dengan wajah kebingungan. Angga hanya mengangkat kedua bahunya dengan santai melanjutkan makan malamnya.