2 Alistair dan Alexander

"Alex, sangat tidak sopan meminta untuk mampir ke rumah orang tanpa diajak oleh pemilik rumah." Danny berusaha menjaga nada suaranya.

"Maaf, Dad. Aku cuma bersemangat karena Miss Nadira bisa membedakan kami." ucap Alex lirih. Wajahnya terlihat muram.

Danny sedikit terkejut dengan informasi yang diberikan oleh Alex. Selama ini, banyak orang yang mengeluh tidak bisa membedakan mana Alexander dan mana Alistair. Lalu, bagaimana guru yang baru hari ini bertemu dengan kedua anaknya bisa membedakan mana Ali dan mana Alex? Pertanyaan itu kini memenuhi kepalanya.

"Apa Miss Nadira bilang bagaimana dia bisa membedakan kalian?" si kembar kompak menggelengkan kepala.

Bahkan Ali yang sangat jarang berinteraksi pun ikut menggelengkan kepalanya?

Sekarang, Danny merasa sangat penasaran dengan wali kelas kedua putranya itu. Bisa dilihat bahwa Miss Nadira adalah seorang guru honorer yang masih mudah. Yah, paling tidak usianya baru 30 tahunan. Tapi Danny merasa terkejut karena guru muda itu bisa masuk dalam lingkaran putra kembarnya.

Seperti yang kita semua tahu, membesarkan dua remaja memang tidak mudah. Apalagi Danny harus membesarkan kedua putranya seorang diri setelah dia bercerai dengan sang istri 10 tahun yang lalu.

Tanpa terasa, 10 tahun berlalu, yang membuktikan bahwa Danny bisa membesarkan kedua putranya dengan baik. Membesarkan secara fisik memang berhasil, tapi Danny merasa pesimis ketika ditanya bagaimana rasanya mendidik dua remaja seorang diri.

Waktu yang selalu habis untuk bekerja terkadang membuat Danny tidak bisa berinteraksi dengan mereka. Ali dan Alex tumbuh besar bersama pengasuh dan pembantu rumah tangga. Membuat anak kembar itu tidak dekat dengan sang ayah. Bahkan mereka juga tidak dekat dengan sang ibu, karena ibu mereka sudah memiliki keluarga baru.

Hal ini membuat Danny merasa kesulitan ketika harus berinteraksi dengan mereka. Sekedar mengobrol saja rasanya sulit. Beruntung Alex adalah anak yang periang dan senang berbicara, persis seperti sang ibu. Sehingga membantu Danny ketika dia harus mendekatkan diri dengan kedua putranya itu.

Sayangnya, sifat kedua putranya ini sangat berlawanan meski mereka adalah kembar. Alistair Vilas Sebastian adalah anak yang pendiam dan tidak banyak bertingkah. Dalam kesehariannya dia akan menjadi pendengar yang baik bagi sang adik dan melakukan apa saja dalam keheningan, sesuai namanya yang berarti ketenangan, Vilas.

Berbeda dengan Alexander Vasant Sebastian yang sangat ramai. Kalau tidak ada Alex, mungkin rumah mereka akan sangat sepi, mengingat Ali dan Danny adalah tipe orang yang sama, penyuka keheningan. Alex juga tumbuh menjadi remaja yang periang dan ceria seperti orang-orang yang menyambut musim semi, Vasant.

***

Sesampainya di rumah, mereka langsung berjalan menuju kamar mereka masing-masing. Tidak ada aturan yang mengharuskan mereka berkumpul bersama setiap hari, tapi kesadaran mereka untuk membaur sangatlah tinggi. Apalagi mereka bertiga jarang memiliki waktu luang untuk bersama.

Jadi, sore itu ketiga pria tampan berbeda usia itu berkumpul di halaman belakang rumah mereka. Ali yang pendiam duduk di kursi sembari membaca buku, sedangkan Alex yang periang sibuk merawat tanaman yang kemarin dia tanam. Sedangkan sang ayah, sibuk dengan laptopnya mengurusi pekerjaan.

"Dad, bisakah kita mengundang Miss Nadira untuk makan malam bersama?" pertanyaan Alex membuat Ali dan Danny mendongakkan kepala. Mengalihkan perhatian mereka kepada Alex.

"Kenapa?" tanya Danny antusias.

"Cuma ingin tahu tentang Miss Nadira. Juga tentang bagaimana Miss Nadira bisa membedakan kami." jawab Alex.

"Aku suka Miss Nadira." Ali berucap, yang sangat jarang dia lakukan.

"Me too."

Danny menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Meski dalam hati dia penasaran dengan sosok guru baru itu, tapi tetap dia tidak bisa langsung menyetujui ide sang putra.

"Are you sure? Bagaimana kalau Miss Nadira menolak dan merasa itu hal yang tidak sopan?"

"Persetan dengan kesopanan."

"Ali, jaga bicaramu. Kamu tahu itu bukan kata yang baik." tegur Danny dengan tegas.

Ini hanya sebagian kesulitannya dalam membesarkan kedua remaja ini. Waktu yang terbatas membuat Danny tidak bisa memantau apa saja yang dipelajari kedua putranya diluar jam sekolah, atau dengan siapa saja mereka bergaul. Terkadang Danny baru mengetahui sejauh apa mereka bergaul ketika ucapan dan tingkah mereka tidak sesuai dengan yang diinginkannya.

Ya, dia adalah kepala keluarga, dan dia yang memegang kendali atas anggota keluarganya. Jadi semua yang terjadi didalam keluarganya harus dengan aturan yang sudah diterapkannya.

Terdengar otoriter, tapi ini pilihan Danny ketika dia memutuskan untuk berpisah dari istrinya, Lilith, dulu. Cara Danny dalam memantau kedua putranya memang keras, tapi dia hanya ingin kedua putranya tumbuh menjadi anak yang baik dan bertanggung jawab.

Berulang kali Danny memikirkan untuk memiliki pasangan lagi, tapi berulang kali pula dia memutuskan untuk mundur. Jaman sekarang ini sulit menemukan perempuan yang mau menjadi istrinya ketika mereka tahu status Danny adalah duda beranak dua yang sudah beranjak remaja.

Sampai malam menjelang, tidak ada aktifitas lain di rumah berlantai dua itu kecuali makan malam. Setelahnya mereka masuk ke kamar masing-masing dan melakukan kegiatan pribadi mereka. Ali dan Alex dengan buku pelajarannya, Danny dengan pekerjaannya.

Bahkan ketika pagi menjelang, mereka tetap dalam mode diam. Sarapan dan di perjalanan menuju sekolah.

"Dad baru bisa menjemput kalian jam 3 sore. Apa kalian tidak keberatan menunggu sampai jam itu?" melihat kedua anaknya menganggukkan kepala, Danny tersenyum lalu berpamitan. Mencium kening keduanya dan memberikan pelukan hangat.

***

Pelajaran yang paling ditunggu oleh kembar adalah pelajaran matematika, dimana gurunya adalah Miss Nadira. Sayangnya mereka harus menunggu 2 jam lagi, karena sekarang mereka harus berolahraga terlebih dahulu di jam pertama.

Menjadi berbeda itu terkadang baik, tapi juga terkadang tidak. Ketika semua murid berbaris dan dua kepala itu terlalu menjulang, disini terkadang perbedaan terasa tidak baik.

Ya, Ali dan Alex memang tergolong memiliki tinggi yang berbeda dibandingkan teman-teman mereka di kelas. Diusia mereka yang baru 14 tahun, tinggi mereka sudah menjulang 172cm. Tidak diragukan, gen tinggi sang ayah berperan sangat penting disini.

"Kalian yang tinggi itu barisnya dibelakang aja, kasihan teman-teman yang dibelakang." kata sang guru olahraga.

Apalagi perbedaan dari mereka berdua? Warna kulit.

Kalau tinggi mewarisi gen sang ayah, maka warna kulit mewarisi gen sang ibu. Dengan ibu yang merupakan orang Belanda jelas membuat mereka memiliki kulit khas orang Eropa. Warna kulit mereka putih seperti susu, berbeda dengan warna kulit orang Asia yang cenderung kuning.

Sejak memutuskan untuk tinggal di Indonesia, keduanya sudah iklas menjadi pusat perhatian. Dimanapun dan kapanpun mereka berada, mata orang-orang tidak bisa beralih dari mereka.

Waktu yang ditunggu tiba. Pelajaran matematika dengan Miss Nadira berlangsung. Wajah Ali dan Alex langsung bersinar begitu melihat guru favorit mereka memasuki ruang kelas. Bahkan Ali yang biasanya memasang wajah datar, kini tersenyum kecil ketika melihat Miss Nadira.

Pertanyaan kenapa Miss Nadira bisa membedakan Ali dan Alex masih menjadi pertanyaan besar dikepala keduanya. Untuk itu, hari ini mereka bertukar tempat duduk dan berpura-pura menjadi yang lainnya.

"Alex, coba isi pertanyaan nomor 3." ucap Miss Nadira. Kebetulan sekali dia menyuruh Alex untuk mengerjakan soal ynag ada di papan tulis.

Ini kesempatan bagus bagi si kembar untuk membuktikan apakah kemarin itu sebuah kebetulan Miss Nadira bisa membedakan mereka berdua atau tidak. Jadi, Ali sengaja maju ke depan kelas dan mulai mengerjakan soal. Awalnya Miss Nadira tidak menyadarinya karena sedang sibuk dengan beberapa kertas yang akan dibagikan ke para murid. Namun ketika Miss Nadira mendongakkan wajahnya dan melihat Ali sedang mengerjakan tugas, guru muda itu terlihat keheranan.

"Tadi Bu Guru memanggil nama Alex, kenapa Ali yang maju?" sontak semua yang ada di kelas terkejut.

Memang tidak ada yang bisa membedakan mana Ali dan mana Alex. Itu karena mereka memang mirip. Yang membedakan keduanya adalah suara dan tinggi badan. Kalau mau lebih detail lagi, Ali memiliki tanda lahir yang lebih jelas di pergelangan tangannya dibandingkan Alex.

"Miss tahu saya Alistair?" tanya Ali terkejut.

"Tentu saja, Alistair Vilas Sebastian. Pertanyaannya, kenapa kamu yang maju sedangkan tadi Bu Guru meminta Alex untuk mengerjakan soal?" Miss Nadira jelas tidak dalam mode bercanda.

"Maaf, Miss, kami pikir Miss Nadira nggak bakal tahu kalau kami bertukar tempat." jawab Alex sembari mennundukkan kepala.

Miss Nadira hanya bisa menggelengkan kepalanya menghadapi tingkah si kembar. "Pulang sekolah, temui Bu Guru di kelas."

Wajah Ali dan Alex langsung lesu begitu mendengar ucapan dari guru favorit mereka.

avataravatar
Next chapter