webnovel

Si Genius Leo

Leo anak laki-laki lahir dengan mewarisi gen dari ayahnya yang genius, namun saat umurnya memasuki tahun ke 4 sebuah kecelakaan merubah kehidupannya, kegeniusan yang dimilikinya lenyap seketika dan penderitaan terus datang silih berganti. Namun ia memilih terus maju untuk mendapatkan kegeniusannya yang telah lenyap, di saat yang sama ia tidak sadar karena rasa sakit itu, membuatnya membangkitkan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seorang genius. Hingga ia masuk di SMA Sarien yang merupakan salah satu sekolah populer di daerah tersebut, sifat yang awalnya tidak peduli dan dingin mulai berubah ketika bertemu dengan teman-teman kelas yang baik. Leo juga bertemu dengan Niza Eriana, seorang gadis kaya-raya, paling populer di sekolah tersebut karena kecantikannya, namun di balik kesempurnaannya ia memiliki kesedihan yang sama dengan Leo, Mereka pun mulai mendekat dan saling bertukar cerita. Di tengah kehidupan Leo yang terus mencoba melupakan masa lalu, seorang murid bernama Lira yang juga sangat genius dan begitu mirip dengan adik perempuannya Shin, membuat dirinya memiliki harapan, di sekolah tersebut ia juga bertemu dengan murid misterius yang bisa mengendalikan "Aura" yang merupakan dasar utama untuk mendapatkan kemampuan khusus bagi seorang genius sejati. Dukung selalu si Genius Leo ^_^ ^_^

Umam_Young · Fantasy
Not enough ratings
351 Chs

Aturan yang Egois

"Kenapa kamu lari" Tanya Leo datar, melepas tangannya dari sandi dengan ekspresi bingung, "Leo kelas pertama kita bentar lagi akan di mulai, kalau gak cepat kita bisa telat" Sandi coba menjelaskan kepada Leo dengan sedikit ngos-ngosan, walau sebenarnya hanya alasan agar Leo tidak terlihat menonjol di sekolah.

"Kelas pertama dimulai pukul 7.30 sekarang baru pukul 7.00, keseluruhan gedung sekolah kita sekitar 300 meter" Apakah masuk akal untuk terlambat dalam waktu 30 menit untuk sampai ke ruang kelas? Apakah aku salah?" Ungkap Leo dengan jelas dan cepat tanpa keliru sedikit pun.

"Huuuu,". Sandi menghembuskan napasnya dengan lemas, "Okey-okey aku akan memberitahukan mu sesuatu, kamu perhatikan baik-baik ya, apa yang akan aku jelaskan kepadamu, ini adalah aturan yang sudah berlaku sejak lama di sekolah kita". Lalu sandi menjelaskan tentang hierarki yang berlaku di sekolah itu dengan santai.

"Kita berada di kelas menengah, yang artinya kamu dan aku tidak boleh lebih populer dari kelas elite, itulah kenapa aku buru-buru menyeret mu menjauh dari kerumunan para gadis-gadis montok itu hehehe". Ungkap sandi dengan serius dan sedikit cengengesan.

"Satu lagi kita harus bersikap sopan kepada kelas elite, jika tidak kita hanya akan di anggap tikus yang siap untuk di musnahkan kapan saja dari sekolah ini, huh amit-amit dah". Sambung sandi sedikit menggidik menyilangkan kedua tangan di pundaknya coba memperingati Leo.

"Mmmm, aturan yang kamu jelaskan tidak berlaku untuk ku, mereka membuat aturan hanya untuk menguasai yang lain, aku tidak punya kewajiban sedikit pun untuk mengikuti aturan yang di buat oleh orang-orang egois terdahulu". Jawab Leo dingin sedikit mencibir, mengerutkan kening.

Mendengar Leo tidak takut dan peduli sedikit pun dengan aturan itu, membuat Sandi semakin kagum dengan Leo tapi juga khawatir, walaupun Leo terlihat begitu kuat secara pisik dan mental, Leo tetaplah manusia biasa yang setiap saat bisa di mangsa oleh monster.

"Leo, ini adalah cara terbaik untuk kita bisa bertahan di sekolah". Sambung sandi tergesa-gesa mencoba meyakinkan lagi.

Leo menatap sandi dengan tajam, "Aku sudah mengalami yang terburuk dalam hidup, jadi kamu tenang saja" Sambung Leo dengan tegas dan mendalam kemudian ia berjalan santai menuju ruang kelas.

"Yah sudah lah, ini hari pertama kita, harusnya ... kita seperti ini haha". Tawa sandi yang langsung merangkul pundak Leo dan tersenyum lebar, tingkahnya seakan sudah berteman lama dan begitu akrab, sedang Leo hanya pasrah tanpa ekspresi.

Dalam perjalanan menuju ruang kelas sandi yang cerewet dan begitu semangat terus menerus bertanya kepada Leo tentang kesehariannya.

"Leo, dimana kamu tinggal? Aku menemukanmu di halte tadi pagi". Namun Leo terlihat sangat malas untuk bicara jadi dia tidak menanggapi pertanyaan sandi.

"Aaaah sudahlah kamu tidak perlu menjawab nanti juga aku bakalan tahu sendiri, karena aku akan mengantarmu pulang haha" Suara sandi yang heboh sendiri.

Mendengar sandi ingin mengantarnya pulang, Leo dengan cepat berkata "Tidak perlu mengantarku, aku bisa pulang sendiri" Jawab Leo ringan kemudian melepas tangan sandi yang merangkulnya sudah cukup lama.

"Leo Tampan kita sudah jadi teman jadi tidak perlu sungkan". Jelas Sandi coba menggoda Leo, "Aku tidak ingin pulang dengan mu". Balas Leo dengan ringan karena sudah mengerti dengan sandi yang coba menggodanya.

"Yah ... yah ... yah, sepertinya kamu memang lahir di Kutub Utara". Ucap Sandi dalam hati yang sudah mulai terbiasa dengan perkataan dan sikap Leo.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba di depan kelas, Sandi langsung mengambil posisi di depan Leo dan kemudian merapikan rambut dan baju, lalu berjalan dengan membusung dada penuh percaya diri.

Leo yang melihat tingkah Sandi bersikap biasa tidak peduli, Sandi pun masuk ke ruang kelas yang pintunya sudah terbuka itu, ia melihat semua orang sedang sibuk mengobrol satu sama lain.

"Selamat pagi semuanya". Menyapa semua orang yang ada di kelas itu dengan penuh semangat, seketika semua orang di kelas tersebut melihatnya sebentar, namun tidak ada yang menyapa kembali dan langsung kembali seperti semula.

Sandi yang merasa tidak di pedulikan merasa malu, menekuk wajah dengan sedikit wajah merah, Akhirnya Leo yang di belakang sandi masuk tanpa mengucap sepatah kata pun, ia melihat ke semua bagian ruangan untuk mencari tempat duduk yang kosong.

Namun matanya terhenti saat tidak sengaja melihat Karin yang duduk di urutan kedua depan sebelah kiri ruang kelas tersebut.

Karin yang belum menyadari kehadiran Leo masih sibuk mempersiapkan peralatan belajarnya, dan wajahnya terlihat sedikit kemerahan, belum bisa melupakan kejadian sebelumnya dengan Leo, "Oh my God" Suara keras yang tiba-tiba memecah keramaian.