3 Jadi kaya mendadak

Aku menatap dua bola matanya bening, mataku terpaku pada paras rupawannya. Pikiranku terhipnotis oleh penglihatan serupa. Ya, ini sudah seperti hipnotis. Jiwa kenakalanku meronta-ronta dan akhirnya menyambut bibirnya.

Dia melumat dengan lembut bibirku, Jose melakukannya dengan penuh perhatian. Apa ini? Apa ini cinta? Pikiranku berpacu dengan kenakalan suamiku. Dia sekarang menjadi suamiku yang baru semalam aku bertemu dengannya.

Secara tidak terduga, dia menghampiriku sekaligus menyelamatkan hidupku. Ternyata, dia dan keluarganya memiliki rencana rahasia yang tidak diketahui oleh istrinya. Jose mulai menguasai kejantanannya.

Karena dia merasa ingin mendapatkan keturunan, akhirnya dia bisa melakukannya dengan serius. Baju pengantin yang memperlihatkan buah dada akhirnya geloyor. Tanpa sadar, kalau aku sudah melihat bidang dadanya yang six-peck.

"Jangan banyak protes dan diamlah!" ketusnya menguasai segalanya.

Dia memulai lagi, Jose tidak bisa menahannya. Aku harus apa lagi? Dia sudah merampasku karena ayahku yang memohon. Padahal, tadinya aku ingin menghindari pria kemarin agar keperawananku terjaga. Ini terasa menyakitkan, sungguh berdarah dalam kalbu.

Sialnya, semuanya terjadi tanpa terduga. Aku tidak bisa menjaganya. Hatiku hancur berkeping-keping. Aku meraung di ruang yang sudah terkunci, tetapi dia terlalu kuat menekanku yang akhirnya menyerah.

Aku tidak bisa memilih pria yang aku cintai dan merasakan perasaan yang sempurna.

Jose terlalu menguasai kekuatannya. Sementara aku menjadi wanita bodoh yang selalu menurut.

Akan tetapi, apakah ini benar nyata? Setengah bayangan dan hubungan ini samar-samar aku lihat.

***

Jika malam itu terjalin hubungan tanpa cinta. Mataku mulai berkedap-kedip di atas ranjang dengan tubuh berselimut tebal.

"Hah!" sergahku menatap seluruh tubuhku dari balik selimut.

Jose tidak ada di ruang kamar ini, lalu ke mana dia pergi? Aku segera meloncat dari sana sambil menutupi tubuhku dengan selimut tebal. Tiba-tiba aku melihat barang-barang di ujung sofa dekat dinding kamar.

Tepat di depan kaca jendela yang lebar. Aku mendekati meja bulat yang ditaruh kertas bertuliskan alamat bersama kunci rumah. Di sebelahnya ada roti bakar bersama segelas kopi Moka, serta satu botol mineral.

"Rumah??" Tanganku meraih kunci rumah itu lalu melirik ke koper besar milikku sudah ada di sana.

"Lalu, siapa yang bawa semua barang ini ke kamar?" pikirku terheran-heran.

Jemariku menunjuk-nunjuk, Jose memberikan rumah untukku beserta barang milikku. Dia memang pria yang misterius dan akhirnya menjebakku.

"Gue bener-bener nggak jadi pelayan lagi di sini. Ini udah kayak mimpi," gumamku menengadah. Kepalaku terarah dari ruangan menuju jendela yang memperlihatkan kemegahan kota ketika pagi menyapa.

Aku yang masih ditutupi oleh selimut tebal akhirnya tersadar kalau suasana ini kacau. Sontak kepalaku turun dan melihat diriku sedang telanjang.

"Ah, tidak!"

Tubuhku berbalik, segera menyambut kain halus dan tebal untuk menutupi bagian yang terlalu mencolok. Dengan begitu, aku bisa aman memasuki ruang kamar mandi, walau tak seorang pun ada di posisi kamar.

Pintu kamar mandi yang dikelilingi oleh kaca bening anti tembus pandang. Kemudian langkahku mengguyur lantai sempit minimalis menuju ruang ini. Sekujur tubuhku diguyur air dari atas kepalaku.

Shower memercikkan air sejuk dan nikmat. Seluruh tubuhku harus dibersihkan terlebih dahulu.

Beberapa menit aku terkurung di kamar mandi, dan akhirnya aku keluar dengan kenikmatan yang menyejukkan kulit ivoryku. Aku wanita yang berkulit putih sudah selesai mandi.

Rasanya sudah lebih lega setelah melewati pintu kaca bening pertama dan kemudian pintu keluar dari sana. Diselimuti oleh handuk baju yang tebal dan hangat. Di balik laci bupet kecil kuambil Hairdryer untuk mengeringkan rambut yang basah. Aku pun mencolok stop kontak ke salah satu terminal kecil di sudut dinding.

Wuuuushh!!!

Angin menerpa kulit kepalaku seakan menusuk ke dalam kulitnya. Rasa hangat menyentuh dengan sempurna.

"Ah, kok gue ngerasa udah kayak orang kaya ya??" Tanganku menurunkan Hairdryer ke atas bupet, lalu kembali kutarik kabel yang menyambung ke terminal menempel pada sudut dinding kamar.

Kemudian disimpan kembali ke dalam laci bupet. Langkah cepatku mengubah hidupku dalam seketika.

Setelah beberapa menit meraih baju yang ada di balik koper langsung kupakai dengan rapi. Aku berdiri di depan cermin panjang. Terkesan santai dengan kemeja putih lengan panjang dan celana denim.

"Hmm, ini udah lebih baik!"

Tok! Tok! Tok!

Aku terlonjak, tiba-tiba saja aku mendengar suara ketukan dari balik pintu kamar. Kakiku yang masih telanjang tanpa alas kaki akhirnya menghampiri ambang pintu. Kubuka perlahan, dua sosok pria berjas hitam, berpenampilan layaknya orang kantoran menyapaku sambil membungkuk sekali.

"Nona, kami diperintah untuk mengantarkanmu kembali ke rumah. Kami akan membawakan barang-barang yang mungkin berat. Dalam lima menit ke depan, kami akan menunggu di luar setelah sarapan pagi."

Pria berkumis tipis mengacungkan kartu nama Jose mengarah padaku. Mereka berarti petugas yang bekerja dengan Jose.

Salah satu pria itu mengucapkan beberapa kalimat untukku. Satu rekan di sampingnya menggunakan kacamata hitam pekat, sedangkan yang berbicara padaku tidak memakai kacamata. Namun, terlihat dasi kupu-kupu kecil seperti tampilan zaman dulu. Dua kumis yang lucu. Dia tersenyum sambil membungkukkan badan, sedangkan pria berkacamata ikut untuk membungkuk. Aku terpesona, mimpi apa aku semalam?

"Oh, baiklah. Akan kuambilkan barang yang berat itu." Lalu aku berbalik badan untuk mengambil barang-barang milikku yang ada di sofa paling ujung.

Tanganku merampas koper besar mengarah pintu depan. Dua pria itu masih menunggu, dia pasti pengawal pribadi Jose.

"Ini."

Tanganku menaruh koper di depan.

"Silakan, Nona. Kami akan menunggu dalam waktu kurang lebih lima menit."

"Ya, baiklah." Aku langsung menutup pintu kamar dengan rapat. Tadinya aku berpikir kalau mereka pasti orang asing yang tak kukenal. Tapi karena sudah melihat kartu itu lantas aku langsung percaya.

Aku meraih posisi duduk untuk mengunyah roti bakar dan kemudian kopi Moka yang sudah tidak hangat lagi. Habis.

"Wah, apa gue udah kayak orang kaya, ya?" Kepalaku menggeleng, lalu meraih botol mineral menuju pintu kamar.

Krek!

Aku melihat dua pria masih berdiri tegak menunggu diriku. "Ayo."

Dua pria itu menunduk, lalu memutar badan untuk mengantarkan kepulanganku. Yang kumis tipis sejajar denganku, sedangkan pria berkacamata berada di belakang. Dia mengawasi langkahku yang akan mungkin melarikan diri.

Ah, ini sangat meresahkan!

Aku sesekali menoleh, tetapi dua pria itu tidak membalas tatapanku. Kami mendekati pintu lift yang ada di lorong tengah. Pintu itu terbuka, kami bertiga memasukinya dengan tenang.

Dua pria mengapit tubuhku yang ada di tengah. Mereka ini seolah-olah takut akan kehilanganku. Lantai menurun terus menuju sampai angka terakhir terlihat. Benar! Kami akhirnya tiba di lantai paling bawah.

Pintu terbuka dan melewati keramaian yang membuatku malu. Kepalaku berpaling bersembunyi sambil menyelinap di balik bahu pria berkumis.

"Nona, berhenti!" Pria berkacamata itu memintaku untuk berhenti. Tangannya menyentuh bahuku hingga aku berbalik menatap wajahnya. Pria itu melepaskan kacamata lalu menyatukannya kepadaku.

Aku dipakaikan kacamata hitam miliknya.

"Ini bisa menutup malumu di antara orang banyak."

Pria itu memperlihatkan raut mudanya yang mungkin seumuran denganku. "Mari, Nona!"

Aku terpesona melihat tubuh tingginya yang melebihi sepuluh senti denganku. Dia setara dengan tubuh Jose yang memasuki 180 sentimeter. Kami keluar menuju pintu paling panjang, yaitu pintu utama masuk.

"Tunggu!!!"

"Ocha!"

Siapa yang mencegahku untuk pergi?? Kepalaku memutar pada sumber suara yang lantang itu.

Bagaimana dengan cerita selanjutnya?

Jangan pernah berpikir, kalau cerita ini hanya mengandung unsur romantis dan alur yang mudah ditebak. Jika kau merasa kurang puas, saya akan menguji anda supaya bisa mengikuti cerita ini setiap babnya.

Sesuatu yang tidak anda duga dan bertanya-tanya. Berani coba? Jika anda bisa menemukan plot twist dalam cerita ini, saya acungkan jempol dan gift untuk anda.

Berikan semangat kepada penulisnya, tunjukkan bahwa kalian adalah pembaca yang cerdas dan kompeten dalam menemukan jawaban serta teka-teki dalam cerita ini.

Bisa jadi, anda telah melewatinya.

KIRIM BATU KUASA SEBANYAK-BANYAKNYA!!!

Buku ini wajib disimpan ke perpustakaan ini/tambahkan ke rak.

Dukung ceritaku ya, Kawan!

Jangan baca apa lagi taruh ke rak!

Anda suka berarti menambahkan ke rak. Saya tunggu review dari semuanya ya.

Tak kenal maka tak sayang, kayak cerita di atas.

Jangan lupa kirim batu kuasa setiap hari. Ini wajib!

avataravatar
Next chapter