webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Teen
Not enough ratings
37 Chs

Bab 04 : SMA yang Indah

Yera keluar kelasnya bersama ketiga temannya. Alin memutuskan untuk berada di kelas mengerjakan tugas milik pak Miska—nama panjangnya adalah Mistofa Ka'aram tapi sering dipelosotin dengan nama Miska agar terlihat lebih kece katanya.

"Woy mau kemana lo?" Tanya Dery yang sekarang sudah berada di sebelahnya bersama kedua teman sekelas.

"Mau ke kantin lah, emang mau kemana lagi?" Daron menceletuk membalas Dery sambil menatap sinis ke arah Dery.

"Santuy dong lur, nggak gue traktir lagi nih." Balas Dery sambil menyentil kening Daron pelan yang sukses membuat Daron mengerucut sebal.

"Heh anaknya Ratedra, tega amat lo!" Daron semakin kesal sambil menyikut dada besar milik Dery tersebut yang membuat Dery meringis kesakitan.

Yera hanya menghela nafasnya sambil menatap heran kedua temannya, sedangkan temannya yang lain bersama teman sekelas Dery hanya tertawa hingga mereka tak sadar mereka sudah berada didalam kantin yang sangat ramai.

"Lo beli apa, Yer?" Tanya Yesya yang sudah berada di hadapannya.

"Gue mau beli rawon aja deh, lagi kepengen rawon," jawabnya dan Yesya hanya membalasnya dengan menganggukkan kepalanya.

"Gue pengen beli ayam geprek tapi rame beut dah. Yes, temani gue beli ya please," ujar Miya sambil memohon dan menarik-narik tangan Yesya.

"Anjir lo, Mi. Gue pengen soto anjer," ujar Yesya tapi malah ia mengikuti kemauan Miya yang sudah menarik dirinya ke arah stand penjual ayam geprek.

Jangan tanya Daron kemana, Daron pasti sudah berada di antara kerumunan manusia yang sedang membeli mie ayam, begitupula dengan Dery.

"Bu, satu." Ujar Yera tersenyum ramah terhadap ibu kantin penjual rawon yang dibalasi dengan anggukan oleh penjual.

"Nih mbak Yer," ujar ibu kantin sambil memberikan sebuah mangkuk berisi rawon, Yera memberikan sejumlah uang terhadap ibu kantin dan ibu kantin segera memberikan kembaliannya.

"Makasih bu," ujar Yera sambil membalikkan badannya bermaksud meninggalkan stand penjual rawon untuk bertemu dengan teman-temannya yang lain.

ET—

Untung saja tangan kecil milik Yera segera ditarik oleh seseorang karena Yera kaget. Yera kaget karena tiba-tiba saja ada seseorang yang mendorongnya pelan karena berkerumunan untuk membeli.

"Eh, lo nggak-papa?" Tanya orang tersebut yang mendorong Yera pelan. Yera menepis pelan tangan tersebut dan Yera segera memperbaiki posisi memegang mangkuk rawonnya.

"Ah. . . Nggak-papa, makasih ya." Ujar Yera sambil tersenyum.

"Harusnya gue yang minta maaf. Maaf ya Shayera," ujar orang tersebut yang membuat Yera bingung seketika, tahu dari mana dia nama Yera.

"Oh iya nggak-papa, Mark. Gue duluan ya," ujar Yera sambil berpamitan pergi ke arah teman-temannya kembali.

Yang Yera tahu, manusia yang tak sengaja mendorongnya itu adalah mantan ketua OSIS.

**

"Gila, gue nggak sabaran besok! Anak baru itu katanya bakal datang!" Heboh Miya kesenangan.

"Makan dulu, Mi. Ini makan sambil ngomong, entar keselek baru tahu." Ujar Yesya sambil memukul pelan kepala milik Miya yang membuat Miya meringis kesakitan.

"Oh iya, anak barunya pindahan dari mana?" Tanya Daron sambil menatap ke arah Miya yang Daron yakin Miya pasti tahu seluk-beluk anak baru tersebut.

"Katanya si Chaera sih pindahan dari Pallas, tapi semoga beneran ya. Kan anak Pallas itu ganteng-ganteng semua, anak-anaknya blasteran surga semua." Miya kembali heboh membalas pertanyaan Daron yang membuat Daron menyesal menanyakan hal itu kepada Miya.

"Giliran cowok aja nomor satu, fokus dulu sana lo ngejar si Markus." Celetuk Alin yang mendengarkan percakapan mereka sambil mengerjakan tugas kelompok melalui laptop. Ini merupakan tugas kelompok mereka berlima yang berisikan Yera, Daron, Miya, Yesya dan Alin. Pasti jika mereka berlima satu kelompok, semua tugas akan ditanggung oleh Alin si anak dengan peringkat satu di kelas.

Ya begitulah, kadang Yera jika tidak malas akan membantunya begitu pula dengan Daron. Yesya dan Miya akan bekerja melalui jalur belakang dengan memberikan support kepada teman-temannya dengan membelikan beberapa makanan ringan. Indahnya persahabatan mereka.

"Siapa tahu nih orang bisa bikin gue move on dari si Mark. Malas gue lama-lama sama si Mark, nggak di notice sama dia." Ujar Miya sambil menatap ke arah Alin.

"Gimana mau di notice si mbak, mbaknya aja nggak pernah bergerak untuk mengejar dia." Celetuk Yesya masih asyik memakan ayam geprek miliknya.

"Mending tuh kalian kayak Alin, didekatin tiga angkatan aja diam. Fokus sekolah kerjaannya, nggak asyik nih Alin masa SMAnya kalau belum pacaran," ujar Daron mengarah ke arah Alin. Alin hanya menatap Daron datar.

"Kalau nggak ada kita tuh, masa SMAnya nggak berwarna. Iyakan yang?" Kini giliran Yera yang berada di sebelah Alin sambil merangkul Alin.

"Jangan sentuh-sentuh gue anjir! Gue bukan teman lesbi lo!" Ujar Alin dengan mata melotot dengan tangan yang melayang agar siap memukul Yera.

"Canda beb, yaelah. Teman seperlesbian gue kan tetap Daron," ujar Yera sambil mengarah ke Daron dan tersenyum serta mengigit ujung bibirnya.

"Jijik banget sih, Yer!" Ujar Miya sambil melemparkan tissue basah miliknya ke arah Yera.

**

Seperti biasanya, setiap malam kamis Yera akan pergi ke kafe peninggalan yang diberikan oleh maminya tersebut kepadanya sebagai anak perempuan satu-satunya. Yera saat ini memberikan haknya tersebut kepada bibinya.

Yera biasanya datang setiap malam kamis untuk memberikan sebuah penampilan di kafe tersebut, biasa Yera akan memainkan piano yang akan ditemani oleh saudara sepupunya dari pihak maminya.

"Kenapa mukanya lesu banget?" Lontaran pertama yang dilontarkan oleh kakak sepupunya tersebut.

"Ah, nggak papa kak. Biasa kelas dua belas harus ngurus tugas dan praktikum terus, capek banget." Kesah Yera terhadap pria di depannya. Memang benar, di kelas dua belas ini Yera harus belajar lebih giat yang kadang membuat otaknya lelah karena materi yang terus masuk tak berhenti ke dalamnya.

"Ini belum seberapa, belum nanti kuliah." Ucap kak Juanda—kakak sepupu Yera yang dekat dengannya. Kak Juan menepuk pelan pundak Yera memberikan beberapa kata semangat kepada Yera.

"Lo harus kuat, semangat Yera!" Ujar kak Juan sambil tersenyum manis ke arah Yera yang dibalasi dengan anggukan kepala riang dari Yera. Kini mereka berdua berjalan ke arah tempat penampilan yang berada di sudut kafe lantai bawah, Yera bergegas duduk di bangku piano dan kak Juan berjalan ke arah stand mic yang telah terpasang.

Pesona dan kharisma kak Juan mampu memikat hati para pengunjung terutama para wanita, tak sesekali para barista menatap mereka, terkhusus kak Juan yang indah mempesona sambil memberikan pujian terhadap mereka. Hanya memberikan kata pembuka, semua para pengunjung kafe selalu menoleh ke arah mereka berdua. Bukan dipungkiri lagi jika kak Juan selalu menjadi sorotan utama, sesekali Yera memprotes terhadap kak Juan mengapa ia harus tampil sekharisma itu yang mampu memikat para pengunjung wanita. Padahalan kan niat mereka hanya untuk bernyanyi dan memberikan hiburan saja, bukan menggelar meet and greet dadakan.

Yera memainkan tuts-tuts di atas piano, jarinya benar-benar indah seperti sedang berdansa di sana. Suara lembut kak Juan mampu memikat hati para pengunjung, mereka bisa dikatakan sebagai the deadly show.

Lagu milik penyanyi ternama orang barat, Adele dengan judul lagu Don't You Remember adalah lagu yang mereka bawakan saat ini. Yera menghayati lagu tersebut dan sesekali menutup matanya.

Ada sebuah penggalan lirik didalam lagu tersebut, "When will I see you again?" Seolah terlintas di kepalanya untuk memutar balikan waktu saat kejadian kecelakaan tragis yang sempat heboh di televisi.

Yera ingin membalikkan waktu dan bertukar peran dengan mami dan adik kesayangannya, sehingga Yera tidak bernasib sesial ini sampai sekarang.