webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Teen
Not enough ratings
37 Chs

Bab 03 : Tiga Tahun Lamanya

Yera bangun lebih awal hari ini, dia bangun jam empat pagi hari ini. Ia tersenyum tipis saat melihat dirinya di kaca cermin. Setelah berberes-beres selama satu jam, Yera segera membawa tas sekolahnya dan memakai hoodie hitam yang sedikit kebesaran di dirinya yang merupakan hoodie milik kakaknya yang ditinggalkan untuknya.

"Yera, mau kemana?" Tanya seorang wanita cantik yang menatap Yera yang tengah mengambil sekotak susu didalam laci dapur.

"Bukan urusan anda." Ketus Yera lagi-lagi dingin sambil meninggalkan wanita cantik itu yang menghela nafasnya kasar karena kepergian Yera.

"Yera, hati-hati di jalan ya nak!" Ujarnya pelan, benar-benar pelan yang hanya bisa didengarkan oleh dirinya dan Tuhan.

Yera keluar dari rumah lengkap dengan seragam sekolah, jam lima pagi ia sudah memutuskan pergi terlebih dahulu tidak seperti anak sekolahan pada umumnya. Yera menghampiri motornya yang terparkir di depan garasi rumahnya.

Yera sudah menggunakan helm khasnya, sudah bersiap-siap pergi ke suatu tempat yang sudah tidak ia datangi selama dua minggu belakangan ini.

**

Yera melepaskan helmnya, sebelum ke sini ia tadi mampir pergi ke sebuah minimarket untuk membeli sandwich sebagai sarapan paginya dan membeli bunga kembang untuk nyekar di pagi hari ini.

Ya, benar. Yera pergi ke kuburan di pagi buta seperti ini. Yera pergi ke sebuah makam umum umat kristiani, Yera pergi menuju ke makam yang selalu ia singgahi.

"Selamat pagi mamiku dan adikku tercinta. Apa kabar?" Ujar Yera yang tak kunjung dijawab, Yera tersenyum simpul menatap dua makam yang saling bersebelahan tersebut.

"Pagi mami, apa kabar mami? Sudah makan atau belum di sana?" Ujar Yera sambil menatap sedih ke arah makam milik mami kandungnya.

"Mami, sudah tiga tahun mami disana. Mami nggak ada niatan mau ngajak Yera main ke sana, Yera bosen di sini. Yera mau ikut mami sama adik aja." Ujar Yera sambil merintikkan air matanya. Cih bodoh, begini saja ia menangis.

Setelah itu, Yera membersihkan kubur tersebut dan segera menyekarnya agar terlihat indah kembali. Setelah bercengkrama pagi dengan maminya, Yera membalikkan badannya dan mengalihkan pandangannya ke makam milik adiknya.

"Echan. . ."

Yera menutup matanya seketika, perih rasanya masih tersimpan di dalam dada sana. Yera berusaha agar air matanya tidak jatuh kembali.

"Papi kurang ajar!" Ketus anak lelaki itu kepada pria dewasa di hadapannya. Lelaki itu ingin sekali menghabisi nyawa pria yang lebih tua darinya itu.

"Nak, . . . nggak boleh!" Ujar wanita dewasa tersebut sambil menatap anak lelaki yang sedang memendam amarah terhadap pria yang ada di hadapannya.

"Mami masih sayang sama pria yang kurang ajar ini? Mending kita pergi, Mi! Ayuk kita pergi ke rumah tante Nancy. Gue muak di sini!" ujar lelaki itu sambil menarik tangan mami dan kakaknya.

"Papi jahat!" Teriak gadis itu sebelum ia benar-benar pergi dari hadapan papi mereka.

Mereka semua tengah berberes-beres pakaian, setelah semuanya siap. Mereka memasukkan tas-tas mereka ke dalam bagasi.

Pria dewasa itu hanya bisa melihat kepergian mereka dengan muka sedihnya, ia merasa sangat bersalah karena kesalahannya lah semuanya hancur seketika.

Hujan badai sepertinya menerpa kota mereka, tetapi mobil mereka masih membelah jalan raya yang cukup sepi karena hujan badai menerpa.

"Bu, ini kayaknya bakal macet pas masuk daerah tol. Kayak apa bu?" Tanya supir keluarga mereka saat melihat keramaian yang berada di depan sana.

"Nggak papa pak, terobos aja kalau bisa. Ngebut pak," ujar lelaki tersebut kesal, wanita tersebut masih memegang kepalanya yang penat kelelahan.

Supir tersebut mengangguk, mereka akhirnya menerobos kemacetan tersebut dengan mudah di depan sana sampai akhirnya mereka masuk ke jalan tol.

Kecepatan mobil mereka sangat tinggi melebihi kapasitas mengendarai jika berada di jalan tol, ini semua atas permintaan lelaki muda tersebut.

"Echan tadi sudah telepon kak Gia, kak Gia bakal nyusul nanti ke rumah tante Nancy kalau sudah selesai les," ujar lelaki muda tersebut-Echan nama panggilannya.

"Echan, mending suruh kak Gia di rumah aja dulu. Kasihan papi," ujar mami sambil tersenyum paksa terhadap kedua anaknya.

"Nggak-nggak, kak Gia katanya mau nyusul. Lagian ngapain juga kak Gia sama papi? Papi tuh udah nggak sayang sama kita, dia udah selingkuh dari mami." Ujar Echan kesal sambil meremas rambutnya sendiri, Yera hanya bisa menenangkan adiknya yang duduk di sebelahnya.

Kilatan petir menyambar membuat supir mereka tidak fokus, alih-alih ingin mengambil jalur kiri untuk menerobos orang di depannya hingga tak sadar mobil tersebut menabrak pembatas jalan.

Naas sekali, seharusnya supir tersebut bisa saja menerobos. Tapi sayang, karena jalanan licin membuat mobil mereka salah belok hingga tabrakan maut itu terjadi.

Sebelum benar-benar tertabrak, Yera mendengar suara teriakan dari mami dan adiknya tersebut.

"AWAS PAKK!!"

Yera menghembuskan nafasnya dan menatap nisan milik adiknya, anggap saja waktu itu dia tidak menyuruh supir keluarganya tidak menerobos pasti sekarang mereka masih ada di samping Yera.

"Echan, sudah makan di sana?" Ujar Yera sambil tersenyum kecut menatap makam milik adiknya, Yera membersihkan makam tersebut dan segera menaburkan kembang di atasnya.

"Sudah tiga tahun di sana ya, gimana rasanya di surga? Pasti senang kan? Iya dong senang, di sini kan banyak yang doakan Echan sama mami supaya kalian bahagia terus di sana." Yera menyiram makam adiknya dengan air putih agar terlihat segar. Sebelum memutuskan untuk pergi, Yera berdoa untuk mami dan adiknya yang sudah tenang di sana.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas, Yera segera berberes dari tempat makam menuju sekolahnya.

**

Keadaan kelas kali ini benar-benar ricuh karena guru yang mengajar kebetulan menemani adik kelas mereka pergi ke gelora kota. Beberapa murid memutuskan untuk pergi ke kantin, ada pula yang pergi ke perpustakaan untuk sekadar menumpang mengadem di sana, tidur-tidur menggunakan karpet kelas, memasang lagu melalui audio speaker, bergosip, bernyanyi bersama, asyik bermain handphone, asyik menghirup vape kesukaan mereka hingga asyik bermain kartu remi di ujung kelas.

Yera sendiri hanya asyik goleran di atas karpet sambil memainkan handphone, kedua telinganya disumpal dengan AirPods miliknya.

"Gue denger katanya ada anak baru mau pindah ke sini. Kemarin kan gue nggak sengaja tuh lewat depan runggur tuh, eh si Tayo bahas tentang anak baru gitu—katanya nih ya dia kelas dua belas dan ambil jurusan inggris. Ya, berarti dia sejurusan sama kita kan ya?" Ujar salah satu teman sekelas Yera yang duduk di atas bangku sedang duduk berkumpulan sambil bergosip sepertinya perempuan.

Yera hanya mendengarnya saja, dia menatap Daron dan Yesya yang tengah asyik tertidur di sebelah kiri kanannya dengan telinga yang disumpal oleh AirPods.

"Katanya dia pindahan dari kota sebelah, tahu nggak Pallas? Katanya dia dari situ." Ujar teman sekelasnya itu kembali yang membuat Yera semakin penasaran, ya namanya perempuan pasti penasaran. Ia melirik Daron dan Yesya sebentar lalu bangkit dari tidurnya dan mendengarkan percakapan teman-teman sekelasnya dari dekat.

"Hah Pallas? Gila sekolah elite gitu dan dia pindah ke sekolah kita? Gila aja anjir!" Ujar salah satu teman sekelasnya yang lain yang memiliki keperawakan tubuh pendek.

"Pallas? Gila berarti tuh cowok ganteng kan ya? Secara, anak-anak Pallas itu ganteng-ganteng semua." Kini giliran teman Yera yang bernama Miya yang menyahut.

"Wih. . gue sih berdoa cogan sih, ya jadinya ada yang cogan di kelas ini selain si Jeslan," teman sekelasnya menyahut perkataan Miya. Padahalan, kelas mereka merupakan kelas dengan visual yang terbaik di angkatan mereka.

Yera masih mendengarkan secara saksama percakapan mereka yang tengah membahas anak baru hingga salah seorang teman sekelas Yera yang bernama Tisya menyudahinya dengan mengganti topiknya yaitu tentang mantan kakak kelas mereka yang baru saja menikah.

Yera bosan dan ia kembali ke karpet dan sesekali mendengar gosip apa yang mereka bahas dari jauh hingga sukses membuat Yera tertidur pulas.