webnovel

Bab 10 [Bintang Fajar : Lucifer?]

_______________

Bab 6

KANTOR DETEKTIF YEOKSAM.

Yeoksam-dong, Gangnam-gu, Seoul, Korea Selatan.

Diam sambil berpikir. Itulah yang dilakukan Doyoung saat ini di ruangan para detektif. Duduk pada kursi kosong milik detektif lain tepat di sebelah Taeyong yang sedang sibuk dengan komputernya. Gelang berinisial J sedari tadi tiada henti ia lempar ke udara, lalu di tangkap dengan sempurna. Walau fokusnya sedang berada di tempat lain.

"Jeno mengatakan itu?" tanya Taeyong. Pandangan tak lepas dari layar komputer di atas meja kerjanya.

Doyoung mengangguk. "Aku tidak mengerti maksud dari Bintang Fajar yang dia katakan."

Keduanya sama-sama dibuat berpikir keras. Internet bahkan menjadi pelarian Taeyong ketika tak sanggup menemukan petunjuk. Hingga akhirnya ia menemukan sesuatu di sana.

"Mungkinkah Lucifer?" tebaknya kemudian.

Doyoung melirik pria di sebelahnya. Mengernyitkan dahi seperti meminta penjelasan, kemudian memperpendek jarak untuk melihat layar komputer. Ia membaca beberapa penjelasan mengenai sesuatu yang baru saja Taeyong katakan di sana.

Bintang fajar atau bintang siang. Fosforos jika dalam kata Yunani. Memiliki arti yang sama persis dengan 'Pembawa Cahaya' yang dimiliki Lucifer dalam bahasa latin. Nama Lucifer mulai dikaitkan dengan iblis setelah penafsiran tertentu atas sebuah ayat dalam kitab.

Masih banyak penjelasan secara lengkap, tetapi Doyoung lebih tertarik pada inti makna dari kata Bintang Fajar itu sendiri. Ia seolah mengalami kilas balik pada hari pemakaman Haechan. Ketika dirinya sempat menganggap lucu gambar iblis bertanduk serupa hewan sebangsa domba dalam kobaran api pada wallpaper telepon genggam seseorang. Entah itu milik Jaemin atau Jisung.

Tentu saja alasan itu tidak cukup kuat untuk mencurigai salah seorang dari mereka. Terlebih Jeno juga pernah menggunakannya. Namun, Jaemin maupun Jisung patut untuk dicurigai. Keduanya berpotensi besar terlibat dalam kasus. Hanya saja terlalu pandai bersembunyi menggunakan alibi, sehingga begitu mudahnya lolos dari penyelidikan.

Taeyong mematikan komputer dan beranjak dari kursi setelah Doyoung selesai dengan artikel mengenai Lucifer. Ia menggapai mantel yang bertengger manis di sandaran tempatnya duduk sedari tadi, kemudian mengenakannya. Seperti hendak pergi ke suatu tempat.

"Eodiga?" (Mau ke mana?)

"Ke rumah sakit untuk menjenguk korban." Taeyong bergegas pergi setelah berucap demikian.

Tinggallah Doyoung seorang diri pada ruangan persegi dengan banyak meja kerja di sana. Sibuk dengan dugaan-dugaan terhadap pelaku yang masih tanda tanya hingga saat ini.

Doyoung mendatangi sekolah untuk memastikan sesuatu. Ia bertemu Jisung di gerbang. Tidak banyak murid di sana, dikarenakan sekolah sudah berakhir beberapa menit yang lalu.

"Eo? Hyung di sini? Jeno sudah pulang sejak tadi."

"Aku sedang tidak mencari Jeno, tapi ingin bertemu denganmu."

"Aku?" Jisung menunjuk diri sendiri. Raut wajah menunjukkan kebingungan besar.

Tujuannya bukan untuk menginterogasi, tetapi mengajak Jisung untuk makan bersama pada sebuah restoran kecil tak jauh dari sekolah.

Selama kebersamaan singkat itu, ia menemukan fakta baru. Pemilik gawai dengan wallpaper Lucifer pada hari pemakaman Haechan bukanlah milik Jisung.

"Apa kau ganti wallpaper?" tanya Doyoung. "Tempo hari, saat pemakaman Haechan, kau menggunakan Lucifer sebagai wallpaper."

Jisung melirik gawai miliknya yang baru diletakkan di atas meja untuk segera menikmati makanan yang baru datang beberapa menit lalu. Hanya wallpaper biasa dengan gradasi warna biru, jingga, merah dan ungu.

"Lucifer?" Lelaki bermarga Park itu berpikir sejenak, lalu berkata, "Ah ... itu bukan milikku."

"Lalu?"

Jawaban setelahnya membuat Doyoung harus menemui pihak sekolah untuk meminta identitas seseorang yang Jisung sebutkan namanya.

Kini, detektif muda itu harus berakhir berdiam diri di dalam mobil setelah mengantar Jisung pulang. Terdapat selembar kertas di tangan, berisikan identitas terduga pelaku untuk kasus penganiyaan dan pembunuhan Haechan yang dicurigai saling berkaitan.

Doyoung kemudian menghubungi Taeyong dan meminta bertemu pada sebuah alamat perumahan sesuai yang tertera pada kertas identitas tersebut.

Berlokasi di Saemal-ro, Guro-gu, Seoul. Lee Taeyong langsung saja menuju ke tempat yang disebutkan melalui pesan singkat. Ia menjumpai Doyoung telah berada di sana, menanyai siapa saja yang lewat.

"Doyoung-ah!" panggil Taeyong, turun dari taksi lalu menghampiri sang detektif.

Doyoung melambaikan tangan sebagai balasan, kemudian kembali berbincang dengan seorang pria sebaya dengannya. Ia mulai menjelaskan alasan bertemu pad Taeyong sepeninggal pria tersebut.

Mencurigai Na Jaemin sebagai tersangka. Tidak ada bukti kuat, tetapi patut untuk dimasukkan ke dalam daftar penyelidikan. Jika benar dugaan Doyoung, lelaki mudah itu begitu cerdik menyembunyikan kebenaran tentang sosok seperti apa dia sebenarnya.

Menurut keterangan beberapa orang yang ia temui, Jaemin tinggal di rooftop pada bangunan bertingkat tiga tersebut. Gedung tinggi dengan banyak pintu berisikan flat-flat yang disewakan secara murah. Para penghuni lain juga mengatakan jika Jaemin merupakan anak yang sangat baik dan ramah pada siapa pun.

Suasana tampak sunyi ketika keduanya menginjakkan kaki pada atap gedung. Bahkan tak ada jawaban dari dalam ketika Doyoung beberapa kali mengetuk sembari memanggil pemilik rumah. Namun, harus berujung kekecewaan karena sepertinya tidak ada siapa pun di rumah.

"Aigo! Nuguseyo?" (Astaga! Kamu siapa?)

Seorang pria lansia penghuni lantai bawah datang. Kemungkinan suara teriakan mereka mengganggunya. Segera Taeyong menghampiri dan bertanya tentang keberadaan pemilik rumah. Sementara Doyoung sedari tadi masih sibuk mengintip ke dalam melalui jendela kaca, dikarenakan bau menyengat seperti bangkai yang tercium sejak menginjakkan kaki di sana.

"Jaemin? Dia tidak pernah telihat sejak kemarin. Mungkin pergi dari rumah."

Mendengar pernyataan si pria tua itu, Doyoung menjadi tertarik. Ia meninggal jendela rooftop kecil itu untuk bergabung dengan mereka.

"Ayahnya memiliki temperamen yang buruk. Tega menganiaya anak sendiri jika sedang mabuk. Mungkin Jaemin pergi meninggalkan rumah. Dia dan ayahnya sudah tidak terlihat sejak seminggu terakhir." Begitu kata si pria lansia.

"Seminggu terakhir?" Doyoung melirik Taeyong, lalu berbisik, "Sehari setelah Hana dilarikan ke rumah sakit."

Ada pernyataan pria itu yang saling berkaitan. Perginya Jaemin, hilangnya sang ayah, dan bau busuk dari dalam rooftop.

Doyoung segera mendekati pintu setelah menyadari sesuatu. Berusaha untuk membuka paksa dengan didobrak. Tanpa memperdulikan suara bergetar pria tua di belakang sana yang meminta untuk menyudahi kegiatannya.

Setelah pintu terbuka, ketiganya kompak menutup hidung. Bau busuk yang semakin kuat membuat siapa saja enggan untuk masuk. Namun, karena dihantui rasa penasaran setelah menduga-duga, Doyoung tetap menerobos masuk.

Ruangan berantakan dan lantai penuh dengan bercak darah menghitam yang telah mengering, akibat terlalu lama dibiarkan. Betapa terkejutnya dia setelah menemukan mayat seorang pria paruh baya telah membusuk. Diikat pada kursi di dekat meja makan dengan kondisi mengenaskan; perut sobek sehingga organ dalam tubuh berceceran keluar dan luka sayat pada leher. Sudah dipastikan jika bau tak sedap berasal dari mayat tersebut.

Taeyong langsung memeriksa kondisi mayat—walau harus menahan mual—sambil berusaha menghubungi polisi. Membiarkan Doyoung yang menjelajahi flat dengan ukuran tak terlalu luas tersebut.

Sesuatu yang menempel pada dinding dekat tempat tidur menarik perhatian Doyoung. Terdapat foto beberapa orang di sana. Haechan dan Hana diberi tanda silang. Jisung masih lolos dari segala macam coretan dan foto Jeno yang diberi lingkaran merah.

Jeno berada dalam bahaya.

.

.