Di dalam ruang yang sama, namun dengan keadaan yang berbeda. Brama saat ini sedang memegang sebuah amplop yang berisi foto-foto kenangannya dengan Sheila dahulu.
Ia tersenyum getir, menyesali dengan apa yang telah terjadi padanya. Dan saat ini, hanya sebuah penyesalan yang harus ia terima.
"Kamu tunggu aku ya, She. Bentar lagi pasti aku bakal nemuin kamu dan memulai kisah kita lagi." Brama bergumam sebari memasukan selembar foto Sheila ke dalam saku celananya.
"Nak, Brama. Ayo ngaji lagi."
Brama mengangguk dan mengikuti langkah kaki seorang kiyai di depannya. Ya. Brama saat ini memang tinggal di sebuah pesantren yang jauh dari pusat kota.
Namun lelaki itu sama sekali tidak pernah mengeluh atau menyesal selama berada di tempat itu. Niatnya untuk sembuh selalu menjadi motivasi tersendiri untuk Brama.
"Kita teruskan pengajian tadi, ya."
Ayat-ayat suci Al-Quran mengalun indah dari bibir-biri para santriwan dan santriwati. Dan salah satunya adalah Brama.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com