webnovel

Chapter 8: Who Are You? (Part 2)

Rose POV

Rose mengerjapkan matanya berkali-kali dan mendapati Julia yang kini sedang menatapnya dari dekat. "Aku kira kau tidak bernafas lagi." Rose yang kesal langsung mendorong Julia dan duduk. "Minum dulu... dan beristirahatlah,"

Rose menatap mata hijau Julia dan mengerutkan keningnya. "Ada..."

"Jangan bertanya, nanti akan ku jelaskan." Rose langsung diam. Ia menatap cangkir yang bertuliskan #1 Dad. Tanpa banyak bicara lagi, Rose mengambil cangkir tersebut dan meminumnya.

"Sudah berapa lama aku tertidur? Aku harus..." Julia menahan tubuh dan merebahkannya kembali. "Mengapa..."

"Istirahatlah, laporan mu sudah ku selesaikan! Jika mengantuk, maka tidurlah. Kau hampir saja mengacau." Rose hanya diam. Ia menghela napasnya dan menatap jam dinding yang ada di nightstand.

"Hari ini aku ada meeting." Ucap Rose.

"Meeting mbah mu! Ini hari Sabtu. Mana ada kantor buka hari ini! Bukannya meeting biasanya gak di hari Sabtu!? Lah ini masa meeting di hari Sabtu!? Apa jangan-jangan dia workaholic?" Rose hanya menghela napasnya kasar.

"Setidaknya itu bisa melupakan apa yang harus aku prioritaskan untuk sesaat." Julia hanya diam saat mendengar jawaban dari Rose.

Julia POV

Julia hanya bisa menghela napasnya kasar, lalu meletakkan cangkir tersebut di nightstand. "Jika bertanya tentang cangkir itu, aku baru saja membelinya." Rose hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Aku memiliki cangkir banyak, mengapa harus beli? Lagi pula #1 Dad!? Aku adalah seorang wanita. Yang cocok di panggil ayah adalah kau, Julia. Kau terkadang..." Julia menghela napasnya kasar.

"Iya... iya... aku tahu!" Julia menatap ke arah jendela. Ia menatap langit yang masih gelap kebiruan. Ia mengambil remote AC dan mematikannya. "Udara di pagi hari, bagus untuk paru-paru mu, Eponine." 

Julia menyibakkan tirai dan membuka sliding door tersebut. Ia memejamkan matanya dan membiarkan angin pagi menerpa wajahnya dengan lembut. "Apa kau tidak mempunyai laptop dan handphone?" Julia menengok ke belakang.

Rose menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa menggunakan benda tersebut." Julia hanya menganggukkan kepalanya. "Apa... pekerjaan ku akan lebih mudah jika menggunakan benda yang kau sebutkan itu?" Julia menganggukkan kepalanya.

Ia mengangkat kursi luar untuk di pindahkannya di samping kasur yang Rose tempati. "Yup. Apa... Han tidak memberitahu mu?" Rose menganggukkan kepalanya.

"Ia memberi tahu ku, tapi aku tidak pernah mendengarkannya." Julia menggaruk-garukan rambutnya dan menghela napasnya kasar. "Kadang gue bingung sama ini makhluk."

Rose menatapnya tajam. "Siapa yang kau bilang makhluk!?" Tanya Rose.

Julia hanya menanggapinya dengan cengiran. Ia merapikan rambut cokelat gelapnya yang berantakan. "Akan aku ajarkan, bagaimana?" Tawar Julia.

Rose POV

Jantungnya berdebar dengan cepat dan wajahnya memerah tatkala ia Julia merapikan rambutnya. Ia berusaha tidak membuat kontak mata dengan Julia. "Ap-apa itu..." suara ketukan membuat mereka berdua menatap ke arah pintu.

"Masuk!" Suara pintu terbuka. Rose menghela napasnya dan menatap Julia. Julia hanya menghela napasnya, ia beranjak dari tempat duduknya. "Han, aku..."

"Maaf menganggu, tapi... kau ada janji dengan beberapa..."

"Aku ingin beristirahat!" Rose menatap mata Han. "Aku... ingin beristirahat. Ini akhir pekan. Siapa yang akan menghadiri meeting pada hari ini?" Han hanya menghela napasnya. Ia berjalan keluar dari dalam kamar Rose.

Julia POV

"Kenapa?" Han hanya diam menatap Julia tajam yang sedang melipat kedua tangan di dadanya. Julia hanya bisa menghela napasnya kasar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menepuk-nepuk pundak Han.

"Singkirkan..."

"Ya... ya... ya.." Julia menggaruk alisnya dan menghela napasnya. "Gue bukan anak dari... King Jericho lagi." Julia tersenyum miris, "tapi seenggaknya tolong dengan sangat, gue ini Luna. Jadi... kalo ada apa-apa dari gue, gue bisa kok lapor ke Rose."

Han menggenggam tangannya erat, ia ingin melayangkan tinjuan, tapi Julia menahannya. Ia memelintir dan memepetkannya di tembok. "K-kau..."

Julia hanya mengaggukkan kepalanya. "Lo itu klan campuran. Jangan ganggu gue, gue tau Adrian mati gegara apa. Adrian itu abang gue, lo tau itu kan?" Julia makin kencang memelintir tangan Han kebelakang. 

Han hanya bisa merintih kesakitan. Julia langsung melepaskan plintirannya dan merapikan rambutnya. Mata hijaunya menatap tajam Han yang sedang mengusap-usap pergelangan tangannya.

"Kau... akan ku laporkan hal ini kepada Rose!" Julia hanya tertawa kecil, lalu ia mengendikkan bahunya. Julia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana jeans.

"Laporin aja," tantang Julia. Han yang masih tidak terima, langsung melayangkan kembali tinjunya. Julia menunduk dan melayangkan tinju ke perut Han hingga ia terpental ke tembok. Han langsung jatuh berlutut sambil memegangi perutnya.

"Ada apa!?" Tanya Rose. Julia hanya diam masih menatap tajam Han. 

"Aku tidak suka dengan kesombongan yang ia miliki, Rose." Ucap Julia lalu ia berlalu pergi,

Rose POV

Rose hanya terdiam sambil menatap punggung Julia yang menghilang dari pandangannya. "Uhuk.. uhuk.." Ia menatap Han yang kini sedang menyenderkan punggungnya di tembok.

"Kau... tidak apa-apa?" Walter berjalan mendekati Han yang kini sedang memegang bagian perutnya. "Dia mengirim ku."

Rose hanya bisa diam dan memandangi Walter yang membopong Han. "sepulang kerja, dia akan menemui mu." Rose hanya bisa menghela napasnya kasar dan masuk ke dalam kamarnya.

.

.

.

.

.

.

Julia POV

Julia menatap ke sekeliling venue dan berdecak kagum. "Orang kaya beda venue-nya." Jennifer hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Baru pertama kali... ngeliat ginian?" Julia hanya diam dan masih menatap ke arah orang-orang yang mengenakan baju hitam-putih beserta dasi hitam berlalu lalang menata peralatan makan beserta makanannya.

Ia menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Kaca mata yang bertengger, langsung ia lepas untuk menggaruk matanya. "Ya... di Indo jarang ada... winery yang mewah begini. Gue aja... ngeliat yang di film Queen of the South gak seberapa mewah kaya begini." Jennifer hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Jennifer hanya menghela napasnya kasar. "Kapan ya... gue bisa deket sama lo. Keknya gue bener-bener jatuh hati sama lo deh. Kenapa sih, si Whitetaker itu yang duluan!? Padahal dia kan... bukan siapa-siapa."

Julia hanya tersenyum tipis. Ia tidak tahu jika Jennifer memiliki ketertarikan kepada dirinya. "Wey!" Glen langsung merangkul dan mengacak-acak rambut Jennifer. "Lo cantik hari ini Jen, tapi sayang hati lo bukan untuk gue."

Julia menghela napasnya kasar dan memperhatikan interaksi mereka berdua. "Kalian cocok ya," celetuknya. Jennifer hanya tersenyum tipis, sedangkan Glen tersenyum dengan lebarnya.

"Oh..." omongan Glen terhenti ketika mereka melihat Rose yang berjalan menghampiri Julia dari arah belakangnya. "Yaudah, bos udah dateng ini." Glen dan Jennifer berjalan menjauh dari dirinya, Julia hanya bisa terdiam dan kembali memerhatikan staff katering.

"Hypocrite," ucapnya singkat.

Julia hanya menghela napasnya kasar. Ia berjalan menghampiri bar dan mencicipi satu per satu makanan yang di pilih oleh tamunya. "Aku tidak hypocrite. Aku sudah mengatakan sebelumnya bahwa nanti di jam 4 sore akan ada acara, bukan?"

Rose hanya menghela napasnya dan menganggukkan kepalanya setuju, tapi... Julia meletakkan jari telunjuknya di bibir Rose dan menatapnya dengan intense. Mereka bisa mendengarkan deru napas satu sama lain dan berukar pikiran.

"Aku minta maaf soal Han. Aku sangat geram dengan tingkahnya," ucap Julia. Julia mencicipi masakan tersebut dan tersenyum. "Yang tengah kurang sedep, yang... kiri tolong ada yang alergi kacang sama... diabetes, dan yang kanan udah pas!"

Rose POV

Rose hanya terdiam menatap Julia dari samping. "Jika kau ingin melihat ku bekerja, lebih baik kau duduk saja di sini. Aku masih punya banyak yang harus di selesaikan." Ucapnya.

"Bukankah kau... di bagian desain, mengapa kau menghandle semuanya? Dimana tim yang lain!?" Julia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Mereka sedang... menghadiri acara yang lain. Mau, tidak mau... harus aku lakukan." Ia hanya tersenyum dan menepuk pundak Rose beberapa kali, lalu ia berjalan sambil berteriak.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa untuk share, vote, komen, dan tambahkan ke library! Karena setiap hal kecil yang kalian lakukan dapat membantu Author makin termotivasi untuk menulis.