webnovel

Sexy man in the hot spring

Warning!! berisikan Adult romance banyak adegan dewasa dan kekerasan

NvigirlFanaticzz · LGBT+
Not enough ratings
23 Chs

part 19

.

.

.

Saat ini seokjin tengah memasak untuk sarapannya. Ia mulai bisa menerima perceraiannya dengan namjoon dan sudah satu minggu berlalu dia menhabiskan hari-harinya yang sendiri.

𝘿𝙧𝙧𝙧𝙩𝙩 𝘿𝙧𝙧𝙧𝙩𝙩 𝘿𝙧𝙧𝙧𝙩𝙩

Ponsel seokjin bergetar di dalam saku celananya. Ia pun merogoh ponselnya dan mengeluarkannya. Seokjin mengernyit bingung saat melihat nomor pada ponselnya karena nomor itu tak tersimpan pada kontaknya.

"Yoboseo.."

"𝘏𝘦𝘺.. 𝘒𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶?"

"Maaf anda siapa?"

"𝘑𝘪𝘯? 𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶? 𝘗𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘮𝘢𝘯."

"Ah.. Yifeng?"

"𝘠𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶, 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪?"

"Siang ini? Ya aku ada waktu."

"𝘉𝘢𝘨𝘶𝘴𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘬𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘢𝘯𝘪𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘰𝘶𝘭."

"Baiklah, siang nanti kita bertemu di taman waktu itu."

"𝘚𝘪𝘢𝘱! 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘮𝘶."

"Hahaha.. Oke sampai jumpa siang nanti."

Telepon pun terputus seokjin kini tersenyum setelah mendapat telepon dari Yifeng. Entah apa yang kini tengah ia rasakan karena saat ini seokjin menyadari jantungnya berdebar saat mendengar suara Yifeng

"Ya tuhan.. Ada apa dengan ku?" Ucapnya sambil menyentuh dadanya, merasa debaran pada jantungnya yang kencang.

***

Kini jimin dan jungkook sudah berada di kediaman nenek park. Di ruang keluarga itu terdengar keributan antara jimin dan taehyung.

Keributan bukan pertengkaran melainkan membujuk taehyung untuk memaafkan seokjin, hyungnya.

"Tidak! Aku tak akan memaafkannya minie! Apa kau lupa si brengsek itu sudah melukaimu bahkan hampir membunuhmu! Apa kau lupa?!"

"Tae, meski dia melakukan hal seburuk apapun tapi dia berhak untuk mendapatkan maaf. Tenangkan dirimu tae, aku tau karena emosi kau tak bisa melakukannya. Setelah perasaanmu lebih baik aku yakin kau bisa. Apa kau tak kasihan padanya? Sekarang ia sendirian, namjoon hyung sudah meninggalkannya saat ini dia butuh dukungan dari orang terdekatnya." Ucap jimin sambil menggenggam kedua tangan taehyung yang terkepal erat karena masih merasakan emosi yang tak kunjung mereda.

"Tapi, dia sudah melakukan hal yang sangat fatal minie-ya..."

"Iya.. Aku tau tae.. Tapi, cobalah untuk memaafkannya, ne.."

"Hah... Akan ku coba." Jimin pun tersenyum mendengar jawaban dari taehyung dan kemudian membawa taehyung kedalam pelukan untuk menyalurkan ketenangan.

"Baiklah.. sekarang kau istirahat sayang,." Ucap jungkook yang berjalan menghampiri jimin saat ke adaan di ruangan itu sudah tenang.

"Iya kook, aku akan istirahat. Tapi, sebentar lagi ne.. Aku masih lelah berbaring."

"Baiklah. Oh ya jimin, lusa ayah akan datang ke kesini." Ucap jungkook sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

"Eh, benarkah? Apa ada urusan pekerjaan?"

Ucap jimin yang kini menolehkan kepala ke arah jungkook.

"Tidak."

"Lalu?"

"Bertemu denganmu."

"Eh? Aku? Untuk apa?" Jimin menunjuk dirinya sendiri karena terkejut ayah jungkook akan datang menemuinya.

"Untuk melihatmu dan melamar kan mu untuk ku." Ucap jungkook santai.

Jimin pun membisu karena rasa keterkejutannya sampai ia pun merona.

Jungkook yang tak mendengar suara jimin lagi, menolehkan kepalanya pada jimin yang ia lihat kini sedang merona akibat ucapannya.

"Wah.. Kekasihku sedang merona. Kenapa hum?" Goda jungkook yang kini menaik turunkan alisnya.

"Aish!!" Jimin yang merasa malu kini beranjak dari sofa dan berlari ke kamarnya.

"Yak! Jimin-ah!! Kenapa aku di tinggal eoh?" Jungkook pun menyusul jimin. Dan nenek Park yang melihat jimin dan jungkook berlarian hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya sambil terus melangkah ke arah sofa ruangan itu.

"Eoh.. Tae? Kau di rumah?" Tanya nenek park pada taehyung yang terlihat murung.

"Aku sedang malas nek, lagian di sana susah ada bibi baekhyun." Ucap taehyung yang kini memeluk nenek park dari samping.

"Kau manja sekali seperti gadis.." Ucap nenek park sambil mengusap kepala taehyung.

"Biar saja aku kan juga ingin bermanja-manja. memangnya hanya minie dan jungkook yang bisa."

"Makanya cepat cari kekasih.."

"Masih belum berminat nek."

"Tadi mengeluh.." Cibir nenek park dan taehyung pun terkekeh melihat respon dari neneknya.

***

Siang hari seokjin sudah berada di taman. Ia kini sedang menunggu Yifeng sambil memainkan ponselnya ia memang datang lebih awal karena ia sedang tidak sibuk. Pekerjaannya bisa di atasi oleh sekertaris dan asisten yang ia percaya.

Saat seokjin sedang asik memainkan ponselnya, sepasang tangan meraih bahunya. Seokjin terperanjat hampir menjatuhkan ponselnya karena terkejutnya.

"Ah.. Maafkan aku membuatmu terkejut." Ucap Yifeng dengan rasa menyesal.

"N-ne tak apa. " Seokjin pun tersenyum kikuk pada Yifeng dengan pipinya yang kini tengah merona. Yifeng melihat pipi seokjin yang merona entah karena gemas atau apa reflek mengecup pipi kiri seokjin.

𝘾𝙪𝙥

Seokjin pun membelalakkan matanya terkejut begitu pun Yifeng sang pelaku tengah salah tingkah karena perbuatannya.

"Ah.. Em.. M-maafkan aku jin. Aku tak bermaksud.."

"N-ne tak a-apa." Seokjin pun kini tersipu malu.

"Em.. Jin, kita.. Jalan sekarang?"

"Hm, tentu."

Kini seokjin dan Yifeng pun sudah berada di dalam mobil. Masih dengan kecanggungan masing-masing. Yifeng pun memilih membuka suara untuk mencairkan rasa canggung mereka.

"Jin, aku dengar di korea ada taman bermain. Apa namanya?"

"Mungkin yang kau maksud Lotte world?"

"Ah ne, bagaimana kalau kita ke sana?"

"Boleh."

Yifeng pun menjalankan mobilnya ke arah yang ditunjukan GPS yang ada pada mobilnya.

Tak berapa lama mereka pun sampai. Setelah memarkirkan mobilnya Yifeng menarik seokjin untuk masuk dengan menggenggam tangannya membuat seokjin kembali tersipu malu dan jantungnya berdebar kencang.

Mereka pun bersenang-senang di sana dengan menaiki beberapa wahana yang menantang adrenalin dan tak kenal waktu sampai hari semakin sore dan dan matahari hampir tenggelam.

"Kau lelah? Maaf sampai tak kenal waktu." Sesal Yifeng dan merasa tak enak hati.

"Ne tak apa-apa lagian aku juga sendiri di apartemenku tak akan ada yang menunggu."

"Tetap saja aku takut kau kelelahan." Seokjin pun tersenyum mendengar ucapan Yifeng.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku."

Kini seokjin dan Yifeng sudah berada di dalam mobil. Entah kenapa suasana kembali canggung mungkin karena ke duanya sedang terdiam membisu menikmati debaran jantung yang tak henti-hentinya berdegub kencang.

Yifeng pun akhirnya tak tahan dengan perasaan yang mengganggunya sejak hari pertama pertemuan mereka. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk menghadapkan tubuhnya ke arah seokjin.

"Jin, aku benar-benar tak tahan selama ini susah payah memendamnya seakan membuat ku gila jika aku terus saja diam." Seokjin pun mengernyit tak paham dengan ucapan Yifeng.

"Apa maksudmu Yifeng?"

"Mungkin kita baru mengenal tapi, perasaan ini tak bisa berbohong jin. Aku menyukai ah.. Tidak, lebih tepatnya aku mencintaimu jin. Maukah kau menjadi kekasihku?" Ucap Yifeng sambil tangannya menggenggam tangan seokjin dan menatap mata seokjin lekat.

"A-aku.. Em.. Aku..."

"Jika kau belum bisa menjawabnya sekarang tidak apa-apa aku bisa menunggu jin."

"Yifeng, s-sebenarnya a-aku juga punya perasaan yang sama padamu." Ucap sekjin yang kini tengah merona malu.

"T-tapi Yifeng-ah, apa kau tak kecewa dengan statusku sekarang?" Tambah seokjin.

"Jin, kau tau.. perasaan cinta tak memandang status meski kau sudah pernah menikah aku tak perduli akan hal itu. Yang terpenting kita bisa menerima keadaan pasangan kita apa pun itu. Jadi kau tak perlu ragu padaku jin." Ucap Yifeng yang kini tengah tersenyum pada seokjin.

"Terima kasih Yifeng.."

"Jadi jawabanmu?"

"Ne, aku menerima mu." Ucap seokjin dengan tersenyum manis. Yifeng yang sudah tak tahan, menarik seokjin ke dalam pelukannya. Seokjin pun menikmati pelukan itu ia pun tersenyum sambil mengeratkan pelukannya pada Yifeng.

Yifeng melonggarkan pelukannya kemudian meletakkan tangannya ke kedua sisi wajah seokjin menatap matanya lekat. kemudian dengan perlahan Yifeng mendekatkan wajahnya mengikis jarak ke arah seokjin dan akhirnya ke dua bibir berbeda ukuran itu saling bertautan bergerak lembut tanpa nafsu.

Tak lama ciuman mereka pun terlepas dan Yifeng menempelkan dahinya pada dahi seokjin mereka pun tersenyum menikmati momen indah malam itu dengan rasa bahagia dan berharap tak akan berakhir begitu saja.

𝙏𝘽𝘾