17 Extra Part

4 bulan kemudian

Monalisa begitu asik melihat pemandangan malam di kota Paris yang begitu memanjakan matanya. Sampai ia tak sadar jika ada Morgan yang sudah berdiri sedari tadi di belakangnya dan terus mengukir senyum bahagia melihat istrinya itu yang telah kembali menjadi sosok Monalisa yang dulu. Monalisa yang ceria dan keras kepala, ciri khas wanita itu yang mampu memikat hati seorang Morgan.

Morgan mendekati Monalisa, lalu memeluknya hangat dari belakang dan menaruh dagunya pada pundak kecil istrinya.

"Belum mengantuk? Hm?" Tanya Morgan begitu halus sambil mengecup leher mulus Monalisa dengan lembut.

Monalisa berbalik dan mengalungkan kedua lengannya pada leher suaminya tercinta. "Bagimana aku bisa tidur, kau begitu asik dengan laptopmu dan belum memijat kakiku" omongnya dengan begitu manja.

Morgan yang merasa gemas langsung menggigiti bibir bawah Monalisa dengan pelan. Ia mengelusi perut rata Monalisa dengan tangan besarnya. "Semenjak ada dia kau menjadi begitu manja sekarang ya.. Berani menyuruh-nyuruhku."

Ucapannya membuat Monalisa tertawa kecil dan langsung berjinjit memeluk erat leher prianya seperti sangat takut akan sebuah kehilangan.

Setelah malam dimana Morgan menembak mati Gabriel dan kembali bertemu dengan Monalisa, satu minggu kemudian mereka pun melangsungkan pernikahan mereka dengan amat sederhana. Bahkan hanya ada Morgan bersama Harry yang menjadi tamu terhormat bagi mereka.

Dan sekarang, sepasang suami istri yang baru menikah itu sedang merasakan kebahagiaan yang begitu lengkap.

Dimana Monalisa saat ini tengah mengandung dengan usia yang baru menginjak tujuh minggu. Dan kehamilan Monalisa ini membuat Morgan harus lebih memperhatikan istrinya yang keras kepala itu. Monalisa menjadi begitu manja dan selalu meminta yang aneh-aneh, mau sesibuk atau selelah apapun pria itu, ia harus tetap menyempatkan waktunya untuk memijat kaki istrinya. Benar-benar manja.

Morgan begitu bahagia, tidak pernah sekalipun ia membayangkan jika hidupnya akan menjadi sebahagia saat ini.

Pertemuannya dengan wanita buta yang ia beli dalam perdagangan manusia saat itu, ternyata adalah sumber kebahagiaannya.

Dengan terus tersenyum, Morgan mengkesampingkan rambut-rambut halus Monalisa yang menutupi wajahnya, lalu mengecup pangkal hidung istrinya dengan begitu mesra.

"Siapa kau ini? Um? Seenaknya kau hadir dalam hidupku dan merubah segalanya menjadi sebuah kebahagiaan."

Monalisa menyipitkan matanya dan memandangi wajah suaminya dengan serius. "Wanita buta yang kau jadikan budak pemuas nafsumu." Mendengar tuturan Monalisa yang mengungkit kisah lalu mereka, Morgan pun menunduk lemas tak berani memandang wajah istrinya.

"Maafkan aku!" Ungkapnya masih dengan tertunduk sambil mengingat kembali masa-masa dimana ia memperlakukan wanita itu dengan buruk.

Monalisa tertawa. Ia tertawa dan memeluk pinggang Morgan dengan erat.

"Rasakan karma mu. Sekarang kau yang menjadi budak cintaku, hahaha" Monalisa menertawai suaminya yang akhirnya pun ikut tertawa.

"Aku rela menjadi budak cintamu seumur hi--"

Dor Dor!

Dua buah peluru memecahkan kaca kamar sepasang suami itu dengan tiba-tiba. Morgan dan Monalisa melepaskan pelukan mereka, lalu mengecek orang siapa yang berani memulai permainan lebih dulu dari mereka.

Morgan dan Monalisa, mereka meraih pistol mereka masing-masing yang terisi penuh oleh peluru, lalu mengarahkan kearah bawah luar jendela kamar mereka dengan tatapan mata yang sudah menajam dan mengeluarkan aura mencekam juga licik mereka berdua.

"BRUNO?!" Kaget Morgan juga Monalisa.

"Hai? Boleh aku menumpang makan malam dan tidur bersama dengan kalian? Menjadi bujangan begitu membosankan."

*

08.15 pagi

Morgan dan Bruno sedang asik mengobrol dimeja makan sambil menunggu Monalisa yang selesai memasak untuk sarapan pagi mereka.

"Sampai kapan kau terus seperti ini? Cepatlah menikah biar kau sedikir terurus. Laki-laki macam apa kau ini, selalu membuang-buang sperma dengan sia-sia." Sombong Morgan karena telah memiliki istri dan berhasil mencetak anak dalam waktu singkat.

Bruno menggaruk-garuki kepalanya yang gatal. "Menikah dan mencetak anak itu sangatlah mudah bagiku. Tapi..."

"Tapi?" Tanya Morgan dan Monalisa bersamaan.

"Wanita mana dan wanita siapa yang mau ku ajak menikah dan mencetak anak bersama? Sudah tahu aku ini pria single yang amat tampan." Puji Bruno disela-sela mirisnya nasib.

"Ya sudah. Seumur hidup kau bermain saja dengan sabun" Suruh Morgan benar-benar membuat Bruno bergeleng kepala sambil mengelus dadanya terasa perih.

"Sebenarnya aku menunggumu. Dulu ku kira kau memiliki perasaan yang sama padaku. Padahal aku sudah siap menjadi pendamping hidupmu seumur hidup, dan sudah siap jika selalu di tusuk dari belakang." Bruno begitu santai mengucap perkataannya sambil bermain ponsel, dan membuat Morgan melotot sempurna.

Thung!

"Awh.." Morgan melempari sendok ke kening Bruno dengan memasang ekspresi tak suka seperti ingin marah.

"Kenapa baru kau katakan sekarang? Hah kau ini. Padahal aku pun siap untuk selalu menusuk-nusuk mu dari belakang."

Hening. Hanya terdengar suara minyak panas diatas kompor.

Monalisa menghentikan aktivitasnya dan berbalik memandangi wajah kedua pria itu secara bergantian. Tidak, lebih tepatnya mereka bertiga saling memandangi wajah masing-masing dengan bergantian.

"HAHAHAHA.." Tawa ketiga orang itu memenuhi ruangan. Tawa bahagia yang hangat.

Memiliki seorang istri, seorang sahabat, dan seorang anak yang tidak lama lagi akan lahir kedunia ini membuat Morgan sungguh benar-benar BAHAGIA.

Mr. Richards Morgano, Iblis RM yang bahagia.

Selesai

*

Tak usah panjang², asal endingnya bahagia😚💙❤️

vote & komen

💗💗

avataravatar