webnovel

Memberinya Rasa Aman

Editor: Wave Literature

Mendengar nada khawatir pada suara Ji Xiaonian, Bai Yun merasa lega, lalu tersenyum. "Penyakit lama. Bibi kan punya penyakit rematik dan sakit punggung, jadi agak susah kalau mau pergi keluar. Setiap merindukanmu, bibi juga tidak bisa pergi untuk mencarimu. Xiaonian, bagaimana kalau kamu datang kemari? Bibi sangat ingin bertemu denganmu sekarang ini."

Tanpa berpikir panjang, Ji Xiaonian segera menyetujui permintaan ibu Bai Yan itu. "Oke, Bibi, Xiaonian segera kesana," ujarnya sembari bangkit berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ke pintu keluar.

Namun, tiba-tiba Ji Xiaonian teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya. Eh, bukannya ini artinya aku harus pergi ke kediaman keluarga Bai? Bagaimana kalau aku nanti bertemu dengan Bai Yan? Aku kan sudah berkata padanya tidak akan muncul di hadapannya lagi? Gumamnya dalam hati dan terlihat gusar. Tentu saja dia tidak bisa dengan mudahnya menarik perkataannya sendiri, hal itu akan mencoreng harga dirinya.

"Emm... I… Itu Bibi. Apa Bai Yan ada di rumah?" tanya Ji Xiaonian ragu-ragu.

Jika Bai Yan ada di rumah, maka Ji Xiaonian berniat membatalkan rencananya untuk pergi ke rumah keluarga Bai. Karena dia sudah berkata agar tidak akan muncul lagi di hadapan pria itu, maka dia harus benar-benar berpegang pada ucapannya. Dia yakin dirinya tidak akan menjilat ludahnya sendiri.

Bai Yun sambil masih memegang ponselnya, terdiam dan berpikir sejenak. Gadis ini biasanya bukannya memanggilnya dengan sebutan Kak Bai? Mengapa tiba-tiba sekarang berubah memanggil dengan nama lengkap seperti ini? Selain itu, nada suaranya juga tiba-tiba terdengar agak aneh. Apa mungkin mereka sedang bertengkar saat ini? Batinnya menerka-nerka.

Demi Ji Xiaonian bersedia untuk datang ke rumahnya, Bai Yun mau tidak mau berbohong dengan berkata, "Xiaonian, aku juga tidak tahu mengapa Bai Yan akhir-akhir ini sering bepergian untuk urusan bisnis. Sudah beberapa hari ini dia tidak pulang ke rumah. Bibi sendirian di rumah jadi merasa kesepian. Bibi ingin kamu datang kemari dan menemaniku mengobrol."

Mendengar ibu Bai Yan berkata bahwa anaknya sedang tidak berada di rumah, ada sebuah perasaan lega timbul di dalam hati Ji Xiaonian. Sehingga dia lekas-lekas berkata, "Oh begitu ya. Kalau begitu Bibi sebaiknya duduk dulu, beristirahat. Aku akan segera pergi ke sana."

Sesudah telepon ditutup, Ji Xiaonian menoleh dan mendapati beberapa kue kering yang berada di atas meja. Dia tahu dirinya tidak akan mampu menghabiskan semuanya sendiri, jadi dia terpikir untuk membungkus beberapa diantaranya dan diberikan kepada Bai Yun untuk mencicipinya. 

Bibi pasti akan menyukai makanan-makanan ini! Batin Ji Xiaonian dengan gembira.

Sembari meletakkan ponselnya, Ji Xiaonian pergi ke dapur untuk mengambil kotak plastik untuk membungkus makanan-makanan tersebut. Sesampainya di dapur, dilihatnya Yu Shengjie yang sedang sibuk memanggang sesuatu.

"Sedang memanggang apa? Baunya harum sekali," tanya Ji Xiaonian sambil tersenyum manis.

Yu Shengjie membalikkan badannya dan mendapati Ji Xiaonian sedang berdiri di belakangnya. Dia terlihat mengulurkan tangannya dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Aku sedang memanggang kue kering. Sebentar lagi juga selesai. Kamu sabar sebentar ya."

Yu Shengjie yang tengah mengenakan celemek, entah mengapa terlihat begitu menawan. Pencahayaan di dapur menambah sesuatu kehangatan yang tidak terlukiskan oleh kata-kata. Ji Xiaonian sebelumnya tidak menyadari bahwa berada di sebelah pria itu menimbulkan sebuah rasa aman dan nyaman timbul di dalam hatinya saat ini. Sebuah perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, rasa cinta sebuah keluarga.

Perasaan itu sudah lama tidak dia dapatkan. Sejak kedua orangtuanya meninggal, mungkin Ji Xiaonian dapat menghitung dengan jari berapa kali dia merasakan kebahagiaan itu. Perasaan nyaman dan hangat yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya kepadanya. Boleh dibilang, perasaan itu dia dapatkan beberapa kali dari keluarga Bai.

Namun, saat ini melihat Yu Shengjie melakukan semua hal ini untuk dirinya, membuat rasa hangat itu kembali timbul di dalam hati Ji Xiaonian. Sebuah perasaan yang sungguh menenangkan dan menyenangkan.

Setelah tersadar dari lamunannya, Ji Xiaonian teringat akan Bai Yun yang sedang menantinya di rumahnya. "Kak Shengjie, aku ingin pergi mengunjungi bibiku. Kamu membuat kue sebanyak ini, aku pasti tidak akan dapat menghabiskannya seorang diri. Bolehkah aku membungkus beberapa agar bibi dapat mencicipinya?"

"Bibi? Bibi yang mana? Hari sudah begitu malam, jadi tidak aman bagimu untuk pergi keluar sendirian. Bagaimana kalau aku menemanimu pergi?" tanya Yu Shengjie sambil membuka pintu oven, lalu mengeluarkan kue yang dipanggangnya dengan terampil dan luwes.

"Ha?" Mulut Ji Xiaonian menganga cukup lebar setelah mendengar perkataan Yu Shengjie barusan.

"Kalau kamu tidak memperbolehkanku untuk menemanimu, lalu bagaimana aku bisa tahu jika kamu mengambil kue buatanku ini untuk dibuang atau kamu berikan pada seseorang?" ucap Yu Shengjie sambil bercanda.

Mendengar hal itu, Ji Xiaonian terlihat mengernyitkan alisnya dan berkata, "Mana mungkin? Kue selezat itu bagaimana mungkin aku tega membuangnya? Baiklah, kakak boleh menemaniku pergi." 

Lagi pula, Ji Xiaonian terpikir bahwa Bai Yan tidak sedang berada di rumah. Tidak ada salahnya mengajak Yu Shengjie untuk dia kenalkan pada bibi kesayangannya itu. Jadi jika dia pergi suatu hari nanti, pria itu dapat menggantikan dirinya untuk menemani pasangan Bai itu.

Melihat Ji Xiaonian menyetujui permintaannya, Yu Shengjie meliriknya sambil tertawa kecil. Kemudian keduanya terlihat sibuk membungkus beberapa kue kering tersebut, lalu bersama-sama pergi menuju ke rumah keluarga Bai.

Sepanjang perjalanan, Ji Xiaonian dan Yu Shengjie tampak asyik mengobrol dan tertawa. Orang-orang di sekitar memandangi keduanya dan beberapa di antaranya mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Sang lelaki begitu tinggi dan tampan dengan senyum hangat tersungging di bibirnya. Ditambah lagi lesung pipitnya yang muncul ketika dia tersenyum, seolah-olah dapat meluluhkan hati setiap wanita yang melihatnya. Sedangkan yang perempuan walaupun tidak terlalu tinggi, namun termasuk cukup cantik. Senyumnya terlihat begitu tulus dan menyenangkan. Sosok keduanya terlihat begitu serasi berjalan berdampingan, sungguh membuat orang lain iri melihatnya.

Sesampainya di kediaman keluarga Bai, Ji Xiaonian melangkah maju dan menekan bel pintu. Tidak lama kemudian, pembantu keluarga Bai keluar dan segera membukakan pintu bagi keduanya, lalu menyapa "Ternyata Nona Xiaonian, silahkan masuk."

Ji Xiaonian mengangguk ramah membalas sapaan wanita paruh baya itu, lalu memberi isyarat pada Yu Shengjie untuk mengikutinya. Keduanya tiba di ruang tamu keluarga Bai dan disambut oleh Bai Yun yang sedang bersantai di sofa ruang tamu itu.

Pembantu keluarga Bai segera melangkah maju mendahului kedua orang itu dan berkata pada majikannya dengan penuh hormat, "Nyonya, ada Nona Xiaonian datang."

Mendengar hal itu, Bai Yun segera mengangkat kepalanya dan mendapati Ji Xiaonian yang benar-benar datang untuk menemuinya. Wanita itu segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan penuh semangat mendatangi Ji Xiaonian. 

"Xiaonian, akhirnya kamu datang juga. Bibi sudah merindukanmu setengah mati. Ayo duduk!" seru Bai Yun sambil menarik lengan Ji Xiaonian dan mengajaknya untuk duduk di sofa ruang tamu.

Ji Xiaonian hanya terdiam mengikuti Bai Yun yang menariknya menuju ke sofa. Matanya sibuk mengamati wanita yang ada di hadapannya itu. Setelah dilihat berkali-kali, Bibi terlihat begitu sehat dan segar, tidak sedikit pun terlihat seperti orang sakit. Cara jalannya juga terlihat normal. Heran sekali, untuk apa Bibi sampai berpura-pura sakit segala? Beribu-ribu pertanyaan bermunculan pada batinnya.

"Xiaonian, apa yang kamu bawa? Baunya harum sekali!" tanya Bai Yun sambil menunjuk bungkusan yang ada di tangan Ji Xiaonian.

Sewaktu masih muda dulu, Bai Yun juga merupakan seseorang yang sangat suka camilan. Namun seiring dengan bertambahnya usia, dia lebih menjaga makanan yang dikonsumsinya. Para koki yang ada di rumah keluarga Bai semuanya merupakan koki nomor satu dari Prancis. Tidak hanya itu, di rumahnya juga terdapat ahli gizi yang mengatur pola makan yang sehat dan bergizi untuknya. Oleh karena itu, banyak makanan-makanan yang sudah tidak dapat dia santap seperti waktu muda dulu. Namun kali ini, bau semerbak yang tercium dari bungkusan itu sungguh menggugah selera makannya.

Ji Xiaonian terlihat sibuk membuka kotak itu dan menyerahkan sekotak kue kering yang lezat tersebut kepada Bai Yun. "Bibi, ini benar-benar lezat. Aku membawakan untuk Bibi, silakan dicicipi." 

"Bibi, semua kue kering ini dia yang membuatnya. Dia sungguh hebat karena mampu membuat segala macam makanan. Dan rasanya sungguh enak sekali!" tutur Ji Xiaonian sambil menunjuk Yu Shengjie yang kini berdiri di sampingnya.

Bai Yun terlebih dahulu mengambil sepotong kue kering dan memasukkan ke dalam mulutnya, kemudian melihat ke arah jari Ji Xiaonian menunjuk. Awalnya wanita itu biasa saja, namun setelah memperhatikan wajah Yu Shengjie dengan seksama, tubuhnya seperti disambar petir. Wajahnya terlihat pucat dan bibirnya juga diam membisu tanpa kata.

Yu Shengjie menatap wanita itu sambil mengangguk ramah. "Apa kabar Bibi?" sapanya dengan sopan. 

Namun, Bai Yun seolah seperti tidak mendengarkan sapaan Yu Shengjie itu. Dia terlihat diam mematung sambil menatapnya dengan ekspresi terkejut. 

Dipandangi terus-menerus seperti itu membuat Yu Shengjie sedikit merasa risih. Sementara Ji Xiaonian juga merasa ada yang aneh dengan ekspresi ibu Bai Yan itu.

Mengapa Bibi memandangi Yu Shengjie sampai seperti itu? Lagi pula ekspresinya tidak terlihat seperti seseorang yang sedang mengagumi ketampanan Yu Shengjie. Seolah-olah sedang teringat akan sesuatu di masa lalunya yang sekarang membuatnya menatap pria itu dengan pandangan kosong, batin Ji Xiaonian kebingungan.

Ji Xiaonian benar-benar merasa reaksi Bai Yun terlihat begitu aneh. Karena seingatnya, Yu Shengjie belum pernah datang ke rumah ini, jadi seharusnya wanita itu juga tidak mengenal sepupunya. Lantas entah apa penyebab wanita itu memandangi Yu Shengjie dengan tatapan begitu.

"Bibi… Bibi," panggil Ji Xiaonian sambil menyenggol pelan lengan Bai Yun.

Tersadar dari lamunannya, Bai Yun terkejut dan segera menghindari tatapan mata Yu Shengjie. Matanya kini ganti menatap ke arah Ji Xiaonian dengan gusar, lalu bertanya dengan terbata-bata, "Xi… Xiaonian, Si… Siapa orang ini?"

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.