41 41 Tidak Bersahabat

Beberapa hari ini aku, Fara dan Gerald sering kerja kelompok bersama karena mengingat deadline lombanya udah gak lama lagi. Tapi hari ini Fara tidak masuk sekolah, kenapa? Apa dia sakit? Atau ada hal penting lain yang mengharuskannya tidak sekolah?

Tadi aku juga sempat bertanya ke Dave mungkin dia tahu kenapa Fara tidak masuk sekolah hari ini. Tapi jawabannya tidak pasti sehingga membuatku terus bertanya-tanya.

"Dis! Lo kenapa sih? Kepikiran Fara?" tanya Dave. Sejak tadi pikiranku tidak fokus memikirkan persiapan untuk lomba yang tinggal hitungan hari dan soal Fara yang tidak masuk sekolah. Padahal materi lomba yang kami buat sudah setengah jadi. Setelah itu kami tinggal mempelajari lagi isi materi yang kami buat agar lebih paham dan siap untuk lomba nanti.

"Eh emm akuu, enggak kok Dave cuma penasaran aja kenapa Fara gak masuk," ujarku asal tapi entah kenapa Dave malah tertawa. Memangnya ada yang lucu?

"Sama aja kali Dis! Itu artinya lo lagi mikirin Fara," ujar Dave yang membuatku tersenyum canggung dan merasa kikuk. Eh tunggu dulu! bukan perkataan Dave yang membuat ku begitu tapi tangannya, iya entah sengaja atau enggak tapi tangannya mengacak-acak rambutku.

Biasanya kak Genta juga sering melakukan hal seperti itu padaku tapi kenapa ini rasanya....beda? Tiba-tiba aku merasakan pipiku menghangat. Jangan katakan kalau aku sedang blushing sekarang?

Dave terkekeh pelan, entah karena jawabanku yang absurd atau karena dia merasakan kecanggunganku?

"Udah, gak usah dipikirin Dis, kalo urusan Fara dah kelar dia pasti balik sekolah lagi, dijamin deh!" Aku hanya tersenyum dan mengangguk saja didepan Dave.

"Yaudah yuk!" ajak Dave tiba-tiba. Aku melongo melihatnya berdiri menungguku. Memangnya mau kemana?

"Ayo Dis ke kantin, lo gak laper apa? Dari pada mikirin hal-hal buruk mendingan ngisi perut Dis, mikir juga butuh tenaga." Dave berkata santai sambil berjalan keluar kelas. Aku berdiri dan berjalan mengikutinya dari belakang. Kalo dipikir-pikir ternyata aku lapar juga.

Saat didepan kelas ternyata ada Gerald. "Gerald?" ujarku spontan.

"Mau kemana Dis?" tanyanya.

"Ada apa Ge?" pertanyaan kubalas dengan pertanyaan. Tidak penting aku mau kemana tapi aku ingin tahu kenapa Gerald berada di depan kelasku. Apa ada hal penting terkait lomba yang ingin dia bahas sekarang?

"Sebenarnya mau ngajak kamu kerja kelompok sih bahas soal lomba, karna denger Fara gak masuk jadi agak susah juga ngehubungi kamu, jadi aku dateng kesini deh," tukasnya.

"Hmmm maaf ya Ge kamu jadi repot."

"Haha gak masalah kok Dis santai aja, oh ya jadi gimana?" tanyanya sekali lagi.

"Ak-" ucapanku terpotong bersamaan dengan datangnya Dave.

"Gak bisa, Adisha mau ke kantin," jawab Dave seenaknya. Memang benar sih niat awal ingin ke kantin, tapi kalo sudah seperti ini aku berniat mengurungkan rencana untuk pergi kesana. Persiapan lomba lebih penting dari pada urusan perut.

"Eh t-tapi Dave-" Tak sempat aku melanjutkan kalimatku Dave menyela lagi.

"Lo tuh butuh makan Dis, mikir juga butuh tenaga." pekik Dave mengulang kembali kalimatnya yang tadi seraya menarik tanganku membawaku menjauh dari Gerald.

Dan saat aku hendak melangkah menjauh, tiba-tiba saja gerakanku tertahan oleh tangan seseorang. Spontan aku menoleh kebelakang begitu juga Dave yang ikut merasakan pergerakanku terhenti.

Aku menatap Gerald dengan wajah bingung. "Nanti sepulang sekolah bisa kan Dis? Kayak biasa?" ujarnya.

"Iya Ge, bisa kok," kataku pasti. Tapi ada yang aneh, tangan kananku masih setia dipegang oleh Dave dan satunya lagi masih berada dalam genggaman Gerald.

"Ayo Dis!" Suara Dave menginterupsiku. Tanpa permisi dia langsung menarik tanganku yang masih dalam genggamannya untuk pergi menjauh. Namun sedikit tertahan karena Gerald belum melepas genggamannya.

"Ada lagi Ge?" tanyaku karna mungkin ada hal lain yang perlu dia sampaikan. Aku melihatnya menggeleng kemudian aku berkata lagi.

"Maaf ya Ge, karna sepertinya sekarang gak bisa, tapi pulang sekolah pasti bisa kok nanti kita ketemu aja ditempat biasa." Akhirnya aku mengatakan itu pada Gerald.

Dave berganti berjalan mendekat ke arahku dan Gerald.

"Udah kan bicaranya? Yuk kita pergi Dis!" ajak Dave lagi tapi sebelumnya dia yang melepaskan pegangan Gerald dari tanganku.

Entahlah! Situasi macam apa ini? Aku merasa sedikit- aneh saja. Disamping itu aku merasa gak enak pada Gerald karena menolak ajakannya tadi. Tapi Dave kekeuh mengajakku pergi ke kantin. Apa boleh buat, karena nyatanya Dave yang lebih dulu yang mengajakku.

"Oh ya Dave, soal ponsel- apa udah selesai?" tanyaku hati-hati saat kami sudah duduk disalah satu meja kantin. Sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan hal ini tapi selalu aku urungkan karena merasa tidak enak pada Dave. Dia juga tidak pernah mengungkit soal ponselku lagi sejak saat itu.

"Oohh itu... Iya Dis, hampir selesai kok," jawabnya singkat. Tapi aku masih penasaran dengan keadaan ponsel ku itu. Namun ku urungkan niat untuk bertanya lebih lanjut lagi dan akhirnya aku hanya berkata 'ooh' menanggapi Dave.

Beberapa menit aku seolah lupa dengan Fara yang tidak masuk sekolah. Tapi kembali diingatkan saat Dave memesan makanan kesukaan Fara saat makan dikantin. Padahal ini bukan pertama kali dia tidak masuk sekolah. Tapi tetap saja membuatku khawatir dan penasaran. Meski dia sering tidak masuk sekolah tapi aku tidak pernah tahu alasan apa yang sampai membuatnya harus sering absen.

Setiap aku bertanya, Fara selalu mejawab kalau ada urusan pribadi yang sangat penting sehingga tidak dapat ditinggal. Entah dia jujur atau berbohong aku tidak tahu. Tapi aku mencoba mempercayai perkataan Fara.

*****

Sepulang sekolah aku sudah berjanji ke Gerald untuk kerja kelompok. Namun ada yang berbeda saat ini, tiba-tiba saja Dave memaksa ingin menemaniku sampai selesai dengan alasan agar bisa memberitahu Fara diskusi yang akan aku dan Gerald lakukan.

Alasan yang cukup aneh menurutku tapi masih bisa diterima juga sih. Karena aku yang tidak ada ponsel sehingga agak susah kalo harus menghubungi Fara. Sedangkan Gerald, aku tidak tahu apa dia akan menjelaskan ulang ke Fara atau enggak. Tapi berhubung Dave sangat dekat dengan Fara mungkin ini bisa menjadi alternatif tersendiri untuk Fara agar tidak ketinggalan diskusi mengenai perlombaan.

"Sorry karna gue harus disini," ujar Dave pada Gerald. Tapi dari nadanya Dave aku tidak mendengar seperti penyesalan atau rasa tidak enak pada Gerald. Namun aku tidak mempermasalahkan hal itu.

Aku bisa menangkap raut keterkejutan Gerald melihat ada Dave disini. Tapi aku melihat dia berusaha bersikap biasa saja dan mungkin mencoba untuk santai.

"Gak masalah," sahut Gerald.

Setelah itu dimulailah pembahasan mengenai lomba antara aku dan Gerald. Sejak tadi Dave memperhatikan kami berdua dan sesekali dia juga ikut menyahuti dan mengajak bercanda. Yang sukses membuat suasana sedikit mencair. Suara tawa Dave sesekali pecah memenuhi ruangan ini. Beruntung sekarang sudah pulang sekolah jadi tidak akan kena marah kalau kita sedikit berisik disini.

Seperti biasa aku tidak bisa tertawa seheboh Fara tapi candaan yang dibuat Dave berhasil membuat aku dan Gerald merasa sedikit terhibur disela rumitnya tugas karya ilmiah ini. Atau lebih tepatnya hanya aku yang merasa begitu? Karena sejak tadi Gerald hanya tersenyum tipis menanggapi gurauan Dave.

Aku merasa keduanya seperti tidak bersahabat layaknya cuaca hari ini.

avataravatar
Next chapter