Kang Seul Gi membuka pintu rumah, ia melepas sepatunya dan menaruhnya dengan rapih di rak. Ia begitu lelah setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Ia tidak memiliki pekerjaan maupun tugas selain sekolah. Belajar sungguh membuatnya lebih lelah daripada berkeliling mengantar ayam goreng ataupun menari di club.
Diraihnya teko berisi air dingin dari dalam kulkas, dan ia menenggaknya tanpa memakai gelas. Matanya menangkap sebuah surat yang terletak di meja kecil, tempat biasa keluarganya makan atau menaruh camilan sambil menonton televisi. Seul Gi mengembalikan teko dan mengambil surat tersebut. Surat itu belum terbuka dan ada logo dari sekolah Do Hyon.
Saat Seul Gi hendak memberikan kepadanya ibunya namun Eomma sedang tertidur pulas. Ia tidak ingin mengganggu tidur ibunya. Seul Gi kembali menutup pintu dan masuk kedalam kamarnya. Ia merasa penasaran dengan surat itu. Kalau sampai Do Hyon melakukan kesalahan seperti membolos, bertengkar atau apapun itu. Maka kali ini, ia tidak akan memaafkannya. Pantas saja tadi pagi ia terlihat sangat baik hati.
Setelah menaruh tasnya, ia duduk dikarpet dan membuka surat itu dengan hati-hati karena ia tidak boleh ketahuan bahwa membacanya lebih dulu daripada ibunya.
Mata Seul Gi membaca dengan cermat. Hatinya mencelos membaca pemberitahuan tersebut. Ternyata ia memang terlalu berburuk sangka pada adiknya yang baik hati tadi pagi. Surat itu berisi pemberitahuan bahwa sudah 3 bulan Do Hyon menunggak pembayaran sekolah. Seul Gi terkejut karena tidak biasanya Ibunya menunggak seperti ini.
Seul Gi buru-buru mengecek buku tabungannya tapi ia memang ingat bahwa tabungannya sudah habis karena menambahkan biaya rumah sakit ibunya. Seketika Seul Gi merasa kepalanya sakit. Seul Gi buru-buru menelfon Jin Shim Eonnie.
"Seul Gi, ada apa?", tanya Jin Shim dengan suaranya yang sepertinya sedang berada ditempat yang ramai karena ia sedikit berteriak.
"Eonnie, apa kau tidak memiliki pekerjaan untukku? Apapun itu, aku akan melakukannaya. Aku sangat butuh".
"Baiklah. Aku akan memperhatikan itu. Pasti keluargamu lagi ya?", tanya Jin Shim, ia tahu bagaimana Seul Gi sangat peduli dengan keluarganya.
"Tabunganku sudah habis dan aku harus mendapatkan uang lagi karena untuk sementara toko kita tidak dapat berjalan hingga Eomma benar-benar pulih".
"Iya aku paham. Yasudah jangan khawatir, kau juga cari-cari diinternet atau keliling toko. Siapa tahu ada yang membuka lowongan walaupun sekarang bukan musim liburan. Semangat".
"Terima kasih Eonnie. Aku tidak tahu harus bagaimana tanpamu".
Jin Shim tersenyum mendengar itu, "kau ini. Aku harus kembali. Nanti akan kuhubungi kau lagi".
Telfon terputus. Namun ada pesan baru masuk dari Park Ji Min.
'mulai besok, sehabis pulang sekolah kita harus latihan'.
Seul Gi tersenyum. Ia tahu bahwa ini adalah hal yang tidak mungkin. Tapi ia sangat berharap bisa memenangkan lomba ini bersama Park Ji Min. Selain itu karena nalurinya namun hadiah yang akan mereka dapatkan dapat membantu keuangan Seul Gi. Namun memikirkan latihan bersama Jimin, membuat jantung Seul Gi berdegup lebih cepat. Seul Gi tersenyum lebar.
____
Kang Do Hyon berada di perpustakaan. Awalnya ia bingung bagaimana caranya mencari buku yang ia butuhkan namun seorang perempuan, yang sepertinya seumuran dengannya namun mereka berbeda kelas, bersedia membantunya. Perempuan itu cantik tapi belum sempat Do Hyon menanya namanya, ia sudah pergi. Ia tahu bahwa besok ia harus mencari perempuan itu di setiap kelas dan sekarang ia harus menyelesaikan tugasnya. Ini pertama kalinya ia mengerjakan tugas. Noona pasti akan sangat terkejut jika ia tahu Do Hyon berada diperpustakaan sudah lebih dari satu jam.
Hari tidak terasa sudah malam, Do Hyon baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia merasa bangga sekarang. Do Hyon beranjak pulang.
Do Hyon baru saja sampai rumah, "Eomma aku pulang".
Seul Gi bukannya menyambut adiknya malah memukul pundak Do Hyon dengan sangat kencang hingga Eomma pun terkejut.
"Darimana saja kau? pulang larut malam seperti ini. Kau fikir, rumah ini hanya tempat kau pergi dan keluar semaumu?", bentak Seul Gi, ia sangat kesal melihat Do Hyon baru pulang walaupun hal ini sudah sering terjadi namun entah mengapa seakrang ia merasa harus meluapkan semuanya.
"noona maaf, aku...".
"tidak usah menjawabku! Pergi sana dari hadapanku. Kau memang tidak pernah peduli. Kau adalah laki-laki tapi kau tidak menunjukkan bahwa kau laki-laki!".
"Seul Gi, sudahlah adikmu masih kelas tiga smp. Jangan begitu".
"Justru karena sudah kelas tiga. sebentar lagi akan sekolah menengah, Apa yang mau kau lakukan ha? membolos, bertengkar, main warnet, merokok, oh... aku tahu. Kau pasti akan mencoba minum walaupun kau belum cukup umurkan".
"KANG SEUL GI!", Eomma membentak Seul Gi, ia menariknya masuk kedalam kamar kakaknya itu.
Do Hyon hanya menunduk. Ucapan kakaknya seperti menininju ulu hatinya. Ia masuk kedalam kamarnya. Do Hyon melempar tasnya. Tugasnya keluar dari tasnya berserakan. Ia merasa sedih, dimata kakaknya ia hanyalah anak laki-laki seperti itu. Walaupun sebagian dirinya menyetujui itu. Ia sangat marah namun ia merasa kata-kata malu lebih tepat ia rasakan saat ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia membuka bajunya, mengenakan sembarangan baju lalu ia pergi dari rumah.
So Hyun mengejarnya, "kau dirumah saja. Oppa hanya kerumah Jo Hyuk dan menginap disana. Tapi jangan bilang pada Eomma atau Noona nanti mereka akan menyusul dan membawa parang haha", Do Hyon tertawa dan So Hyun mengangguk. Ia pun pergi.
Nam Jo Hyuk adalah teman Do Hyon diwarnet. Ia hanya anak culun di sekolah yang hobby bermain warnet dan game namun tidak pernah bisa menang dan selalu membayar Do Hyon untuk memenangkan untuknya. Jo Hyuk adalah satu-satunya teman Do Hyon yang anak baik-baik. Walaupun ia suka bermain warnet, itu lantaran karena orang tuanya tidak punya waktu untuk memperhatikannya.
Jo Hyuk dengan senang hati membukakan pintu rumahnya untuk Do Hyon.
"dimana orang tuamu?", tanya Do Hyon saat mereka duduk diruang tamu.
Jo Hyuk mengambilkan sekaleng cola dan memberikan pada Do Hyon, "mereka tidak pulang lagi malam ini karena ada di Amerika. Kenapa kau mau menginap?".
"Noona marah-marah. Aku tidak tahan dengan suaranya", ujar Do Hyon sembari menyesap cola. Tenggorokkannya terasa sensitif.
"hahaha justru aku rindu dimarahi. Tapi siapa juga yang mau memarahiku. Kau beruntung memiliki Noona sepertinya. Aku sering melihatnya mencarimu diwarnet".
Do Hyon biasanya selalu kesal dengan kejadian itu namun mendengar Jo Hyuk berbicara dengan nada seperti iri, entah mengapa ia juga merasa beruntung. Ia tidak tahu bagaimana rasanya berada dirumah sebesar ini dan sendirian".
"Aku pulang", suara seorang perempuan terdengar.
"Itu adikku. Dia satu sekolah dengan kita, hanya beda setahun".
Do Hyon terkejut, tidak terasa ia menumpahkan kaleng minumannya. Jo Hyuk mencicit terkejut dan buru-buru mengambil kain lap. Adik Jo Hyuk merupakan perempuan yang tadi menolongnya di perpustakaan.
"annyeong... Ternyata kau teman oppa-ku?", suaranya menyapa dengan riang.
Jo Hyuk melap cola Do Hyon yang masih saja melamun, "kalian saling kenal?", Ia menyenggol kaki Do Hyon yang segera sadar.
"ha? apa?", Do Hyon langsung jongkok dan membantu Jo Hyuk, "maaf. Aku tidak sengaja".
"Oppa.. aku akan langsung tidur", ia tersenyum dan mengangguk pada Do Hyon lalu pergi meninggalkannya bersama Jo Hyuk.
Do Hyon terduduk lemas. Ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
"ahahaha... sudah banyak yang mengejar adikku di sekolah tapi tipe idealnya terlalu perfect. Jangan berharap apa-apa padanya", kata Jo Hyuk dan ia sudah selesai merapihkan lantai.
Do Hyon menampar dirinya saat Jo Hyuk pergi untuk menaruh kain lap lagi. Ia harus mendengarkan kata-kata Jo Hyuk. Karena lelaki itu selalu jujur.
____
Seul Gi mengecek kamar Do Hyon saat pagi harinya. Adiknya tidak ada ditempat tidur. Ia sudah menduga pasti ia tidak mungkin tidur disini. Adiknya memang sulit untuk diatur. Kepalanya ingin pecah mengingat bahwa mereka lagi-lagi kesulitan dana namun Do Hyon malah berulah.
Seul Gi merapihkan kamar Do Hyon sebelum ia berangkat sekolah. Tasnya berantakan dilantai. Saat Seul Gi merapihkan, ia menyusun banyak kertas dengan tulisan tangan Do Hyon. Ini adalah tugas-tugas sekolah. Seul Gi mengecek isi tas adiknya, buku pelajaran lengkap untuk hari kemarin dan ada dua buku perpustakaan. Tanggal peminjamannya adalah kemarin. Seul Gi terduduk lemas dilantai,
Sepertinya ia sudah salah sangka pada adiknya. Ia pulang malam bukan karena bergaul atau di warnet tapi karena di perpustakaan.
"kau memang bodoh Kang Seul Gi".
____