Pria berpostur tinggi, tampan, santun serta anak dari anggota pengusaha sukses ternama dan pewaris perusahaan, dengan nomer urut pertama yang bernama Brian. Brian ternyata tangan pertama yang mensuplai barang di kantor milik Dinda. Keluarga Brian sangat terpandang di seluruh negara, kekayaannya melebihi dari apapun yang Dinda miliki. Dia juga merupakan pria yang cerdas lulusan Harvard University dengan peringkat cumlaude. Brian merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak yang pertama sudah berkeluarga yang bernama Vino dan adiknya bernama sany yang sekarang duduk di bangku SMA kelas 2.
Brian sangat memperhatikan penampilannya saat berada di manapun. Hari ini dia harus terlihat keren karena akan hadir di acara rapat para pengusaha. Dia yang akan membuka rapat pada pagi hari yang bertempat di restorant berbintang miliknya. Rapat ini membahas seputar kerjasama pemerataan barang serta peningkatan kebutuhan di berbagai negara.
Nuansa resto dengan lampu kristal berlapis emas 24 karat yang sangat berkilau, dipadu bunga-bunga disetiap sudutnya yang menimbulkan aroma kenyamanan dan sirkulasi udara yang bertukar dengan baik senantiasa menjadikan ruangan ini memberikan ketenangan.
Pelayan, aku minta semua ruang ini di dekor semewah mungkin sehingga tamu saya yang hadir nyaman jika berada disini." Ucap Brian
Siap. Pak saya akan mendekor sesuai perintah bapak." Ucap pelayan
Brian lahir dari ayah kelahiran amerika, dan ibu kelahiran bali. Brian mampu bercakap menggunakan 3 bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Jepang.
...
Wanita cantik itu telah mematung sambil melamunkan sesuatu di taman miliknya. Dia sedang memikirkan cara bagaimana bisa menolak permintaan ibunya untuk menghadiri rapat tersebut.
Satu. Dua. Tiga. Maling-maling ." teriak boy dalam rangka mengerjai Dinda sambil menepuk pundaknya
Ha? Maling, dimana malingnya?."tanya Dinda
Ini didepan mata aku. Yang sudah memalingkan hatiku jatuh terhadapnya." Ucap boy sambil tertawa
Masih aja bisa bercanda. Kamu tuh ya banyak banget ide-ide ga waras. Kata-kata ga jelas . " ucap Dinda sambil mencubit tangannya boy
Aw sakit, udah ampun Din cubitan maut. Kamu sih pagi-pagi udah melamun aja. Tar kalau kesambet gimana, ribet harus nyari pak ustadz. Kami ada masalah Din? Cerita dong sama aku." Tanya boy
Boy.
Tadi karyawan kantor Dateng kesini ngirim surat undangan. Undangan itu untuk rapat penting para pengusaha dan dipimpin oleh Brian. Kamu kenal kan Brian itu Kaka tingkat kita semasa di SMA? Aku malas sekali menganggapinya. Kira-kira tingkahnya yang konyol dengan rayuan maut saat disma dulu apa masih melekat dalam dirinya? " ucap Dinda
Oh .. jadi karena masalah itu kamu dari tadi termenung disini? Itu Kakak tingkat yang dulu kamu tolak kan? Kayanya udah berubah. Mana mungkin gayanya masih tengil. So dia udah jadi pengusaha nomer satu ditaro dimana mukanya kalau masih mengemis-ngemis cinta dari masa lalunya. " ucap boy sambil tersenyum. Eh jam berapa ini. Ngobrol terus kapan jalan ke kampusnya? Ayo din sini naik, sekarang kamu gausah bawa motor ya. Karna hari ini adalah hari spesial
Aku naik ya. Makasih boy kamu udah mau jadi tukang ojek aku. Hari spesial dan khusus jadi pelayan aku ya." Ucap Dinda sambil tertawa
Iya Dinda sayang. Hari Spesial untuk membahagiakanmu. " jawab singkat boy
Pagi ini cuaca sangat mendukung. Tidak begitu cerah maupun mendung. Terlihat alam semesta ikut andil bahagia dalam kebersamaan dua sahabat itu. Burung-burung acap kali berdampingan mengikuti arah motor yang dikendarai boy. Lalu lalang pengendara bermesin dihari ini tidak sepadat biasanya. Jalanan terlihat lenggang seakan dunia milik berdua. Jarak tempuh pun lebih cepat dari hari lain.
Sudah sampai. Silahkan turun taun putri, Dinda Permata. Calon masa depan ku. Ucap boy sambil tersenyum jail
Makasih pangeran cicak. " jawab dinda
Boy menurunkan Dinda tepat didepan pintu kampus. Ia membelokkan motornya untuk diletakkan diparkiran. Lalu menghampiri Dinda yang sudah menunggunya.
Din. Ayo masuk, kenapa sepi banget ya kampus tumben. " tanya boy
Iya. Apa jangan-jangan sekarang tanggal merah?" tanya balik Dinda
Bukan Din. Gaada tanggal merah dibulan ini." Jawab boy sambil melihat arlojinya
Boy.
Bentar jangan masuk dulu ya. Mau cek hp dari kemarin blm sempet liat karna ketiduran. Satu pesan WhatsApp Diberitahukan bahwa kegiatan belajar dan mengajar saat ini ditiadakan karena kabar duka dosen kita yang tercinta Mr. William telah berpulang ke Rahmatullah. Pukul 06.00 pagi. Sekian dan terima kasih. Pantesan aja sepi ini kampus. Kita melayat ya boy kerumah Mr William. Ini ada yang share loc." Ucap Dinda
Demi apa? Mr William yang ngasih nilai nya auto A itu kan? Yaallah orang baik diambilnya begitu cepat semoga tenang di sisimu. " ucap boy. Kita keparkiran bareng aja ya Din. Bair langsung
Okay boy. "ucap Dinda
Ternyata lokasi tempat kediaman duka sangat jauh sekitar satu jam tiga puluh menit waktu yang tertera di aplikasi ponsel milik Dinda. Jalannya tidak pernah dia lalui. Sering kali Dinda bertanya kepada temannya yang sudah sampai dikediaman duka. Diujung jalan ada wanita yang Dinda kenal sedang melambaikan tangan. Setelah didekati benar dia Christi, temannya yang sedari tadi menjadi peta jalan.
Boy itu didepan Kamu liat ada Christi. Dia melambaikan tangan. " ucap Dinda
Berarti itu ya rumah Mr. William?."tanya boy
Yap. Kamu benar." Ucap Dinda
Boy dan Dinda bersalaman dan turut mengucapkan belasungkawa pada istri dan anak Mr William. Mereka disana hanya sebentar karna mengingat Dinda ada rapat pagi ini.
Boy. Kita langsung berangkat ke resto ya. Kamu temenin aku rapat di resto nya Brian. " ucap Dinda
Aku ikut juga gitu disebelah kamu? Kan aku bukan bagian dari pemilik bisnis? Emang gapapa?" tanya boy
Gapapa. Disebelah aku aja nanti duduknya. Lagi pula pasti orang-orang tidak akan memperhatikannya secara mendetail siapa kamu." Ucap Dinda
Nanti kamu keganggu lagi mau ketemu masalalu termanis. Aku gangguin." Ledek boy
Buat kamu aja sana. Ambil tuh Brian. Aku sih no. Ya " ucap Dinda
Kamu bisa aja. Masa jeruk makan jeruk. Aku normal kali masih suka sama wanita. Bukan laki-laki yang stres gitu." Ucap boy
Yaudah kalo gitu. Nanti tutup mulut aja. Jangan bikin aku malu didepan orang seperti Brian." Ucap Dinda
Kembali Dinda menggunakan smart phone nya untuk mencari peta lokasi dimana resto itu berada. Di smart phone menunjukkan tidak jauh dari lokasinya saat ini dia berada sekitar 20 menit. Dinda menyalakan speaker untuk penunjuk jalannya. Jalanan yang dia tuju saat ini tidak banyak celah beloknya. Tepat resto milik Brian berada dijalan utama, tempatnya yang strategis dan bangunan yang sangat besar, jika diprediksi sekitar kurang lebih satu hektar. Tamu undangan yang datang banyak sekali menggunakan mobil mewah. Sedangkan hanya dinda yang menggunakan motor. Mau gimana lagi ini juga karena dadakan.
Boy. Ingat pesan aku yang tadi ya. " ucap Dinda
Beres Dinda. Serahkan sama aku. " Ucap boy