webnovel

KELAPARAN

1. Kelaparan

Ketika senja datang, matahari berlalu dengan cepat.

Kanaya membaringkan tubuhnya, karena sudah seharian lelah bekerja.

Otak dan raga nya seolah kompak merasa kelelahan.

Kemudian, ia langsung beranjak saat suara perut nya berbunyi kencang dan berulang beberapa kali tak berirama.

"Duh, pake lapar segala lagi. Huuft!!" Keluh Kanaya, meremas perut dengan keras.

"Aduuh, dompet ooh dompet, kenapa kamu nggak pernah mengerti isi perut ku sihh." Gerutu Kanaya dengan memelas dan menggaruk garuk kepala dengan kasar, seolah putus asa.

Lalu, Kanaya bergerak secepat kilat, membuka laci satu per satu dan ia pun akhirnya menemukan sesuatu, dari laci paling bawah sebelah kanan nya.

"AHHHH, untung aja masih ada kamu.. kamu jangan cepat menghilang ya. Tapi kalau kamu aku makan hari inu, berarti besok kamu nggak ketemu lagi dong sama aku?" Ucap Kanaya pada sebungkus indomie rebus berwarna hijau, seraya memeluk dan mencium bungkusan itu.

Cekleeek! (Suara pintu terbuka)

"Woi! Nay..! Udah gila lo ya?" Kata seorang gadis berambut coklat terurai begitu saja, bertubuh singset, ia bernama Deby, yang adalah sahabat kost Kanaya sewaktu ia sedang susah.

Kanaya melirik tajam ke arah datang nya Deby yang tanpa permisi lebih dulu, lalu ia berkata, "Heh! Datang tuh ngasih salam dulu!" Protes Kanaya dengan wajah sinis.

"Hahaha, ahh ngemeng apaan sih lo!" Sahut Deby, tak menggubris protes dari Kanaya.

Malahan Deby memegang jidat sahabatnya, lalu membandingkan degan ketiak milik Deby.

"Yey!! Lu kira jidat gw setara sama panas nya ketek lu! Ada gila-gila nya juga nih manusia." Ucap Kanaya, dengan nada melemas, tak bersemangat.

Lalu Kanaya langsung membaringkan lagi tubuhnya pada kasur kost dengan seprei yang sudah agak bulukan, tak lupa juga ia memeluk indomie.

"Nahh, nah.. yang gila kaya nya bukan gue deh. Lu sih udah parah sakit nya.

Orang lapar itu makan woi! Bukan tidur sambil melukin indomie." Ujar Deby seraya berkecak pinggang. Karna Deby tak bisa berpikir dengan otak normal nya, ketika melihat teman nya yang sudah tidak normal lagi.

"Gue udah mau mati nih rasanya. Terus, kalau gue mati, tolong kuburin gue, pas di depan kamar lu ya, Deb!" Kata Kanaya dengan suara yang hampir hilang dan tiduran lepas menutup mata nya rapat.

"Pas banget depan pintu kamar gue? Nanti kalau di omelin Bu Kokom gimana? Masa mayat lu dibongkar lagi sih?" Sahut Deby, meladeni ocehan Kanaya yang semakin ngaco.

Kemudian, Kanaya diam tak berkata-kata lagi.

"Nay, jadi lu mati beneran nih?? Inalilahi wainalilahi rojiun." Ucap Deby, sambil membasuh wajah nya dengan kedua tangan, sambil berdiri menatap tubuh Kanaya yang terkapar tak berdaya.

BUUK!! (Kanaya melempar bantal, tepat mengenai wajah Deby.)

"Woii! Hidup lagi lu?" Kata Deby yang berpura-pura terkejut melihat kedua mata sahabat nya kini terbuka lebar, menatap nya setajam silet.

"Jadi lu seneng liat gue mati, Deb? ANJRIT! Temen apaan nih kaya gini?! Temen mau mati di dukung aja..!" Lagi lagi, Kanaya protes saat mendengar jawaban Deby yang membuat nya kesal.

"Laahh, lu jadi mau mati apa nggak sih? Jangan ragu-ragu dong, nanti malah kesan nya lu cuma main-main aja. Nggak ada keseriusan nya!" Kata Deby yang semakin memberikan mimik wajah serius, tanpa senyum.

"Mendingan lu keluar deh!" Ucap Sanaya, cemberut, indomie di tangan seolah tak bisa lepas dari genggaman nya.

"Keluar kemana sih, San? Nyariin kain kafan buat lu?" Ledek Deby, yang masih terus berlanjut. Ia pun berusaha berkata tanpa tertawa atau tersenyum sedikit pun.

"Aargghh!! Gue lapar Deby!!!" Teriak Sanaya yang seolah semakin bertambah gila setiap sahabat nya berkata kata.

"Ya ayoo makan Kanaya Gayatri Arumi!! Anak orang kaya tapi sayang nya punya otak yang super duper bego milih, karna lebih memilih ngekos dan hidup susah susah kaya gini!!" Kata Deby, yang ketika kesal selalu menyebutkan nama lengkap sahabat nya itu.

"Uugh! Itu kan pilihan hidup gue, jangan di bahas deh saat gue lagi laper gini, jadi kebayang bayang steak, lasagna, emmm..," jawab Kanaya, sambil mengecapkan lidah, dan menatap kosong pada langit-langit kamar yang penuh dengan debu.

"Woii! Gorengan yang dua ribu dapat tiga ajau nggak bisa beli! Pake ngebayangin makanan aneh-aneh gitu." Sahut Deby sambil mengusap kasar, wajah Kanaya yang sedari tadi tidak waras lagi.

"Chesse burger, Sushi, Rame..," ucap Sanaya masih melanjutkan hayalan nya.

Kemudian, Deby langsung menarik tangan Sanaya dengan sangat kasar, "Jangan kebanyakan menghayal, bukan nya mati! Malah jadi gila! Gue juga yang malu kalau punya temen gila..!" Omel Deby, sambil menarik tangan Kanaya untuk keluar dari kamar.

***

"Bang bakso telur 2 porsi." Deby memesan pada gerobak bakso yang mangkal di seberang kost nya.

"Tiga bang!" Celetuk Kanaya tanpa rasa bersalah, dan tanpa konfirmasi lebih dulu dengan Deby.

"Lah kok tiga?" Tanya Deby heran, ia mengernyitkan dahi dan menyipitkan mata.

"Hehehe, iya kan gue dua porsi Deby sayang, Ya.. Ya.. Ya..!" Kanaya berusaha keras merayu Deby, dengan menampakan wajah super memelas nya."

"Bangkrut deh gue! Hadeeh!" Kata Deby yang sebenarnya tapi ikhlas, tapi juga tak tega pada wajah Sanaya

Mendengar hal itu, Kanaya pun merasa lega, karna bisa dapat makan gratis dengan porsi double, ia memberika senyum super lebar pada Deby.

"Eh, tapi ini bayar ya pas lu gajian!" Celetuk Deby.

Yang tiba-tiba saja membuat senyum Sanaya pun tergelincir.

"Yaelah, pelit amat sih sama sahabat sendiri. Jangan pelit-pelit kek! Nanti jadi perawan tua lu." Kata Kanaya yang sedikit memaksa.

"Iih, apa hubungan nya jadi perawan tua sama lu makan gratis, pet?!" Gerutu Deby, sambil melipat tangan di dada.

"Umur gue sama lu aja, masih tuaan lu, yang jadi perawan tua elu dong?!" Lagi ucap Deby, sambil mencibir kearah Kanaya.

Seolah tak peduli pada ucapan Deby, Kanaya langsung membawa dua bungkus bakso yang sudah ready, langsung menjadi hak milik nya.

"Woi, itu 1 punya gue kali." Teriak Deby saat Sanaya langsung lari kearah kost.

Kanaya pun berteriak dan menjawab, "lu pesen aja 1 bungkus lagi. Ini gue mau makan semua sambil kunci pintu. MAKASIH YA Pet!"

Dengan sangat terpaksa, Deby akhirnya memesan 1 bungkus bakso, dengan total bakso 3 bungkus yang harus di bayar semua oleh Deby.

"Mba Kanaya lapar banget kali itu, Mbak!" Celetuk tukang bakso langganan Kanaya dan deby, sambil cekikikan melihat tingkah Kanaya.

"Itu sih bukan lapar, Bang." Ujar Deby, yang langsung menolak ucapan tukang bakso.

"RAKUS DIA!" Ketus Deby, sambil cemberut.

Next chapter