79 Saya Tidak Terima Bentuk Ucapan Terima Kasih Lainnya

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Rong Jia Luo terpana dengan tebakan pemuda itu. Dia termenung sejenak sebelum berkata dengan jujur, "Err ... Aku benar-benar penasaran tentangmu …."

"Tidak usah penasaran!" Gu Xi Jiu menyela, "Yang terjadi di antara kita hanyalah suatu transkasi, Yang Mulia. Anda membantu saya menawarkan gelang ini dan sebagai imbalannya, saya menyembuhkan penyakit Anda. Bila Anda sembuh nanti, itu berarti kita sudah selesai sudah impas. Jadi, Anda tidak perlu tahu nama saya siapa."

Rong Jia Luo berdeham, "Jika kamu bisa menyembuhkan penyakit kronisku, artinya kamu adalah penyelamatku. Gelang itu tidak ada artinya dibandingkan dengan membayar hutang budiku padamu, jadi aku ingin …."

"Satu juta!" Gu Xi Jiu tiba-tiba mengucapkan dua kata.

Rong Jia Luo pun kaget, "Hah?"

"Jika Anda merasa menyesal, bayar saja satu juta ons perak setelah saya menyembuhkan penyakit kronis Anda." Gu Xi Jiu berkata acuh tak acuh sementara jemarinya memutar-mutar sebuah jarum perak dengan enteng, "Selain itu, saya tidak mau terima bentuk ucapan terima kasih lain dalam bentuk apa pun."

Rong Jia Luo merasa seolah dirinya tersedak, "Ini …."

"Jika Anda tidak bersedia, abaikan saja yang saya katakan." Gu Xi Jiu tidak memaksanya karena itu adalah syarat tambahan. Bahkan jika sang Putra Mahkota menolaknya, bukan berarti dia melanggar janji.

Rong Jia Luo tidak mengatakan apa-apa lagi.

Sebagai seorang putra mahkota, dia benar-benar mampu menyediakan satu juta ons perak, karenanya, dia setuju.

Karena Gu Xi Jiu mendapat uang tambahan, dia pun berkata dengan perasaan senang di dalam hatinya, "Yang Mulia, kita harus menusukkan tiga jarum lagi. Jarum yang baru saja saya tusukkan ini hanya menahan penyakit anda ditempat, dan kita perlu menusukkan tiga lagi untuk menyingkirkan semua sisa-sisa racun dari tubuh Anda."

Agar penyakitnya itu dapat disembuhkan, Rong Jia Luo pun menggertakkan gigi dan kembali menyentuh dirinya sendiri.

Meskipun begitu, dia juga bertanya, "Bisakah kamu memberi tahu begitu tiba waktunya menusukkan jarum?"

"Tidak! Peluang seperti itu mudah hilang, kita tidak punya waktu untuk melakukannya." Gu Xi Jiu menjawab dengan dingin.

Baiklah! Mestinya tidak akan ada masalah apa-apa karena dia pasti akan tahu juga.

Waktu pun perlahan berlalu. Setelah sekitar satu jam kemudian, Gu Xi Jiu akhirnya menusukkan jarum terakhirnya.

Setiap tusukan jarum terasa seperti serangan mendadak, dan rasa sakit yang ditimbulkan dari tiap tusukan itu terasa sangat dahsyat.

Biarpun begitu, Rong Jialuo memang benar-benar seorang pria yang tangguh. Dia tidak tersentak sedikit pun selama tusukan beberapa jarum terakhir.

Ketika akhirnya Gu Xi Jiu menusukkan jarum terakhir, dia merasa lega. Lalu, tiba-tiba dia berpaling ke bagian punggung Rong Jia Luo dan menampar dengan cepat pada beberapa titik di punggung pria itu dengan kedua tangan mungilnya.

Beberapa berkas cahaya menerobos dan jarum-jarum perak keluar cepat bersamaan dari dada Rong Jia Luo.

Dengan tangan kecil Gu Xi Jiu yang seolah memanggil mereka, beberapa tusuk jarum perak jatuh ke telapak tangannya dan seekor cacing terlihat menggeliat-geliat di ujung jarum itu.

Cacing itu panjangnya hanya setengah inci, tetapi ujungnya tebal, bagian mulutnya seperti jarum, matanya semerah darah dan seluruh tubuhnya dikelilingi cahaya biru misterius. Cacing itu tampak sangat aneh dan mengerikan.

"Jadi, ini namanya racun Tian Ming?" Rong Jia Luo tidak bisa memercayai apa yang dia lihat. Inikah mahluk kecil yang telah menghalangi latihan ilmu bela dirinya selama dua tahun terakhir?

Gu Xi Jiu sedikit mengguncangkan cacing itu di ujung jarum. Cacing itu mencicit dan mengangkat kepalanya, hendak menggigit.

"Mati kau dalam api!" Gu Xi Jiu melemparkan cacing beserta jarum itu ke atas selembar kertas putih.

avataravatar
Next chapter