# Chapter 5 #
Tiba - tiba pagi ini aku menerima telepon dari Pak Herman. Aku lupa siapa Pak herman dan tak terbersit sekalipun bayangan
beliau ada dibenakku
" Halo...ini Dewi ya " terdengan suara berwibawa diseberang sana
" Iya ..ini siapa dan dari mana ? tanyaku sopan dan beruntun
" Oh..saya Herman.. dari Dinas Perindustrian yang 3 minggu lalu datang ke Perusahaan ini ?
" Oh..iya saya ingat..ada apa ..Pak ? " tanyaku ramah
" Bagaimana ..keadaan Perusahaan, apakah ada kendala dengan karyawan ? "
" Oh.. tidak ada Pak " kataku agak heran
" Okelah kalau begitu ..nanti kapan- kapan saya mampir... lagi " katanya
" iya ..pak ..mampirlah kalau Bapak ada waktu " kataku sekedar basa basi
Dan pembicaraan itu terputus begitu saja. Saya sudah melupakan kejadian itu. Hari -hariku seperti bisa disibukkan dengan
mengurus masalah karyawan dan adminitrasi kantor, sampai suatu ketika
"Bu... ada tamu Pak Herman " kata Pak satpam melapor padaku
" Oh.. iya Pak suruh masuk " kataku
" Pagi ..Dewi ? " kulihat seraut wajah yang kukenal muncul dari balik pintu
" Pagi .. Pak Herman ..silahkan duduk " kataku sambil menyilahkan beliau duduk
" Apa ..kabar " katanya sambil menjabat tanganku dengan erat.
" Baik..bagaimana dengan Bapak " kataku balas bertanya dengan sopan
" baik " katanya sambil tersenyum
Di usianya yang kira-kira 40 tahun Pak Herman cukup tampan menurutku..orangnya tinggi dengn body tidak begitu gemuk
alias atletis .. kulitnya cukup putih untuk ukuran seorang
laki-laki, tidak seperti kebanyakan laki -lki yang kukenal, beliau tidk memelihara kumis dan berpakaian perlente dan modis,
walaupun dalam pakain dinas.
Hari itu kedatangan beliau hanya untuk pengecekan rutin saja. Dan kami pun terlibat pembicaraan diluar masalah
kantor..ternyata Pak Herman orangnya menyenangkan
dan humoris. Selanjutnya aku dan pak Hermasn sering bertemu dikantor. Dan akhirnya tanpa kusadari ada perasaan yang tidak
dapat aku hindari...aku mulai menyukainya. Tak dapat kugambarkan dengan kata - kata bagaimana aku bisa menyukainya.. dan
sepertinya gayungpun bersambut., Pak Herman juga menyukaiku.
Kepada Pak Mussawir aku ceritakan hal ini..dan dia tertawa
" Mengapa ..dia " katanya sedikit terkejut
" Aku tak tahu..sepertinya aku terobsesi bagaimana sich, merasakan dekat dengan seseorang "
" dekat ..bagaimana , punya istri maksudmu " kataPak mussawir sambil tersenyum
" iya..aku penasaran bagaimana seseorang bisa beralih ke lain hati, padahal rumah tangganya bahagia " kataku sembari
membayangkan diri Pak Herman dan tersenyum sendiri.
" Wah..gawat nich..Dewi ! " sambil mengeleng kepala Pak mussawir memandangku tajam.
" Pak..aku sungguh dibuat penasaran dan ada sensasi tersendiri " kataku tergelak
" Aduh.. wi.. kenapa harus dia ?" katanya sekali lagi
" Ngak .. tahu Pak..dan dia juga sepertinya menyukaiku " kataku dengan yakin
Pak Mussawir hanya bisa terdiam mendengar penjelasanku. Dia tidak tahu harus berkata apa dan bagaimana menghadapi
ceritaku ini.