webnovel

Selenophile.

10 tahun sekali akan terjadi peristiwa bulan emas peristiwa itu tentunya tidak diketahui oleh orang-orang biasa, bulan emas hanya bisa terlihat oleh orang-orang yang terpilih dan mereka harus merahasiakan peristiwa itu, jika tidak maka sesuatu yang besar akan terjadi dan orang yang dipilih oleh orang terpilihlah yang akan terkena dampaknya.

Avench_Vinchi · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

empat

'Ayo Charlotte mikir-mikir apa yang harus lo lakuin ayo dong' paksa Charlotte kepada dirinya sendiri untuk berpikir.

.

.

.

.

.

.

.

Tidak ada waktu! Charlotte memakai earphonenya di kedua telinganya yang tadinya hanya ditelinga kanannya saja.

Kemudian ia melanjutkan membaca novelnya berpura-pura tidak dengar jika ada yang masuk.

Charlotte fokus membaca novelnya dan menaikan volume musik agar tidak mendegar apapun.

Charlotte merasakan jika pangeran kedua yang bernama Xavier itu sudah berada di sampingnya tapi ia tidak peduli dan berharap Xavier itu pergi dari kamarnya.

Hah! Memikirkan soal nama, banyak sekali nama yang harus ia hafal disini bahkan Charlotte disuruh membaca silsilah kerajaan agar tidak dicurigai, untungnya dia berotak jenius jadi bisa menghafal dalam sekali baca. Tapi itu sangat melelahkan!

Membalikan halaman novelnya agar terlihat seperti sedang benar-benar membaca itu yang Charlotte lakukan padahal ia belum membaca halaman itu sama sekali.

Tanpa Charlotte duga, Xavier malah mengambil novel yang sedang Charlotte pegang.

Seketika itu juga Charlotte melepaskan earphone dari kedua telinganya dan menatap tajam kearah Xavier.

"Aku tidak suka di abaikan" ucap Xavier sambil menatap datar kearah Charlotte.

"Aku tidak mengabaikanmu, aku tidak tahu kau ada disini" kata Charlotte berbohong.

"Bukankah aku sudah memanggil mu berkali-kali"

"Aku tidak dengar, tidak kah kau lihat aku sedang mendengarkan musik" ujar Charlotte sambil memperlihatkan earphonenya.

Xavier malah menunjukan wajah bingungnya.

"Kau pikir aku bodoh, tidak ada pertunjukan musik disini"

Charlotte menatap Xavier tak percaya, tetapi beberapa detik kemudian ia menyadari kebodohannya.

Mana mungkin Xavier tahu apa yang Charlotte gunakan untuk mendengarkan musik.

Charlotte memasangkan earphonenya di telinga Xavier masih dengan sisa lagu yang Charlotte dengar dan belum sempat dimatikan.

Setelah itu Charlotte melepaskan lagi earphonenya dari telinga Xavier.

"Sudah percaya?" tanya Charlotte mengejek.

Berbeda dengan raut wajah Xavier yang kaget.

"BENDA APA ITU! KAU MEMBERIKAN SIHIR APA?"

Astaga, mana mungkin Charlotte bermain dengan sihir, dirinya terlalu sibuk dengan belajar baik akademik maupun non-akademik.

Tidak ada waktu untuk memikirkan atau mencoba hal yang bahkan tak ia percayai sebelum Charlotte sampai disini dan melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Ini bukan sihir Xavier! Ini itu alat elektronik" jelas Charlotte sambil memegangi telinganya yang terasa ingin pecah.

'Gak bisa apa orang-orang disini tuh ngomongnya nyantai aja gak perlu teriak-teriak' batin Charlotte.

"Sudah tidak perlu basa-basi ada apa kau disini" tanya Charlotte.

"Charlotte, mengapa penyanyi itu bisa terjebak disana? Kita harus menyelamatkannya tempat itu kecil.dan sempit pasti dia tersiksa" ujar Xavier.

Oh Tuhan! Tambahkan Charlotte stok kesabaran, agar tidak menendang Xavier ke luar angkasa.

"Dia tidak terjebak Xavier, ini adalah rekaman lagunya" ucap Charlotte yang bingung bagaimana cara menjelaskannya kepada Xavier.

"Benarkah?" tanya Xavier dengan raut wajah yang khawatir.

Apa? Khawatir? Astaga, apakah semua orang disini akan bereaksi sama seperti Xavier.

"Iya benar, ini adalah salah satu bukti dari kemajuan teknologi"

"Tek..tek apa? Tekelonogi? Apa itu?" tanya Xavier dengan wajah bodohnya.

Kemana raut wajah dan aura dinginnya yang diperlihatkan Xavier saat pertama kali? Apa itu semua hanya pencitraan agar Charlotte takut?

"Teknologi, bukan tekelonogi" ulang Charlotte.

"Sudah tidak perlu dibahas, ada apa kau kesini?" lanjut Charlotte.

"Aku hanya ingin bertanya bagaimana keadaanmu apakah masih ada yang sakit?"

Yaampun! Hanya ingin bertanya itu? Ingin sekali Charlotte membunuh dirinya sendiri sekarang jika tidak ingat dengan dosa.

👻👻👻

Keesokannya Charlotte masih tidur di kasurnya dengan nyaman setelah melewati hari yang sangat panjang dan melelahkan.

Suara-suara alam seperti ayam berkokok dan angin yang menghembus dengan kencang tak bisa membangunkan Charlotte sama sekali.

Mungkin karena terlalu lelah.

"Nona bangun nona....nona bangun hari sudah pagi nona bangun"

Sudah 5 menit pelayan itu membangunkan Charlotte.

Namun Charlotte tak bergeming sama sekali dari tidurnya. Dia terlalu lelah untuk bangun dari tidurnya.

Pelayan yang tadi membangunkan Charlotte mulai merasa panik karena Charlotte tidak kunjung bangun.

Tanpa pikir panjang pelayan itu pun melaporkan tentang Charlotte yang tidak bangun kepada raja Orlando, karena pelayan pikir bahwa nonanya itu pingsan.

"Hormat hamba Yang Mulia raja semoga kebahagian selalu menyertai anda" salam pelayan Charlotte.

"Ada apa?" tanya raja Orlando, karena tidak biasanya ada pelayan yang memberikan laporan di pagi hari.

"Hamba melapor Yang Mulia, nona sejak tadi tidak bangun dari tidurnya Yang Mulia, hamba takut jika nona kenapa-kenapa Yang Mulia" ujar pelayan itu sambil menundukan kepalanya.

"Baiklah, kau panggilkan tabib untuk ke kediamannya nanti aku menyusul kesana" perintah raja Orlando.

"Baik Yang Mulia, semoga kebahagiaan selalu menyertai anda" pamit pelayan itu mengundurkan diri.

Sementara di kamar Charlotte, tabib sudah datang bersama dengan pelayan Charlotte.

Tinggal menunggungu raja Orlando datang baru pemeriksaan bisa dimulai, entah kenapa tapi memang sudah peraturannya seperti itu.

"Yang Mulia raja dan Yang Mulia pangeran kedua mengunjungi nona Charlotte!" teriak penjaga yang berada di depan kamar Charlotte.

Charlotte tersentak dan bangun dari tidurnya karena mendengar suara teriakan itu.

Charlotte membuka matanya dan duduk dikasurnya, nyawa Charlotte yang masih belum terkumpul sepenuhnya, belum menyadari kehadiran keempat orang yang berada di samping tempat tidurnya.

Tangan Charlotte meraba-rana ke meja yang ada di dekat tempat tidurnya mengambil jam tangan yang ia letakan disana semalam.

Matanya yang semula masih setengah tertutup kini terbuka dengan jelas.

Jarum pendek yang menunjukan ke angka 7 dan jarum pamjang ke angka 3.

"Astaga sekolah" ucap Charlotte terkejut, tanpa menyadari bahwa ia tidak berada di kamar aslinya.

Orang-orang yang berada di samping tempat tidur Charlotte memperhatikan aktifitas Charlotte tanpa ada yang mengeluarkan suara sama sekali.

Charlotte langsung berdiri dan saat ia menoleh kesamping, ia terkejut dengan orang-orang yang berada disana.

'Oh iya gue lagi gak di dunia nyata' batin Charlotte yang baru menyadari.

"Kalian sedang apa disini?" tanya Charlotte.

"Pelayanmu bilang kau sakit karena saat di bangunkan kau tidak bangun, maka dari itu kami panggilkan tabib" ucap raja Orlando.

Charlotte menatap ke arah pelayannya dengan tersenyum miris.

Bego banget punya pelayan, pikir Charlotte.

"Ah tidak, aku tidak sakit Yang Mulia aku hanya kelelahan jadi ingin tidur lebih lama saja" ujar Charlotte.

"Begitu ya, baguslah kalau kau tidak sakit, berhubung aku ada disini aku sekalian ingin menyampaikan, kau diundang untuk makan siang di ruang makan nanti" kata raja Orlando.

"Baik Yang Mulia"

"Kalau begitu kami kembali"

Charlotte sedikit membungkuk kan badannya untuk memberikan penghormatan.

Tabib, pelayan, dan raja Orlando pun sudah keluar.

Kini tinggal Xavier dan Charlotte yang berada di ruangan itu.

"Kau ada urusan apa?" Tanya Charlotte.

"Tidak ada, aku hanya ingin memastikan kau benar-benar tidak sakit" jawab Xavier.

"Aku sangat sehat Xavier kau keluar lah" usir Charlotte.

BERSAMBUNG.....