webnovel

Sekretaris Tampan ini Miliku

"Sekretaris tampan ini miliku!" Jessica Hartanto mengeraskan hatinya setelah kehilangan cinta pertama dan ibunya. Hanya bermain-main dengan para pria, hatinya malah tertawan oleh sekretarisnya sendiri. Latar belakang dan rahasia sang sekretaris, juga para pria yang belum lelah mengejarnya membuat segalanya sulit untuk Jessica. Masalah dan skandal menghujaninya. Sebuah pengkhianatan bagaikan palu besar yang mencoba memantek semua luka dihati Jessica. Jessica harus memilih menjadi gadis jahat untuk mempertahankan dirinya dan semua yang dia sayangi, atau melepaskan segala cinta serta kepahitan dihatinya dan hanya menjadi wanita bodoh. Hidup dengan berharap dia bukanlah tokoh utama agar luka dan kepedihan diangkat daripadanya. Namun kehidupan hanya memiliki satu peran untuknya, yaitu untuk selalu menjadi yang utama. “Aku pemeran utama disini, entah aku harus menjadi baik atau jahat. Kau hanya akan tahu saat aku menyelesikan semuanya."

Rynn_ · Urban
Not enough ratings
139 Chs

Tinggalah sebentar lagi..

"Ini sudah lebih dari satu jam, lebih lama dari pada biasanya. Apa tidak masalah?"

Hans mencoba menyusul Jessica yang saat ini sedang jogging. Gadis itu tampak menawan dengan peluh di pelipisnya. Pakain traning yang sederhana membungkus tubuh proporsionalnya dengan pas.

"Bukankankah jadwalku hari ini mulai pukul 10?" ia melirik geard di lenganya, pukul 9 lewat seperempat. "Ayolah aku sedang bersemangat sekarang," Jessica menambahkan kecepatan larinya dan meninggalkan Hans.

Hans hanya bisa pasrah, apa yang bisa dia lakukan untuk melawan gadis itu?

Jessica sempat mamalikkan mukanya saat berlari, dengan senyuman puas ia melambai pada Hans dibelakang. Namun saat gadis itu berbalik, ia terkejut dengan orang didepannya dan jatuh bersamanya.

Begitu cepat terjadi, Hans segera berlari mendekat dan membantu Jessica untuk berdiri. "Kau baik-baik saja?"

Disisi lain, orang yang ditabrak oleh Jessica mengerang sembari membersihkan lumpur dari pakaiannya. "Ah, sial." Pria itu mengumpat dan memandang Jessica dengan berang. "Kau punya mata? Pakai matamu itu dengan baik. Kau tahu, hidup seseorang bisa di tentukan karenanya."

Sebelum Jessica bahkan sempat untuk membela dirinya, Hans sudah terlebih dahulu memberi pembelaan. "Maaf Tuan, disini bukan hanya Anda yang dirugikan. Kau tidak lihat bagaimana keadaanya?"

Pria itu tidak apa-apa, hanya lumpur disana sini karena ia jatuh di tanah. Sedang Jessica terjatuh di aspal taman. Sikunya tergores berdarah dan sepertinya ada masalah dengan lututnya.

"Luka kecil itu tidak akan memberikan pengaruh apapun pada hidupnya, tapi noda pada pakaian ini akan menentukan hidup orang." Pria itu tetap pada argumennya, masih tidak terima dengan apa yang terjadi.

"Kau tidak tau-"

"Aku minta maaf," kalimat itu dengan lancar keluar dari mulut gadis itu memotong apa yang hendak Hans sampaikan.

"Apa?" Hans menggeram dengan apa yang terjadi. Ia sudah ingin meledak rasanya, kenapa Jessica bisa sedemkian santainya?

"Tidak apa-apa, ini salahku Hans. Aku yang berlari tanpa tau kemana arahnya dan aku memang tidak melihat dia. Aku bersalah." Jessica segera berkata-kata sebelum ia didului lagi oleh Hans.

Hans tidak percaya bahwa gadis itu mau mengakui kesalahannya. Sejak kapan ia bersikap rendah hati seperti ini? Gadis itu hampir tak pernah mengucapkan maaf sebelumnya, ia selalu punya kata-kata lain untuk mempertahankan dirinya.

Hans ingin membelanya, ia tahu Jessica tidak bersalah. Namun gadis itu bahkan tidak memberikan dirinya kesempatan. "Lepaskan jasmu, Hans!"

Hans tidak mengerti apa yang Jessica perintahkan padanya. "Kenapa aku harus melakukannya?"

"Lepaskan dan berikan padaku." Gadis itu menuntut dengan tatapannya.

Mau tidak mau Hans melepaskan jasnya dan memberikannya pada Jessica. Masih tak mengerti apa yang akan dilakukan gadis itu.

Jessica menerima jas itu ditangannya, segera meraih tangan pria 'bernoda' itu dan memberikan jas hitam milik Hans ketangan pria itu. "Mohon terima ini sebagai permintaan maafku. Aku harap ini cukup untuk menutupi noda pada pakaian Anda."

Pria itu menimbang sejenak, ia melirik jam ditanganya. "Akan aku terima ini." Ia membalas tatapan tajam Hans yang sedari tadi menghujaninya. "Jaga baik-baik kekasihmu itu, Ok!" Pria itu kemudian segera pergi berlari memotong taman, sepertinya terburu-buru mengejar sesuatu.

Hans ingin mengejar pria itu tapi ia tidak mungkin meninggalkan Jessica.

Jessica memeriksa siku dan lututnya. Ia pikir ini memang bukan masalah besar, ia masih bisa menggerakan kakinya. Tak ada keluahan yang keluar dari mulut Jessica, ia mengambil botol air minumnya dari tangan Hans, menuangkan air pada saputangannya dan menyeka luka di sikunya.

"Kau masih ingin berlari? Lukamu berdarah dan aku yakin kakimu tidak baik-baik saja."

"Berikan aku satu putaran lagi, setelah itu kita selesai disini." Jessica mengambil langkah untuk berlari lagi, sebelum Hans dapat mencegahnya.

Hans mencoba menahan amarahnya. Ia sungguh tidak mengerti dengan Jessica hari ini. Hans menelpon seseorang, "tolong carikan sesorang untukku …," kali ini ia sendiri yang akan menyelesaikan masalahnya dengan si pria 'noda pada pakaian'.

***

"Ah, tolong hati-hati dengan lukanya." Jessica benci diobati, perihnya lebih menyakitkan dibandingkan rasa sakitnya itu sendiri. Ia benci dengan betadine, alcohol atau obat-obat semacamnya.

"Kau ini wanita dan kau tidak boleh punya bekas luka." Hans memarahinya.

"Apakah pria didepanku ini akan menikahi seorang wanita sedang ia mengkhawatirkan wanita lain?" Jessica langsung menimpali, tak ada yang bisa mececarnya semudah itu.

Hans tidak berkomentar, ia berkonsentrasi untuk mengobati luka Jessica. "Ini tidak akan terjadi kalau kau mendengarkan aku. Lain kali jangan melakukan sesuatu yang diluar kebiasanmu."

Pria itu mencoba mengalihkan topic pembicaraan mereka. Jessica tersenyum menanggapinya, "kau tidak berhak mengaturku. Aku berhak melakukan apa pun yang aku mau."

"Ini bukan masalah hak atau apapun itu, sebagai sekertarimu aku memberikan saran baik yang sepantasnya kau terima. Aku masih tidak percaya kau melepaskan pria itu begitu saja," Hans masih kesal dengan pria dengan noda itu.

"Mungkin dia sedang beruntung, karena suasana hatiku sedang baik saat ini."

Hans memperhatikan Jessica, dari apa yang dilihatnya. Suasana hati baik apanya? Pagi ini mungkin ia akan menyetujuinya, tapi setelah insiden itu yang nampak dimatanya kini gadis itu dalam suasana yang cukup buruk.

"Apa yang mengganggumu saat ini?" Hans tidak dapat menahan rasa penasarannya lebih lama.

Jessica menatap Hans lekat, setelah beberapa saat ia mulai berbicara dengan lembut "cabut surat pengunduran dirimu dan tinggalah sebentar lagi...." Jessica berharap Hans tinggal disisinya lebih lama lagi.

"Apa kau mencoba merayuku, agar aku tetap tinggal disisimu?" Hans tidak percaya kalau masalah pengunduran dirinya itu yang ternyata mengganggu Jessica, benarkah demikian?

"Apa aku tidak boleh melakukannya? Aku tidak tau apa aku bisa mendapatkan sekretaris seperti dirimu lagi nanti." Ungkapan itu jujur dari hatinya, Jessica tau tidak mudah mendapatkan seseorang yang bisa dipercaya, dapat diandalkan dan begitu peduli padanya terlepas dari status atau jabatannya.

Diluar sana mungkin banyak yang dapat menjadi sekretarisnya, tapi mereka semua tak akan cukup puas dangan imbalan yang Jessica berikan, mereka cenderung menuntut lebih. Sedang Hans dapat memberi banyak padanya, tanpa mengharapkan sesuatu yang lain terlepas dari gajinya itu memang haknya.

"Aku akan mempertimbangkannya untukmu." Hans tidak ingin berjanji, mengundurkan diri dan meninggalkan gadis itu adalah keputusan terberatnya dalam hidup.

Haruskah ia tetap tinggal atau pergi saja?

Slow update, I really sorry dear...

I'm gonna be update on Sunday, May 12

Enjoy the story, vote and comment...

Thank you so much.

Rynn_creators' thoughts