webnovel

Pelamar diatas rata-rata

"Jadi Hans akan segera berhenti?"

"Ya, benar tuan. Hans telah menyerahkan surat pengunduran dirinya dan itu akan segera diproses sebulan setelah mereka menemukan sekretaris yang baru."

"Begitukah? Siapkan resume dan surat lamaran atas namaku."

"Anda ingin melamar menjadi sekretaris? Lalu bagaimana dengan perusahaan ini?"

"Adikku bisa mengurusnya."

...

Setelah pagi yang cukup buruk, Hans bersyukur bahwa Jessica masih bisa secara professional menyelesaikan pekerjaannya tanpa masalah.

"Bagaimana dengan kakimu, haruskan kita pergi memeriksanya saat jam makan siang?"

Jessica duduk bersandar malas di kursinya dan memejamkan mata. Pekerjaan inspeksi itu sangat melelahkan dan kondisi kakinya memang tidak begitu baik, tapi wanita itu tidak mengeluh sedikit pun.

"Tidak perlu, aku akan ambil waktu untuk pijatan ringan sore nanti. Bagaimana dengan makan siang hari ini?"

"Andrew akan tiba 10 menit lebih awal untuk menjemput kita."

Kita – Hans dan Jessica. Hans selalu hadir setiap jadwal makan siang Jessica, dimanapun, kapan pun dan dengan siapa pun. Itu adalah sebuah keharusan mutlak yang harus diterima para pria yang mengantri jam makan siang bersama Jessica.

Beberapa pernah mengeluh dan Jessica langsung membatalkan jadwalnya. Tidak ada Hans, maka tidak ada jadwal makan siang bersama. Jika ditanya, alasannya sederhana, ini demi keamanan dan ke-efektifan.

Hans harus selalu ada saat ia membutuhkannya. Ide ini mulanya memang milik Hans, pria itu memaksa ikut pada pertemuan makan siang pertama yang Hans atur sebagai sekretaris Jessica. Wanita itu tidak masalah dan malah terbiasa dengan adanya Hans, ia merasa aman dan tenang dengan Hans di sisinya.

"Mengenai lowongan yang kau buka, kudengar HR hanya memasang sebuah pengumuman di lantai 1 dan membuatnya tampak tidak menarik di web perusahaan. Apakah itu tidak apa-apa bagimu?"

"Tidak masalah," Jessica menjawab singkat, matanya masih terpejam.

"Aku hanya khawatir tidak akan ada yang tahu lowongan ini."

"Biarkan saja mereka melakukannya, mereka hanya berusaha mencegah terlalu banyak pendaftar. Selama mereka dapat menemukan orang yang tepat, itu sudah cukup baik bagiku."

Hans tidak berkomentar lebih lanjut, ia melirik notifikasi terbaru dari tabnya. "Satu hal lagi... Tony akan segera kemari."

Belum sempat Jessica berkomentar tentang informasi terakhir yang Hans berikan padanya. Pintu ruangnya terbuka, Jessica membuka mata dan miringkan kepalanya masih dengan posisi yang sama, ia mengintip orang yang masuk tanpa permisi.

"My Jessie..." Pria itu meluncur masuk dan duduk di sofa tamu.

Tony Kuntara, ia satu dari sederet pria yang siap mengantri untuk Jessica. Pria ini punya rasa percaya diri yang tinggi bahwa ia berada di urutan teratas dari semuanya. Satu-satunya hal yang menghalangi keberhasilan-nya adalah Hans, begitulah yang Tony yakini. Jadi ia tidak dapat menahan rasa gembiranya begitu mendengar Hans akan segera menyingkir dari sisi Jessica.

"Aku ingin berkunjung untuk memastikan sesuatu, apakah kau akan mengundurkan diri Hans?" pria itu tidak bertele-tele.

"Begitulah," Hans mengangkat bahunya. Berita itu menyebar lebih cepat dari yang ia perkirakan.

"Aku bisa membantumu mencari sekretaris yang bagus. Tentu saja dia seorang pria andal tapi dia tidak akan lebih tampan daripada aku." Narsisme-nya sudah di tingkah akhir dan itu tidak ada obatnya.

"Tony, kau harus tahu ketentuannya. Aku hanya menerima pria tampan. Lebih bagus jika ia lebih tampan darimu dan cukup handal seperti Hans."

Seolah Jessica baru saja menekuk wajahnya dan membekap mulutnya, Tony tidak berkata-kata lagi.

"Kudengar ayahku mengirimkan beberapa orang untuk mendaftar menggantikan posisiku." Hans menyela saat dia punya kesempatan.

Mereka semua tahu ayah Hans – Tuan William, bekerja dibawah Tuan Hermawan, kakek Jessica. Jadi hal itu tidak terlalu mengejutkan. Sebelumnya, Tuan Hermawan yang memegang otoritas asisten untuk cucunya itu dan ia cukup ketat sehingga tidak membiarkan orang yang tidak jelas asal usulnya menjadi asisten atau sekretaris sang cucu tercintanya.

"Apakah mereka cukup tampan?"

"Apa yang kau pedulikan hanya tampang mereka?"

"Aku sudah sebutkan apa yang aku inginkan tadi."

"Kau harus tahu, tidak banyak pria tampan dengan skill bagus mau bekerja di posisi ini."

"Kenapa tidak, mereka seharusnya merasa terhormat bisa bekerja denganku. Aku tidak akan mengecewakan mereka."

Tony tidak pernah suka dengan Hans, pria itu selalu mendominasi Jessica. Lihat saja bagaimana mereka berdua mengabaikannya sekarang. "Bagaimana jika aku ikut mendaftar untuk pekerjaan ini?"

Jessica dan Hans melirik pada Tony lalu mereka berdua tertawa mengejeknya.

"Tempat ini bukan tempat untuk bermain-main." Hans mengingatkan.

"Kalian meremehkan aku? Aku jelas masuk dalam kategori pelamar diatas rata-rata,"

"Bahkan jika kau lolos aku tidak akan membiarkanmu bertahan sampai satu hari." Jessica tidak bermaksud mengancam, itu hanya peringatan kecil.

Kali ini Tony tidak dapat menahan tawanya, "maaf-maaf, aku hanya bercanda nona manis," sejujurnya Tony juga sedikit takut, tapi terlalu memalukan untuk menunjukkannya dan memancing wanita itu benar-benar menyenangkan.

"Jadi dengan siapa hari ini kau akan makan siang?" Berhenti basa basi, Tony mengutarakan tujuannya hari ini.

Makan siang dengan Jessica. Ia memang tidak sempat membuat janji terlebih dahulu, tapi tidak ada salahnya mencoba keberuntungannya hari ini. Memangnya seberapa banyak jadwal makan siang yang dimiliki wanita itu?

"Kami akan makan siang dengan Andrew, perwakilan dari SM Konstruksi," Hans tidak dapat menahan perasaan bangganya bahwa ia juga ikut pada acara makan siang.

Tony mendengus, "kalau begitu bisakah kau menambahkan kursi untukku kali ini," ia melunak pada Hans.

Hans tersenyum kecil, itu permintaan mustahil, "kami akan membahas proyek perusahaan dan itu tidak terbuka untuk orang luar sepertimu."

Tony tidak dapat memprotes alasan itu, meskipun ia sudah mendengarnya ribuan kali. "Bagaimana dengan makan malam hari ini?"

"Jadwalku sudah terisi sampai lusa nanti, kita bisa makan bersama 3 hari lagi." Jessica merapikan alat tulisnya, ia sudah bersiap untuk pergi makan siang.

Tony menggila, "kenapa aku harus menunggu 3 hari lagi," sampai hari ini Tony benar-benar tidak dapat menerima kenyataan bahwa makan siang dengan wanita yang ia sukai sangat susah seperti ini. Wanita itu bahkan punya jadwal, urutan dan giliran yang bahkan tidak bisa diganggu gugat.

"Jika kau tidak ingin, aku akan segera menerima permintaan lain yang datang dan kita mungkin tidak akan pernah makan siang bersama."

"Aku tetap bisa menculikmu hari minggu nanti," Tony mengedipkan matanya.

"Maaf aku lupa bilang bahwa Jessica ada penerbangan akhir pekan ini," lagi-lagi Hans mencari celah untuk masuk dalam pembicaraan itu.

Tony benar-benar tidak menyukai Hans, pria itu selalu punya hal untuk melawannya.

Hans baru saja menerima telpon bahwa Andrew sudah menunggu di lobi. Jessica mengerti dan ia segera bangkit dari kursinya, "kau bisa datang 3 hari lagi, Tony. Semoga harimu menyenangkan."

Jessica menyusul langkah Hans dan menghilang di lift yang membawanya ke lobi, meninggalkan Tony yang frustrasi di kantornya.

...

Makan siang itu berjalan cukup baik. Pria bernama Andrew itu terlalu canggung untuk menggoda Jessica, terutama karena adanya Hans disana.

Jadi sepanjang makan siang, mereka hanya dapat membicarakan kontrak kerjasama yang sedang berlangsung.

Di akhir acara, Andrew mencoba keberuntungannya. Saat Hans pergi dengan teleponnya, Andrew melihat kesempatan itu untuk menawarkan Jessica acara makan siang di waktu yang akan datang.

"Aku berharap kita dapat bertemu kembali untuk makan berdua?"

Berdua? Pria itu terlalu berharap. Mereka hanya partner bisnis yang baru beberapa kali bertemu. Tidak ada alasan lain bagi Jessica untuk terus bertemu dengannya atau makan berdua dengannya. Sejauh ini tidak banyak pria yang mendapat kesempatan kedua ketiga atau seterusnya.

Jessica tersenyum ramah, "maafkan aku, tapi aku tidak pernah makan tanpa Hans di sisiku."

Andrew tidak sempat melakukan negosiasi ulang karena Hans kembali dan mengatakan jemputan mereka sudah tiba didepan restoran.

Jessica dan Hans akhirnya berpamitan karena wanita itu punya agenda pekerjaan di tempat lain hari ini.

Dalam perjalanan yang sunyi itu, Jessica menghela napasnya penuh kebosanan.

"Jika Andrew menghubungimu untuk acara makan siang lainnya, tolak dia."

Hans mendengarnya, ia tidak bertanya atau berkomentar. Segera ia memasukkan Andrew dalam daftar tolakan. Itu cukup baik untuknya, artinya berkurang satu pria pengagum yang mungkin diberi kesempatan.

Hari ini belum ada permintaan lain yang masuk. Jadi Jessica punya waktu makan siang yang kosong sebelum akhir pekan.

"Ah, jangan lupakan Tony," wanita itu mengangkat jarinya mengingatkan.

"Jadi kau bersedia makan siang dengan Tony pada jumat ini?" sejujurnya Hans berharap Jessica lupa dengan pria itu.

"Ya tentu, masukan dia dalam daftar, aku sudah janji padanya."

Jika Hans punya kebiasaan buruk, maka mengumpat Tony adalah salah satunya. Jessica terlalu banyak memberi Tony kesempatan sehingga pria itu jadi besar kepala.

Dimasa lalu Hans pernah mensabotase Tony sehingga pria itu tidak mendapatkan jadwal Jessica, meskipun wanita itu sendiri yang memberinya janji.

Menyesal bahwa ini hal yang tidak bisa ia ganggu, kenyataan bahwa Jessica dapat dengan bebas makan siang atau makan malam dengan siapapun. Hans tidak punya otoritas untuk melarang wanita itu.

Next chapter