webnovel

Gak Tahan Geli

Arisha berbalik. Menatap wanita cantik dengan lingerie berwarna putih dan seksi. Belahan dadanya tampak jelas dan lipstik di bibirnya merah merona.

"Berpikir cepat Arisha. Bisa kena sembur nenek kalau aku ketahuan nguping," batin Arisha. Dia harus bisa mengamankan posisinya. Jangan sampai Renata memanfaatkan kesalahannya.

"Kau menguping ya? Nenek harus tahu. Biar dia lihat menantu yang baru sudah berani menguping pembicaraannya," ujar Renata. Ini kesempatan untuk membalas perbuatan Arisha yang tadi pagi. Dia tersenyum licik melihat Arisha yang tersudutkan.

"Sayang, gimana kau sudah memberitahu nenek?" tanya Erland menghampiri Arisha yang sedang kebingungan. Seolah dia pahlawan kesiangan yang siap menyelamatkan istrinya.

Arisha dan Renata menoleh ke arah Erland secara bersamaan.

"Erland, baru kali ini aku senang dengan kedatanganmu," batin Arisha. Untung Erland datang di saat yang tepat kalau tidak bisa repot menghadapi Renata yang siap meluncurkan rudal miliknya.

"Iya sayang, baru saja aku mau memberitahu nenek, tapi sepertinya nenek sedang sibuk," sahut Arisha. Langsung nempel dan menggandeng lengan Erland. Biar nenek lampir di depannya kepanasan dan segera pergi.

"Gak papa, kalau gitu kita lanjut lagi yang tadi malam, udah minum obat kuat nih," kata Erland sambil berkedip memasang muka mesumnya. Sedangkan Arisha hanya memandangnya dan tersenyum dibalik cadar. Padahal di dalam hatinya gondok melihat kelakuan Erland yang mesum dan memanfaatkan situasi.

"Iya sayang, aku juga dah gak sabar. Keperkasaanmu harus dibuktikan lagi," sahut Arisha. Berharap nenek lampir kembali ke Gunung Merapi biar meluapkan lahar di sana jadi tak membakar penghuni lainnya.

"Heh!" Renata kesal. Mengepalkan tangannya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Huh!" Arisha bisa bernafas lega. Gila aja kalau harus menghadapi Victoria. Wanita tua itu sulit ditawar. Sudah dipastikan Arisha akan mendapatkan hukuman.

"Kau masih setia menempel denganku, apa mau beneran?" tanya Erland menatap wanita bercadar itu dengan senyuman tipis di ujung bibirnya.

"Eh ..." Arisha buru-buru melepas tangannya dari lengan Erland.

"Gaklah, selama masih banyak lelaki setia untuk apa memilihmu," jawab Arisha. Dia tidak pernah membayangkan akan menghabiskan malam panasnya dengan lelaki tak setia seperti Erland.

"Kau ya, aku sudah menyelamatkanmu dari gangguan makhluk halus, kenapa kau malah menyemburku, manis sedikit gitu," keluh Erland. Dia tampak kesal. Menekuk muka tampannya.

"Oke, Erland tampan, baik hati dan keren. Ah ... aku ngantuk." Arisha menguap dengan menutup bagian bibirnya yang tertutup cadar.

"Kau tidak bisa tidur, ingat janjimu," kata Erland.

Arisha mengernyitkan alisnya. Dia mengingat janjinya pada Erland yang sudah membelikan pembalus satu mobil box.

"Ee ... besok saja ya Erland. Bulan sepertinya purnama. Aku mau tidur lebih awal," jawab Arisha lalu berbalik hendak meninggalkan Erland namun sang casanova justru menariknya dan membopong Arisha.

"Erland, kau mau apa? Kan aku bilang besok," kata Arisha yang gugup sedekat itu dengan Erland. Bahkan mereka berdua saling memandang.

"Enak saja, aku lagi pengen sesuatu," sahut Erland.

"Jangan mesum aku lagi dapet!"

"Berarti mau dong kalau gak lagi dapet," sahut Erland. Dia membalikkan kata-kata Arisha. Wanita bercadar itu pasti sulit untuk membalas ucapannya.

"Gak, gak mau juga," rengek Arisha.

"Terlambat, kau harus memuaskanku malam ini," ujar Erland lalu berjalan dengan cepat sambil membopong Arisha menuju kamar mereka.

"Erland, turunkan aku! Kau pasti mau mesum," keluh Arisha. Dia menepuk-nepuk dada bidang Erland dengan perlahan.

"Sudah tahu mesum kenapa mau menikah denganku?" sahut Erland yang belum juga menurunkan Arisha dari tangannya.

"Dasar dinosaurus mesum!" ucap Arisha kesal.

"Dinosaurus?" Erland terperanjat mendapati Arisha memanggilnya dinosaurus.

"Iya, kau mirip tirex yang suka memangsa," jawab Arisha sambil memperagakan gaya tirex dengan tangannya kirinya.

"Tirex ya? Memangsa?" Erland semakin mengencangkan langkah kakinya membuat Arisha ketakutan. Sedangkan Erland tertawa terbahak-bahak senang melihat Arisha yang berpegangan kuat memeluknya.

"Erland kau sengajakan?" keluh Arisha.

"Tirex memangsa sayang, kau akan jadi santapan tirex malam ini," jawab Erland. Tak pernah sesenang itu selama ini. Dia benar-benar tertawa lepas sambil berlari ke dalam kamar membopong Arisha. Dan menjatuhkan dirinya ke ranjang bersama Arisha.

Bruuug ...

"Erland, kau ini iseng," keluh Arisha. Dia ketiban tubuh Erland yang berada di atasnya dan memeluknya.

"Ternyata kau montok juga, empuk," sahut Erland sempat memegang bagian dada Arisha dengan tak sengaja.

"Ih, ngeres. Steam dulu otak mesummu," kata Arisha menggeleng. Di manapun Erland berada otak mesumnya sulit dihindari.

"Ngapain? Kau istrikukan? Masa pegang aja gak boleh. Lagian gak sengaja. Kau juga keenakan," sahut Erland.

"Erland!" teriak Arisha gak terima dibilang keenakan. Seakan dia menikmati kemesuman Erland padanya.

"Apa sayang?" sahut Erland seolah tak merasa bersalah. Erland tertawa melihat wanita bercadar kesal padanya. Dia justru mendekati wajahnya.

"Tirex mau memangsa, kau siap?" tanya Erland.

"Kalau gitu pawang tirex mau menangkap tirex mesum," balas Arisha. Dia menyiapkan kedua tangannya untuk menggelitik Erland.

"Kita bisa mediasikan? Jangan gunakan racunmu untuk mematukku!" Erland takut melihat Arisha kesal dan bersiap menggelitiknya.

"Gak ada mediasi, aku sudah kesal." Arisha langsung menggelitik Erland yang dekat dengannya. Lelaki tampan itu tak tahan dengan rasa geli. Dia tertawa kesetanan sambil berusaha menghentikan tangan Arisha yang terus menggelitiknya.

"Stop! Aku gak tahan!" ucap Erland.

"Aku belum puas ah ... lagi ya? Rasanya enakkan?" sahut Arisha.

"Geli, bikin gak tahan pengen itu ..." Erland kegelian. Sedangkan Arisha menikmati setiap keluhan Erland. Dia senang sekali Erland seperti itu.

"Keluarkan! Biar ku tambah lagi lebih kencang!" sahut Arisha.

Erland bangun. Dia berlari sebelum kencing di celana gara-gara geli. Tapi Arisha terus mengejarnya hingga Erland tersudut di pintu dan Arisha menggelitiknya lagi.

"Aw ... geli sayang, bikin gak tahan," keluh Erland.

"Aku belum puas, kau harus mendapatkan yang lebih enak," sahut Arisha. Biar kemesuman Erland turun tahta dengan cara itu. Dia tidak akan berani mesum padanya lagi.

Suara mereka berdua terdengar kencang sampai di luar pintu. Victoria dan Sisilia yang sedang menguping di luar pintu tampak senang.

"Sisilia, siapkan kamar baru untuk cucu kecilku!" titah Victoria.

"Siap Bu!" jawab Sisilia.

"Tak ku sangka nikah dadakan lansung tancap gas seramai ini," ujar Victoria. Perasaan dulu saat Victoria menikah dengan Arash tidak seperti mereka. Padahal Victoria juga menikah tanpa cinta, karena dia mencintai Abraham. Waktu yang membuat Victoria mencintai Arash dan melupakan cintanya pada Abraham.

"Iya Bu, Erlandkan mahir dibidangnya," jawab Sisilia yang tahu betul seperti apa Erland. Dia sering mengelus dada setiap kali mengingat Erland yang seorang casanova. Selalu berdoa dan berharap akan ada wanita yang menjadi penakluk syahwatnya. Hadirnya Arisha menjadi harapan baru untuk Sisilia agar Erland bisa berubah lebih baik.

Victoria hanya menatap tajam Sisilia. Membuat wanita paruh baya itu menunduk. Sepertinya Sisilia salah bicara.

"Nenek dan ibu sedang apa?" tanya Renata sambil membawa susu untuk Bara. Kebetulan melewati kamar Erland.

"Bukan urusanmu." Victoria langsung berjalan meninggalkan tempat itu usai bicara diikuti Sisilia di belakangnya.

"Apa sih bikin penasaran?" Renata penasaran. Dia mendekat ke pintu kamar Erland dan mendengar apa yang didengar Victoria dan Sisilia.

"Sialan, wanita bercadar itu hot juga. Erland sampai kualahan dan keenakan. Apa dia pakai susuk sakti dari zaman Fir'aun?" ucap Renata. Dia kesal wanita bercadar itu sudah bisa menaklukan Erland. Singa jantan yang haus akan wanita. Seharusnya Renatalah yang ada di posisinya.

Di dalam kamar Arisha dan Erland berbaring di ranjang. Keduanya sudah kelelahan dan lemas. Dari tadi kejar-kejaran dan saling membalas sudah membuat seluruh tenaga habis terkuras.

"Capek," keluh Erland.

"Mau dipijat?" tanya Arisha.

"Kau bisa memijat?" tanya Erland. Kebetulan dia sangat lelah.

"Bisa, anggap saja ini janjiku tadi, jadi impas ya?" jawab Arisha. Dia ingin membayar kebaikan Erland tadi saat membelikannya pembalut.

"Kau tak lelah?" tanya Erland. Dia tahu wanita bercadar itu pasti lelah dari tadi kejar-kejaran dengannya.

"Kalau cuma mijat masih ada sedikit tenaga," jawab Arisha. Masih ada sedikit tenaga untuk memijat Erland. Biar dia tidak punya hutang lagi.

"Oke, boleh deh. Pegel semua," keluh Erland sambil memegang pundaknya.

Arisha mengangguk. Dia bangun dan menyuruh Erland tengkurep. Perlahan mulai memijat Erland dengan lembut tapi bertenaga.

"Enak juga pijatanmu, kau sering memijat Om-om ya?" ledek Erland. Tak bersiteru dengan wanita bercadar sepertinya tak asyik.

Arisha kesal. Memijat lebih kencang.

"Wo ... wo ... sakit sayang. Jangan ngambek dong. Kan aku hanya bercanda. Istriku soleha mana mungkin mijat Om-om," ujar Erland.

"Nah gitu dong, jangan membangunkan singa yang jinak," sahut Arisha. Dia tersenyum dibalik cadarnya. Erland memuji dirinya dengan manis.

"Oke-oke, serem juga kalau singa marah," jawab Erland. Lebih baik cari aman dan menikmati pijatan lembut dan nyaman dari Arisha.

"Erland bolehkah ku tanya sesuatu yang pribadi?" tanya Arisha. Dia masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Eric dan Keluarga Dewangkara.

"Apa?" tanya Erland.

"Apa benar ayahmu selingkuh?" tanya Arisha. Berat untuk bertanya hal itu. Tapi dia ingin tahu lebih jelasnya dari Erland. Dari pada hanya menduga-duga dan mendengar gosip yang belum tentu benar.