webnovel

Chapter IV

Ladies and Gentlemen, we shortly will be landing at Incheon International Airport in Seoul. The local time now is 20 minutes past 11 a.m. The time in Seoul is 2 hours ahead of Jakarta. Please fasten your seatbelt against your seat back into the outbreak position and locks your table securely. Place your phone back and video monitor in place also keeps your window safes open during this time. Passenger who are Using laptop and other entertainment devices, please switch them off now. We would like to remind you that carrying narcotics and drugs in South Korea is the violation of the law, Thank you.

Terdengar pemberitahuan dari pramugari jika sebentar lagi pesawat yang sedang mereka naiki akan mendarat. Paize langsung bersiap dengan segala hal yang sejak tadi diberitahukan oleh para pramugari itu.

Memang bukan ini saja ia bepergian jauh seperti keluar negeri, tetapi baru kali ini ia melakukan perjalanan tanpa kedua orang tuanya, bahkan ini ia lakukan untuk mencari tau siapa dia dan siapa orang tua sebenarnya.

Paize berharap jika yang ia lakukan ini adalah tindakan benar dan apa yang dikatakan oleh pria yang duduk disampingnya ini adalah fakta.

"Kau akan bertemu dengan Nyonya besar, bagaimana jika ke toilet terlebih dahulu sesaat kita memasuki bandara dan membenah diri." ucap Fadel sambil tersenyum yang hanya dianggukkan oleh Paize.

Paize juga merasa harus menyegarkan diri karena 6,5 jam lamanya ia hanya duduk di pesawat tanpa membersihkan diri. Mungkin dengan mencuci wajahnya akan terlihat lebih segar.

Sesampainya mereka turun dari pesawat, Paize kebingungan karena bukannya mereka harus keluar melalui Pintu Kedatangan tetapi mereka berjalan dan memasuki pintu kecil yang berada di lorong. Pintu itu bahkan bertuliskan hangul yang tentu saja menurut Paize itu bukan untuk para pengunjung.

Setelah Fadel membuka pintu itu, ia melihat ini adalah ruangan khusus untuk penyimpanan alat kebersihan. Jelas ia langsung melihat ke arah Fadel dengan kebingungan, tetapi itu hanya di balas oleh lelaki itu dengan senyuman dan ia mengisyaratkan agar Paize terus berjalan ke depan. Dengan masih kebingungan, iapun berjalan memasuki ruangan sempit itu, dia masih kebingungan karena itu adalah ruangan yang hanya bisa menampung satu orang dewasa saja. Harus bergerak kemana lagi dia?

Ia menoleh ke belakang dan melihat Fadel yang masih berada di ambang pintu. "Tarik tali yang berada di deretan kedua di atas lemari sebelah kananmu itu." kata Fadel yang paham kebingungan Paize itu.

Ia lalu mengikuti intruksi yang diberikan padanya. Dengan tangan kiri berpegangan pada lemari, ia menjinjitkan kakinya dan tangan kanannya meraba-raba ke atas rak kedua itu sambil mencari-cari tali yang dimaksudkan itu.

'Sial! Apa aku yang harus mencarinya? Mereka kan tinggi-tinggi badannya, kenapa orang pendek seperti aku yang harus melakukannya?!' rutuk Paize dengan masih berusaha untuk menggapai tali kecil yang berada di ujung telunjuknya itu. Setelah berada di genggamannya akhirnya ia menarik tali tersebut dan tiba-tiba ada suara pelan seperti suara decitan dari arah samping lemari itu.

Masih dengan keterkejutannya, dari belakang tubuhnya terasa didorong dengan pelan dari belakang dan saat ia menoleh ternyata itu adalah Fadel.

"Masuklah, jangan menghalangi pintu masuk." ucap Fadel dengan pelan tetapi entah kenapa nada tegas selalu ada walaupun intonasinya sangat pelan. Dan entah kenapa, intuisi Paize mengatakan apapun yang terjadi, ia harus bisa mengikuti semua perkataan Fadel atau mungkin hidupnya tidak ada mudah. Dengan patuh akhirnya ia hendak mendorong pintu itu tetapi sejenak ia menyadari dari bentuk celah pintu itu terlihat jika membukanya tidak dengan cara didorong melainkan digeser ke kanan. Dan benar, ia dengan mudah membuka pintu itu dan ternyata itu adalah ruangan kecil lagi yang berlapisi seperti besi. Entahlah, ia masih saja terkejut dan kebingungan dengan semua itu tetapi ia tetap harus masuk dan membiarkan Fadel dan satu pria lainnya masuk mengikutinya.

Dari arah belakang yang terhalang tubuh besar pria satu lagi, ia bisa melihat pria itu menyentuh sesuatu dari pinggir pintu. 'Ah, elevator.' pikir Paize setelah melihat itu. Tetapi sekali lagi otaknya harus memberikan pertanyaan yang ia sendiri bingung dengan jawabannya. 'Elevator di dalam ruangan penyimpanan? Apa hari ini aku masuk ke dunia Mission Impossible?'.

Ia menahan diri untuk tidak mengatakan apapun yang akan membuatnya lebih kebingungan, ia hanya akan mengikuti kemana dirinya akan dibawa dan melihat di akhir. Terasa oleh tubuhnya jika ruangan itu bergetar dan perlahan menuju turun.

Beberapa menit kemudian, pintu besi itu terbuka dan mereka berada di basement bandara. Paize melihat sekelilingnya dan ia bisa memastikan jika tempat itu memang basement parkiran biasa. Ia terus mengikuti langkah Fadel yang menuju ke sebuah mobil Starex Van berwarna putih dan mulai memasuki mobil mewah itu.

"Kita akan menuju ke suatu tempat dimana kamu akan bertemu dengan orang tua aslimu. Saya harap kamu bisa menahan semua pertanyaan yang ada di pikiranmu dan menanyakan langsung pada beliau." kata Fadel sesaat mobil itu sudah melaju meninggalkan bandara.

"Tapi, apa aku gak boleh tau siapa mereka sekarang?" tanya Paize yang masih ingin mengetahui sedikit siapa tepatnya yang harus ia temui itu. Apakah orang yang disebut orang tuanya itu sangat kaya hingga ia harus melakukan sesuatu hal yang membingungkan seperti tadi?

"Saya hanya bisa mengatakan jika beliau adalah orang yang penting. Untuk negara ini dan dunia." kata Fadel dengan tegas yang membuat Paize hanya bisa menerima jawaban itu dengan anggukkan kepala dan ia langsung diam.

Siapa mereka? Dan seberapa pentingnya mereka hingga harus seperti ini?