webnovel

Chapter III

Dunia Paize perlahan tertahan, perasaan bingung, sedih, takut dan banyak lagi sedang berkecambuk di pikirannya.

Setelah beberapa orang berbaju serba hitam itu meninggalkan rumahnya, ia kembali masuk ke dalam kamar orang tuanya untuk mencari ketenangan. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di hidupnya itu? Apakah takdir sedang mempermainkannya? Ucapan pria itu terus memenuhi isi kepalanya sejak tadi.

"Sebenarnya kami kemari ingin memberitahukan sesuatu yang belum sempat Dewa dan Ira katakan padamu." ujar Fadel serius.

Perasaan tak enak sudah merayapi sel dalam tubuh Paize, di satu sisi ia tidak ingin mendengar apapun yang mungkin nantinya akan menjadi berita buruk untuknya tetapi di satu sisi juga ia penasaran tentang apa yang dibicarakan pria di depannya itu.

"Kalau boleh kami tau, apa yang sebenarnya ingin anda katakan?" kata Tasya sambil menggenggam erat tangan keponakannya itu. Ia juga merasa sesuatu yang besar, yang disembunyikan oleh abang pertamanya itu. Tetapi sampai detik ini ia tidak tau apa yang sebenarnya mereka sembunyikan dari keluarga.

"Paize, maaf jika saya harus jujur seperti ini apalagi beberapa hari setelah Dewa dan Ira berpulang. Tetapi ini harus saya sampaikan karena ini juga adalah permintaan orang tuamu jika sesuatu terjadi pada mereka.

"Katakan saja." ucap Pai pelan tetapi genggamannya semakin erat pada Tasya.

"Paize, sebenarnya orang tua yang kau kenal sampai saat ini..bukanlah Dewa dan Ira." ucap pelan tetapi tegas Fadel. Ia meneliti raut wajah Paize yang shock bercampur dengan ketakutan.

"An-anda bohong kan? Orang tuaku itu mereka! Aku anak mereka kan tante?" kata Paize panik pada Fadel dan Tasya, tetapi tak terasa air matanya mengalir deras. Entah sadar atau tidak tetapi ia masih terus meraung pada tantenya dan Tasya akhirnya memeluk keponakannya itu.

"APA YANG ANDA BICARAKAN?! JELAS-JELAS PAIZE ADALAH ANAK DARI ABANGKU!" kata Tasya murka saat melihat keponakannya itu dalam keadaan setengah meraung tetapi matanya kosong.

"Anda tau tepatnya apa yang saya bicarakan ini, nona." ucap Fadel dengan sikap tenang, tetapi setiap perkataan dan pandangannya seperti serius. "Paize.." sambungnya lagi sambil mendekat ke arah Paize dan mensejajarkan tubuhnya agar bisa melihat mata gadis itu.

"Paize, Dewa dan Ira adalah bagian dari kami. Mereka bekerja bersamaku dan tugas mereka adalah menjaga dirimu dan menjadikannya sebagai orang tua untukmu." kata Fadel dengan lembut, memberikan penjelasan singkat yang sebisa mungkin terdengar oleh gadis berusia tujuh belas tahun itu.

"Dewa adalah salah satu sahabatku juga, nak. Kepergian mereka memang membuat kita lemah, tetap tugas tetaplah tugas dan sekarang aku harus memberitahukannya padamu."

Pembicaraan mereka terus saja berputar di kepala Paize, bahkan sampai orang-orang itu pergi meninggalkan rumah mereka. Tasya tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan Paize menyendiri di kamar orang tua mereka dan memikirkan apa saja yang barusan terjadi.

Tidak dipungkiri jika berita itu membuat mereka berdua kaget, Tasya sampai harus menahan tangisnya dan mencoba untuk kuat demi Paize. Dan untungnya hanya mereka berdua saja yang berada di rumah saat itu, sehingga tidak ada keluarga lain yang mengetahui itu. Setidaknya tidak untuk saat ini.

"Paize, ayo turun. Kita makan dulu." panggil Tasya dari luar kamar orang tuanya.

Saat berada di ruang makan pun suasana masih terasa canggung dan sunyi, keduanya masih sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hingga ucapan Paize menghentikan kesunyian itu, "Aku akan pergi bersama mereka, tan."

Tasya jelas kaget dengan keputusan yang dibuat oleh keponakannya itu, bukan karena apapun. Hanya saja mereka baru bertemu orang-orang itu hari ini, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan Paize untuk ikut bersama mereka. Jika terjadi apa-apa, bagaimana Tasya mempertanggungjawabkannya pada kedua orang tua Paize nanti?

"Pai, pikirkan dulu baik-baik. Kamu gak harus ikut dengan mereka dan meninggalkan rumah ini." kata Tasya mencoba untuk menyakini Paize.

"Tapi, aku harus mencari tau tentang ayah dan mama, tan. Kalau mereka bisa membuktikan jika memang benar mengenal orang tuaku dan juga mengetahui jika aku bukan anak dari ayah dan mama, aku pasti harus mencari tau." Paize mengutarakan alasan keputusannya itu. Ia sudah memikirkan matang-matang beberapa jam ini dan ia akan memutuskan untuk ikut dengan orang-orang yang mengaku mengenal ia dan orang tuanya itu besok, meninggalkan Indonesia.

"Kau yakin?" tanya Tasya kembali.

"Aku yakin, tan. Lagipula.. Aku harus menemui orang tua kandungku dan menanyakan langsung kenapa ayah dan mama harus meninggal dunia." kata Paize dengan amarah yang tertahan.