webnovel

Sesuatu yang hilang dimasa lalu

Selama Reza dan Jesica diluar, Aditya memanfatkan waktunya untuk bertanya sosok Jesica pada Bella, Bella pun menceritakan semua yang dia ketahui tentang Jesica. Dari situlah Aditya tahu sisi baik yang dimiliki Jesica dan membuatnya berdecak kagum.

"Kak Aditya suka yah sama Kak Jesica?" tanya Bella.

Mendengar pertanyaan itu, Aditya hanya tersenyum, dia bingung harus menjawab apa pada Bella. Hatinya ingin sekali memberitahu tentang perasaannya pada Bella, tetapi disisi lain Aditya belum siap kalau nantinya Bella memberitahu tentang perasaan yang sebenarnya pada Jesica.

"Kak, kok diem? Kakak suka kan?" tanya Bella sekali lagi.

Saat itu juga Jesica kembali menemui Bella dan mendengar pertanyaan Bella.

"Suka sama siapa memangnya Kak Aditya?" celetuk Jesica.

"Suka musik lah, kita kan dari tadi lagi ngomongin musik. Iya kan, Bella?" sahut Aditya sembari tersenyum ke arah Bella.

"Bener Bella? Apa Kak Aditya lagi suka sama cewek?"

"Bener kak. Oh, iya. Kak Reza kok gak kesini lagi, kak?" tanya Bella.

"Kak Reza bilang, dia masih ada urusan. Nanti kalau sudah selesai pasti kesini lagi, kok." jawab Jesica tersenyum tipis.

"Kak Jesica sama Kak Reza baik-baik aja, kan?" tanya Bella.

"Tentu, Bella. Kakak sama Kak Reza kan sahabat selamanya." jawab Jesica, ia mencoba menyembunyikan kekesalannya, meski begitu Aditya masih bisa membaca perasaan Jesica yang terlihat dari binar mata Jesica.

Tidak lama kemudian Ibu Mutia datang, mereka pun segera berpamitan pulang. Namun dikoridor rumah sakit Aditya pergi ketoilet dan Jesica pergi ke parkiraan rumah sakit terlebih dahulu. Diparkiran rumah sakit Jesica melihat wanita yang pernah dia lihat bersama Reza sebelumnya sedang bercengkrama dengan seorang laki-laki dan laki-laki itu hendak memukulnya. Karena merasa iba Jesica segera berlari dan menahan tangan laki-laki itu.

"Siapa kamu berani mencampuri urusan saya?" tanya laki-laki paruh baya.

"Saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya tidak terima ada laki-laki berani melakukan kekerasan pada perempuan!" tegas Jesica.

"Dia itu istri saya! Jadi saya bebas melakukan apa saja pada istri saya!" tegas laki-laki paruh baya itu tidak mau kalah.

"Termasuk melakukan kekerasan ? Justru karena dia istri anda, anda harus menyayangi menghargai serta mengayomi istri anda. Bukan malah melakukan kekerasan seperti ini!" tegas Jesica.

"Kamu itu anak kecil, tidak perlu mengajari saya!" bentak laki-laki itu sembari menarik paksa tangan wanita yang dia akui sebagai istrinya, namun si wanita itu tetap menolaknya.

"Ayo Arumi kita pulang!" tegas laki-laki itu.

"Stop! paksa dia!" teriak Jesica "Ayah saya seorang pengacara, dan anda bisa saja saya jebloskan ke penjara atas kasus penganiayaan." ucap Jesica tersenyum sinis.

"Dasar brengsek!" seru laki-laki itu sembari berlalu pergi tanpa mengajak wanita yang dia akui sebagai istrinya.

"Tante baik-baik saja, kan?" tanya Jesica.

"Baik. Terima kasih yah, kamu sudah membantu saya." ucap wanita bernama Arumi, saat itu juga Reza datang menghampiri Jesica dan wanita itu.

"Jesica, apa yang lo lakuin disini?" tanya Reza galak.

"Gue gak ngapa-ngapain." jawab Jesica.

"Dia tadi membantu saya" ucap wanita itu.

"Sebaiknya kita pergi!" ucap Reza sembari menggandeng tangan wanita itu dan membawanya pergi tanpa mempedulikan Jesica.

"Reza sebenarnya masalah kamu sama Jesica itu apa, kenapa kamu sampai segitunya sama dia?" tanya Ibu Arumi.

"Tidak ada, Bu." jawab Reza.

"Lalu kenapa kamu bersikap seperti itu?" tanya Ibu Arumi.

"Ini cara Reza biar bisa jauh dari Jesica, Bu. Reza takut kalau nantinya Jesica tau perasaan Reza yang sebenarnya, Jesica malah benci sama Reza, Bu." jelas Reza.

"Justru sifat kamu yang seperti ini akan menyakiti perasaan Jesica, dia juga pasti akan curiga kenapa kamu bersikap seperti ini." tegur Ibu Arumi.

"Ya, Bu. Nanti Reza akan minta maaf sama Jesica" jawab Reza pasrah.

•••••

Tidak lama kemudian Aditya datang dan melihat raut wajah Jesica yang begitu kesal.

"Jess, lo baik-baik aja kan?" tanya Aditya.

"Yang lo liat gimana?" tanya Jesica balik.

"Tadi gue denger waktu lo berantem sama Reza" ucap Aditya.

"Terus?"

"Ya, apa lo gak ada niat buat baikan sama Reza? Gak baik juga berantem lama-lama." jelas Aditya.

"Ya, gue tau itu. Udahlah jangan dibahas lagi!" protes Jesica, ia kembali diam dan menatap kedepan dengan tatapan kosong.

"Jadi sekarang lo mau gue antar pulang atau kemana?" tanya Aditya mengalihkan pembicaraan, dia tidak ingin memperkeruh suasana hati Jesica, namun Jesica tidak menjawab sepatah katapaun.

Tanpa bertanya lagi, Aditya segera membawa Jesica kesuatu tempat yang menurutnya sangat cocok dengan suasana hati Jesica. Alangkah terkejutnya Jesica ketika Aditya menghentikan mobilnya di tepi danau, tempat fovorite dimana dia sering pergi bersama Reza.

"Kok kesini?" tanya Jesica kaget.

"Ini tempat favorite gue, setiap kali gue suntuk pasti gue kesini. Makanya gue bawa lo kesini biar pikiran lo fress liat pemandangan disini." ucap Aditya sembari menggandeng tangan dan mengajaknya berjalan ketepi danau.

"Kenapa diam?" tanya Aditya.

"Terus gue suruh ngapain?" tanya Jesica heran.

"Lo teriak sepuas hati lo, lo keluarin semua unek-unek yang ada difikiran lo. Gue jamin habis ini pasti hati lo lega." jelas Aditya.

Jesica tertegun ketika mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Aditya, Aditya mengingatkan dirinya dengan sosok teman masa kecilnya yang sudah lama tidak bertemu, dan sekarang entah kemana perginya.

"Jess, lo kenapa?" tanya Aditya, ia menatap dalam mata Jesica begitu juga sebaliknya dengan Jesica.

"Aditya, kenapa melihatmu seperti ada sesuatu yang hilang dimasalaluku?" tanya Jesica dalam hati, matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Hey, apa ada yang salah sama kata-kata gue?" tanya Aditya sembari menyeka air mata yang membasahi wajah Jesica.

"Jess?" panggil Aditya.

"Iya, gue gak apa kok. Gue terlarut aja sama masalah yang gue hadapi." jawab Jesica sembari memalingkan wajahnya dan memfokuskan pandangannya kedepan.

Tanpa canggung Jesica berteriak, dan mengeluarkan unek-unek yang mengganjal dihatinya, meskipun tidak seluruhnya dia katakan setidaknya itu membuat perasaanya lega.

"Kenapa lo bersikeras mau mencari kerja? Bukannya bokap, nyokap lo kaya?" tanya Aditya heran.

Jesica menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya kembali, dia pun menceritakan kepada Aditya tentang apa yang dialami keluarganya saat ini dan niatnya yang ingin membantu meringankan biaya rumah sakit Bella.

"Jess, gue boleh bantu lo gak?" tanya Aditya.

"Gak perlu. Gue gak mau berutang budi sama lo!" tegas Jesica.

"Jess, dengerin gue dulu! Gue cuma mau bantu gimana caranya lo dapet duit dalam waktu yang singkat." ucap Aditya.

"Caranya?" tanya Jesica heran.

"Lo bisa nyanyi gak? Kalau bisa, kita bikan vidio aja lalu kita share ke youtube." jelas Aditya.

"Lalu?" Jesica masih tidak faham dengan apa yang diucapkan Aditya.

Aditya menjelaskan secara jelas apa yang diusulkannya tadi, dan Jesica pun menyetujuinya.

"Jadi bisa kan kita mulai sekarang?" tanya Aditya sumringah.

"Sekarang? Gue gak ada persiapan apa-apa. Besok aja!" protes Jesica.

"Gue mau sekarang! " tegas Aditya.

"Gue jelek begini. Baju gue juga lusuh!" protes Jesica.

"Lo itu cantik apa adanya" ucap Aditya sembari memegangi bahu Jesica untuk menyakinkannya.

"Jadi lo muji gue, nih?" tanya Jesica tertawa.

"Mana mungkin gue bilang lo ganteng, lo kan cewek." elak Aditya sembari bangkit dan berlari menuju mobilnya untuk mengambil gitar dan camera.

"Lo bisa gitar kan?" tanya Aditya sembari menyerahkan gitarnya pada Jesica.

"Bisa, dikit-dikit." jawab Jesica.

"Kita mulai sekarang, yah." seru Aditya sumringah, dan dijawab senyuman oleh Jesica.

Jesica duduk direrumputan membelakangi danau sembari memangku gitar, warna jingga disore hari menjadi latar yang indah saat membuat vidio. Jesica mengawalinya dengan sebuah petikan gitar, dia menyanyikan lagu Rasa Ini dari Vierra Tale.

🎵🎵🎵

Ku tak percaya kau ada disini

Menemaniku disaat dia pergi

Sungguh bahagia kau ada disini

Menghapus semua sakit yang ku rasa

Mungkinkah kau merasakan

Semua yang ku pasrahkan

Tenanglah kasih

Ku suka dirinya

Mungkin aku sayang

Namun apakah mungkin

Kau menjadi milikku

Kau pernah menjadi,

Menjadi miliknya

Mungkinkah kau merasakan

Semua yang ku pasrahkan

Tenanglah kasih

Setelah selesai Jesica berhambur menghampiri Aditya untuk melihat bagaimana hasil vidionya, mereka pun melihatnya bersama-sama.

"Cantik banget" ucap Aditya lirih, namun terdengar ditelinga Jesica.

"Apanya?" tanya Jesica.

"Pemandangannya yang cantik." jawab Aditya.

"Aditya, apa mungkin vidio ini banyak yang nonton? Bagaimana kalau nanti yang nonton sedikit?" tanya Jesica.

"Jangan pesimis gitu, dong. Gue yakin banyak yang nonton karena suara lo itu bagus." jawab Aditya.

"Lo beneran muji gue, atau lo nyindir gue?" tanya Jesica.

"Gue serius Jess. Bukan cuma gue, semua orang juga pasti akan kagum sama suara lo." jawab Aditya meyakinkan Jesica.

"Aditya, makasih yah lo udah bantuin gue." ucap Jesica, spontan tanganya menggengam tangan Aditya.

"Ya, apapun gue lakuin buat pacar gue." seru Aditya.

"Apaan sih lo? Ingat ya, kita itu cuma pacar bohongan!" tegas Jesica.

"Iya gue tau. Tapi kalo lo mau beneran juga gak apa." seru Aditya sembari tertawa.

"Kita pulang aja yuk, udah mau maghrib juga." seru Jesica sembari bangkit dari duduknya.

"Jangan pulang dulu!" seru Aditya sembari menahan tangan Jesica dan membawanya ke tepi danau.

Aditya mencipratkan air ke tubuh Jesica begitu sebaliknya dengan Jesica, keduanya tampak tertawa bahagia dengan kebersamaan itu, dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari kejauhan.