webnovel

Jauh Semakin Jauh

Sepulang kuliah Aditya langsung menghampiri Jesica yang masih berdiam diri di dalam kelasnya.

"Hai, pacar." sapa Aditya.

"Gue bukan pacar lo!" tegas Jesica.

"Jess, jangan kenceng-kenceng!" bisik Aditya sembari membungkam mulut Jesica, sampai nafasnya terengah-engah.

"Bodo! Biarin aja mereka tau yang sebenarnya kalau lo itu cuma ngaku-ngaku jadi pacar gue!" celetuk Jesica.

"Udahlah, Jess. Gue lagi males berdebat, mending kita pulang aja yukk!" seru Aditya seraya menggandeng tangan Jesica.

"Anterin gue ke rumah sakit dulu!" jawab Jesica.

"Ngapain ke sana?" tanya Aditya.

"Lo mau gak anter gue ke rumah sakit. Kalo lo gak mau, biar gue kesana sendiri!" ucap Jesica.

"Iya, gue mau" jawab Aditya.

Sebelum ke rumah sakit, Jesica meminta Aditya mengantarkannya ke kedai buah untuk membeli buah kesukaan Bella. Jesica masuk ke kedai buah sendiri tanpa ditemani Aditya, dia sengaja meminta Aditya untuk menunggunya dimobil, karena kurang hati-hati Jesica menabrak seorang wanita sampai menjatuhkan tasnya.

"Maaf, Tante. Saya tidak sengaja." ucap Jesica sembari membungkukan badannya untuk mengambil tas yang sudah dia jatuhkan.

"Kalo jalan itu pake mata dong!" suara seorang laki-laki tedengar begitu lantang dan tidak asing lagi ditelinga Jesica, membuat Jesica penasaran dan segera mendongakan kepalanya.

"Reza." panggil Jesica kaget.

"Apa lo memang sengaja buntutin gue dan ngalakuin ini?" tanya Reza galak.

"Maksud lo apa sih, Za? Gue gak ngerti?" tanya Jesica heran.

"Ya lo memang sengaja buntutin gue dan sengaja ngejatohin tas pacar gue?" tanya Reza ketus.

"Apa pacar?" tanya Jesica kaget, spontan matanya fokus pada sosok wanita yang ada didepannya. Wanita itu memang sudah terlihat berumur dari segi penampilan, namaun parasnya masih cantik dan modis.

"Iya pacar gue!" tegas Reza.

"Lo bercanda kali, Za. Gue gak percaya omongan lo." ucap Jesica sembari tertawa.

"Udah yuk sayang, kita pergi dari sini. Susah ngomong sama orang bebal." celetuk Reza sembari menggandeng tangan wanita cantik itu dan berlalu pergi.

"Reza, tunggu!" teriak Jesica sembari mengejar Reza.

"Ada perlu apa?" tanya Reza ketus.

"Ikut gue!" tegas Jesica sembari menarik tangan Reza dan menjauh dari wanita itu.

"Lo apa-apaan sih, Jess?" bentak Reza.

"Lo bohong kan tadi?" tanya Jesica.

"Gue serius!" jawab Reza.

"Gue tau lo, Za. Gak mungkin lo menjalin hubungan dengan perempuan yang lebih tua dari lo. Dia itu sepantasnya jadi Ibu lo, bukan pacar lo." ucap Jesica.

"Lo gak ngerti gue. Jadi jangan ikut campur urusan gue!" tegas Reza sembari mendorong tubuh Jesica hingga tersungkur kebelakamg, untunglah Aditya datang pada saat yang tepat dan menangkap Jesica, sementara Reza hanya terdiam menyesali apa yang sudah dilakukannya tadi pada perempuan yang sangat dicintainya itu.

"Lo gak apa, Jess?" tanya Aditya sembari menatap wajah Jesica, namun Jesica hanya menggelengkan kepalanya.

"Apa yang barusan lo lakuin hah? Kalo main kasar jangan sama cewek!" bentak Aditya, sembari mengepalkan tangan dan mengangkatnya untuk menghajar Reza, namun Jesica segera menahan tangan Aditya dari belakang.

"Aditya, jangan! Reza itu sahabat gue, jangan sakiti dia!" ucap Jesica dengan suara parau, membuat hati Aditya luluh dan mengurungkan niatnya untuk tidak menghajar Reza.

"Sebaiknya kita pergi saja dari sini!" ucap Aditya sembari menggenggam tangan Jesica dan berlalu pergi dari hadapan Reza, tentu saja hal itu membuat perasaan Reza semakin hancur.

Sesampainya di rumah sakit Jesica segera menuju tempat dimana Bella dirawat, begitu juga dengan Aditya yang selalu mengikuti kemana Jesica pergi.

"Lo kenapa sih, mukanya tegang gitu?" selidik Jesica menghentikan langkahnya, Jesica sedari tadi memperhatikan perubahan wajah Aditya.

"Gue gak tahan sama bau obat, makanya gue gak suka sama yang namanya rumah sakit." jawab Aditya.

"Ya udah mending lo tunggu diluar aja!" ucap Jesica.

"Gue masih bisa tahan kok" jawab Aditya.

"Tapi bener nih lo bisa tahan?" tanya Jesica.

"Selamat siang, Mas Aditya" sapa seorang Dokter yang kebetulan lewat didepan Aditya dan Jesica.

"Siang Dok, Dokter bisa saya bicara sebentar" ucap Aditya sembari menggandeng sang dokter menjauh dari Jesica.

Setelah selesai berbincang dengan sang Dokter, Aditya segera kembali menghampiri Jesica.

"Lo saling kenal sama dokter itu?" tanya Jesica penasaran.

"Jelas kenal lah, dokter itu teman Ayah gue" jawab Aditya.

"Oh gitu, ya udah sebelum masuk lo pake makser dulu" ucap Jesica sembari memakaikan masker di wajah Aditya, sementara Aditya hanya terdiam ketika wajah Jesica begitu dekat dengan wajahnya.

"Ya tuhan, apa ini mimpi? Jesica sangat peduli sama gue" ucapnya membatin.

"Woii.. bengong aja lo. Mau ikut masuk apa mau diluar aja?" tanya Jesica dengan nanda tinggi membuyarkan lamunan Aditya.

"Iya, gue ikut masuk!" jawab Aditya mantap.

Jesica dan Aditya segera masuk ke ruangan tempat Bella dirawat, disana ada Ibu Mutia yang masih menemani Bella.

"Permisi Ibu, boleh Jesica masuk?" sapa Jesica.

"Dengan senang hati Sayang. Kamu datang dengan siapa?" tanya Ibu Mutia.

"Dia teman Jesica, Bu. Namanya Aditya" jawab Jesica.

"Hallo, Tante" sapa Aditya seraya membuka maskernya.

Jesica dan Aditya pun menghampiri Ibu Mutia dan menjabat tangannya.

"Gimana keadaan Bella sekarang, Bu?" tanya Jesica.

"Bella tidak mau makan nak, dia mau makan kalau kakaknya yang suapin." jawab Ibu Mutia.

"Biar Jesica bujuk, Bu." ucap Jesica, ia segera berjalan menghampiri Bella.

"Hay Bella. Ini kaka bawain buah kesukaan kamu, nanti kamu makan, yah." sapa Jesica sembari mengelus kepala Bella, namun Bella hanya menggelengkan kepalanya dan memasang wajah cemberut.

"Bella kenapa sayang?" tanya Jesica pelan.

"Bella mau kak Reza kesini!" jawab Bella.

"Kak Reza bilang, sebentar lagi mau kesini. Jadi Bella makan dulu sama kak Jesica, yah." ucap Jesica lemah lembut.

"Gak mau! Bella mau makan kalau kak Reza yang suapin!" tegas Bella sembari melipatkan tangannya ke dada. Aditya yang sedari tadi hanya diam, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sebuah kotak musik yang ada disamping tempat tidur Bella.

"Ade cantik, kalau boleh tau. Itu kotak musik punya siapa?" tanya Aditya.

"Punya Bella, kak." jawab Bella.

"Bella suka musik, yah?" tanya Aditya.

"Suka banget kak." jawab Bella sumringah.

"Kaka juga suka musik, gimana kalau kak Adit nyanyi sambil main gitar buat Bella?" tanya Aditya.

"Memannya kakak mau nyanyi buat Bella?" tanya Bella.

"Ya, tapi sebelum itu Bella makan dulu, yah. Biar kak Adit suapin." ucap Aditya.

"Baik kak." jawab Bella tersenyum sumringah.

Mendengar jawaban Bella, Aditya pun segera menyuapi Bella tanpa rasa canggung, begitu juga dengan Bella yang tampak senang dengan kehadiran Aditya. Melihat sikap Aditya yang begitu peduli pada anak-anak membuat Jesica berdecak kagum.

"Jesica, Ibu titip Bella sebentar, yah. Ibu mau ambil baju Bella dulu dirumah." ucap Ibu Mutia.

"Ya, Bu. Dengan senang hati." jawab Jesica.

"Biar saya antar, Tante." tawar Aditya.

"Terima kasih sebelumnya, nak. Kamu temanin Jesica sama Bella saja disini, yah." ucap Ibu Mutia.

"Baiklah, saya pasti akan jaga mereka, Tante." ucap Aditya mantap.

Setelah berpamitan Ibu Mutia segera meninggalkan ruangan itu, begitu juga dengan Jesica ia berpamitan keluar untuk mengambil gitar yang ada dimobil Aditya.

Saat Jesica berjalan melewati kasir, secara tidak sengaja Jesica mendengar Ibu Mutia dan seorang perawat sedang berbincang soal biaya perawatan Bella yang harus secepatnya dilunasi.

Mendengar hal tersebut Jesica merasa iba dan ingin membantunya, namun dia tidak mempunyai tabungan yang cukup, sementara dia tidak mungkin meminta uang sebesar itu pada orangtuanya yang sedang mengalami kebangkrutan.

Setelah mengambil gitar Jesica segera kembali menemui Bella dan Aditya, dia mengambil tempat duduk disamping Aditya dan menyerahkan gitarnya. Aditya pun segera memainkan gitarnya dan bersenandung, begitu juga dengan Jesica dan Bella yang ikut bersenandung. Ketiganya tampak asyik sampai tidak menyadari kehadiran Reza.

"Bella, bagimana keadaan kamu sekarang? Sudah baikan kan, ini kaka bawain buah kesukaan kamu." tanya Reza.

"Sudah baikan, kak. Tadi kak Jesica juga bawain buah kesukaan Bella, kak Aditya juga yang suapin aku makan." jawab Bella tersenyum ke arah Jesica dan Aditya, membuat Reza semakin kesal.

"Ya sudah, kaka keluar sebentar, yah." ucap Reza sembari berlalu pergi dan segera disusul oleh Jesica.

"Reza, lo mau kemana? Bella itu dari tadi nungguin lo, tapi kenapa lo malah pergi lagi?" tanya Jesica.

"Bukannya sudah ada Aditya, mungkin Bella lebih butuh orang lain daripada kakaknya sendiri." jawab Reza ketus.

"Lo kenapa sih, gak suka banget sama Aditya. Padahal niat Aditya itu baik, dia cuma mau menghibur Bella saat lo gak ada." jelas Jesica.

"Gue gak butuh semua itu, Bella itu ade gue, jadi apapun yang terjadi sama Bella itu tanggung jawab gue." tegas Reza.

"Tanggung jawab, tapi malah sibuk pacaran." cibir Jesica.

"Lo itu gak ngerti gue, Jess!" seru Reza, tangannya mengepal lalu menghantam tembok sampai jari-jemarinya pun lecet dan berdarah. Meskipun hatinya masih merasa kesal, Jesica yang tidak tega melihat Reza segera mengeluarkan kotak P3K dari dalam tasnya lalu mengobatinya.

"Kenapa lo masih peduli sama gue?" tanya Reza.

"Mana mungkin gue tega lihat orang kesakitan! Makannya jadi orang jangan konyol!" tegas Jesica sembari bangkit dari duduknya.

"Jess, makasih yah." ucap Reza.

"Tidak perlu terima kasih. Gue melakukan atas dasar kemanusiaan!" tegas Jesica.

"Gue bilang makasih juga atas dasar kemanusiaan!" seru Reza tidak mau kalah.

Tanpa berkata-kata lagi Jesica segera pergi dari hadapan Reza, sementara Reza hanya mampu memandang langkah demi langkah Jesica yang terus menjauh dari hadapannya, sama halnya dengan hubungannya saat ini yang semakin lama semakin menjauh.